Satu per satu truk kontainer keÂluar dari Unit Percetakan II Balai Pustaka di Kawasan Industri PuÂlogadung, Jakarta Timur. Seorang kernet truk turun dari kabin truk menghampiri pos jaga di sebelah gerbang. Untung, satpam di pos itu sigap membuatkan surat jaÂlan. Dengan surat berwarna biru yang telah ditandataÂnganinya, truk bisa memulai perjalanan mengantar muatan.
"Truk bawa buku. Mau (dikiÂrim) ke Sumatera" Ungkap UnÂtung. Masih menurut Untung, buku yang dikirim itu adalah buÂku pelajaran semester dua untuk sÂeÂkolah dasar (SD).
PT Balai Pustaka adalah salah satu pencetak buku-buku pelajaÂran yang mengacu kepada KuriÂkuÂlum 2013. Perusahaan yang berstatus BUMN itu memeÂnangÂkan tender pencetakan buku peÂlajaran SD semester dua di tiga reÂgional. Yakni Regional 3 yang meliputi wilayah Sumatera Utara II (Labuhan Batu, Mandailing, Tapanuli, Nias, Sibolga dan GuÂnung Sitoli). Kemudian Regional 8 meliputi Provinsi Jambi dan BengÂkulu. Berikutnya Regional 15 yang meliputi wilayah Jawa Barat II (Sukabumi dan Cianjur).
Untuk pencetakan buku pelaÂjaÂrÂan SMP, Balai Pustaka hanya memenangkan tender di RegioÂnal 4 yang meliputi Provinsi Bangka Belitung dan Sumatera Selatan. Jika digabungkan, Balai Pustaka bertanggung jawab unÂtuk menÂcetak buku pelajaran SD-SMP dan mendistribusiÂkanÂnya ke 53 kabupaten/kota.
Dalam kontrak senilai Rp 59 miÂliar yang diteken dengan LemÂbaga Kebijakan Pengadaan BaÂrang/Jasa Pemerintah (LKPP), BaÂlai Pustaka berkewajiban menÂcetak 4,7 juta eksemplar buku peÂlajaran dan mendistribusikan paÂling lambat Januari 2015, berÂteÂpaÂtan dengan dimulainya seÂmesÂter genap tahun ajaran 2014-2015.
Setelah kontrak diteken OktoÂber lalu, BUMN ini hanya punya waktu sekitar dua bulan untuk mencetak dan mendistribusikan buku ke empat regional. PenÂceÂtakan buku pun dikebut siang-malam.
Setiap hari, Untung membuaÂtÂkan delapan surat jalan untuk truk yang akan mengirim buku ke seÂjumlah daerah. "Pekerjaan tamÂbah banyak. Sering keluar-maÂsuk truk," kata Untung.
Bukan hanya truk yang keluar-masuk, ratusan tenaga harian leÂpas menyemut memasuki peÂrcÂeÂtaÂÂkan menjelang pergantian jam kerja (
shift). Untuk memenuhi keÂwajiban mencetakan 4,7 juta buku dalam tempo pendek, Balai PusÂtaka merekrut 500 teÂnaga kerja tambahan. Mereka diÂupah harian.
Para tenaga harian lepas itu diÂbaÂgi ke dalam dua shift. Ada yang masuk kerja pada shift pertama yang berlangsung dari pagi hingÂga sore. Sebagian lagi masuk kerÂja pada shift kedua: dari sore hingÂÂga pagi. "Sering keluar-maÂsuk pekerja," kata Untung.
Direktur Utama PT Balai PusÂtaka Saiful Bahri mÂeÂngungÂkapÂkan, telah menyelesaikan peÂnÂceÂtaÂkan lebih dari 2 juta buku dari toÂtal kewajiban 4,7 juta buku.
"Sisanya, masih proses pengerÂjaan," ujar Saiful saat melepas peÂngiriman buku Kurikulum 2013 Semester II di kantornya, 4 DeÂsemÂber lalu.
Saiful menjelaskan, pola kerja yang dilakukan Balai Pustaka daÂlam mencetak buku seperti ban berjalan, yakni semuanya dilakuÂkan secara simultan. Sehingga keÂtika buku sudah siap dikirim unÂtuk kabupaten/kota, petugas langsung menyiapkan surat jalan untuk pengiriman, baik melalui jalur darat maupun laut.
"Kami juga sudah melakukan kerÂja sama untuk pengiriman jaÂlur laut dan darat dengan kontrak kepada pihak ekspedisi dari guÂdang penyimpanan ke gudang tujuan," ucap Siaful.
Balai Pustaka tetap melakukan pencetakan buku meski Menteri Pendidikan Dasar, Menengah dan Kebudayaan Anies Baswedan telah menghentikan penerapan Kurikulum 2013 secara nasional.
Kurikulum 2013 tetap diprakÂtekÂkan di sekolah-sekolah yang telÂah ditunjuk menjadi perÂconÂtoÂhan. Kementerian akan mengeÂvaÂluasi penerapan kurikulum baru ini di sekolah-sekolah itu seÂbeÂlum diberlakukan secara naÂsioÂnal.
"Evaluasi tidak akan meÂmÂpeÂngaruhi pengadaan buku, kaÂrena kontrak cetak bukunya suÂdah ada," anggap Saiful.
Keputusan penghentian peneÂraÂpan Kurikulum 2013 secara naÂsional dituangkan dalam PeraÂtuÂran Menteri Pendidikan dan KeÂbuÂdayaan (Permendikbud)Â NoÂmor 160 Tahun 2014 tentang PemÂberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013.
Pasal 1 Permendikbud itu meÂnyatakan, satuan pendidikan daÂsar dan pendidikan menengah yang melaksanakan Kurikulum 2013 sejak semester pertama paÂda Tahun Pelajaran 2014/2015 kembali melaksanakan KurikÂuÂlum Tahun 2006 mulai semester keÂdua Tahun Pelajaran 2014/2015 sampai ada ketetapan dari Kementerian untuk melÂakÂsaÂnaÂkan Kurikulum 2013.
Pasal 2 menyebutkan, satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang telah melaksaÂnaÂÂÂkan Kurikulum 2013 selama 3 seÂmester tetap menggunakan KuÂÂriÂkulum 2013. Sekolah-sekoÂlah itu merupakan satuan pendiÂdikan rintisan penerapan KuÂriÂkuÂlum 2013.
Peraturan menteri tersebut diÂtetapkan pada 11 Desember 2014 dan mulai berlaku efektif pada tanggal diundangkan oleh MenÂteri Hukum dan Hak Asasi MaÂnusia, yaitu pada 12 Desember 2014.
Pemerintah Habiskan Rp 1,2 T Untuk Buku Kurikulum 2013Pemerintah telah mengeÂluarÂÂkan dana Rp 1,2 triliun untuk menÂÂcetak mencetak buku pelaÂjaran Kurikulum 2013. Dana ceÂtak buku itu dikucurkan lewat Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Dana Alokasi KhuÂsus (DAK).
Proses pengadaan buku oleh penerbit maupun percetakan suÂdah dilakukan melalui lelang. Pembayarannya tak lagi dilakuÂkan pemerintah pusat.
"Dilelang itu, tidak ditunjuk," ujar Ibnu Hamad, Juru Bicara KeÂmenterian PenÂdiÂdiÂkan Dasar, Menengah dan Kebudayaan.
Ibnu menjelaskan, proses peÂngadaan buku tersebut dilakukan melalui dua tahap. Yaitu, semesÂter pertama, dan kedua. Dana peÂngadaannya sudah didisÂtriÂbuÂsiÂkan ke daerah-daerah.
"Berapapun besar dananya, itu tidak di Kementerian. Itu di seÂkoÂlah-sekolah. Jadi caranya dana untuk pengadaan buku itu diÂdisÂtribusikan melalui dana BOS, atau DAK. Jadi Dananya sudah diÂtransfer ke daerah," kata Ibnu, sembari menjelaskan bahwa seÂkolah-seÂkolah kemudian memeÂsan buku menggunakan dana BOS ke peÂnerÂbit-penerbit yang sudah meÂmenangkan lelang. Itu untuk pengadaan buku seÂmester I.
Direktur Utama PT BaÂlai PuÂstaka Saiful Bahri meÂngÂungÂkapkan, untuk buku pelaÂjaran seÂmester I pihaknya mÂeÂlaÂkuÂkan penagihan langsung ke seÂkolah-sekolah yang menerima kiÂriman buku dari BUMN ini.
"Memakai dana BOS ini menÂjadi kendala karena perceÂtakÂan dengan penerbitan berÂbeda. ArÂtiÂnya, percetakan jaÂrang punya (kantor) di kabuÂpaten. Tidak seÂperti penerbitÂan," ujar Saiful saat pelepasan pengiriman buku KuÂrikulum 2013 semester II di peÂrÂcetakan Balai Pustaka, Kawasan IndusÂtri Pulogadung, Jakarta TiÂmur pada 4 Desember lalu.
Untuk pengadaan buku seÂmesÂter II menggunakan dana DAK yang sudah dikucurkan ke daeÂrah. "Proses penaÂgihan pemÂÂbaÂyaranÂnya di Disdik. UnÂtuk distriÂbusiÂnya, kami bekerÂja sama deÂngan mitra lokal kaÂreÂna jangÂkauÂannya lebih efektif dan cepat. Pembayaran buku melalui DAK lebih kecil risikÂoÂnya diÂbanÂdingÂkan dana BOS," paparnya.
Saiful bilang, distriÂbusi buku Kurikulum 2013 seÂmester II teÂrus berjalan, walauÂpun peneÂrapÂan kurikulum ini sedang diÂevaÂluasi pemerintah. Distribusi buku tidak akan dihentikan kaÂrena kontrak sudah ditandaÂtangani pada OktoÂber 2014.
"Sebanyak 9.060 seÂkoÂlah di 53 kabupaten/kota telah menanÂdaÂtaÂngani kontrak dengan perÂcetakan Balai Pustaka," jelas Saiful.
Balai Pusat Rekrut Pekerja Tambahan, Diupah HarianWaktu Cetak Buku Semester II MepetMendapat order pencetakan jutaan buku pelajaran KurikuÂlum 2013 untuk SD dan SMP membuat Unit Percetakan II Balai Pustaka di Jalan Rawa Gatel Nomor 17, Kawasan InÂdustri Pulogadung, menggeliat lagi. Sudah sekian lama lemÂbaÂga yang berdiri pada zaman BeÂlanda ini terpuruk.
Balai Pustaka yang berstatus BUMN ini mengalami masa keÂjayaan pada era Orde Baru. Saat itu, Balai Pustaka ditunjuk DeÂparÂtemen Pendidikan dan KeÂbuÂÂdayaan untuk mencetak buku pelajaran dari tingkat SD hingÂga SMA. Siswa SD dekade 1980-an tentu tak asing dengan buku peÂlajaran membaca yang di daÂlamÂÂnya terdapat tokoh "Budi". Buku itu terbitan Balai Pustaka.
Seiring merebaknya perceÂtaÂkan swasta, Balai Pustaka pun kalah bersaing. Dampaknya BUMN ini kerap merugi. BerÂbaÂgai aset pun dilego untuk meÂnutupi keuangan yang defisit.
Untuk memperbaiki kinerja Balai Pustaka, Kementerian BUMN memasukkannya sebaÂgai "pasien" Perusahaan PeÂngeÂlola Aset (PPA). Bertahun-taÂhun sejak itu, keuangan BUMN ini maÂsih berdarah-darah. Tetap ruÂgi meski tak lagi mengÂgunung.
Pegawai rendahan seperti UnÂtung yang bertugas di pos di gerbang Unit Percetakan II pun mengetahui jatuh-bangun peÂruÂsaÂhaan tempatnya mengÂganÂtungÂkan nafkah.
"Dulu kita punya dua perÂceÂtaÂkan. Sekarang tinggal ini (Unit Percetakan II), Unit I suÂdah dijual," bisik Untung. Unit Percetakan I terletak di Kavling J Nomor 15 Jalan Pulo KamÂbang masih di Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur.
Sebelumnya, Balai Pustaka menjual kantor pusatnya di JaÂlan Gunung Sahari untuk memÂperoleh dana segar. "(Sekarang) selain untuk percetakan, pejaÂbatÂnya kebanyakan ngantor di sini (Unit Percetakan II)," kata Untung yang sudah lima tahun bergabung di Balai Pustaka.
Akankah Balai Pustaka bisa kembali gemilang lantaran daÂpat order mencetak buku pelaÂjaran sekolah? Balai Pustaka mendapat kontrak untuk menÂcetak 4,7 juta buku pelajaran seÂmester II Kurikulum 2013.
Semester II akan dimulai JaÂnuari 2015. Sementara kontrak mencetak buku baru ditanÂdaÂtaÂngani pada Oktober 2014. JumÂlah karyawan percetakan yang hanya berjumlah 100 orang tak sanggup menyelesaikan pencÂeÂtakan juta buku dalam tempo dua bulan. Balai Pustaka pun meÂrekrut 500 tenaga harian leÂpas. Mereka diupah harian.
Dari pagi hingga pagi lagi, Unit Percetakan II ini ramai deÂngan aktivitas pekerja. Mesin cetak berputar 24 jam non stop. "Sering keluar-masuk pekerja. Tapi senang karena di percetaÂkan ramai lagi," ujar Untung.
Di gerbang yang dijaganya truk kontainer keluar-masuk. Sore hari saat Rakyat Merdeka berkunjung, truk-truk kembali ke percetakan untuk melapor teÂlah mengirim buku ke tujuan.
Untung mengungkapkan, raÂtuÂsan pekerja tambahan didaÂtangÂkan tidak jauh dari perceÂtaÂkan ini. Menurutnya, Balai PusÂtaka sudah biasa merekrut tenaga tambahan jika mendapat order mencetak buku dalam jumÂlah besar. "Tidak sulit cari teÂnaga kerja," ujar Untung.
Belasan sepeda motor terÂliÂhat parkir di sisi kanan satu-satunya percetakan milik Balai PusÂtaka yang tersisa ini. KenÂdaÂraan roda itu milik warga seÂkitar yang direkrut sebagai teÂnaga harian lepas.
Para tenaga harian lepas itu diupah Rp 100 ribu per hari. DeÂngan merekrut 500 tenaga haÂrian lepas, Balai Pustaka perÂlu merogoh kocek sedikitnya Rp 50 juta per hari. ***