Foto Presiden Soekarno dipaÂsang di tiang paling kiri. FotoÂnya masih berwarna hitam puÂtih. Maklum saat Soekarno berÂkuasa, belum ada teknologi ceÂtak foto berÂwarna. Proklamator itu meÂngeÂnakan pakaian kebeÂsarannya.
Di tiang kedua dari kiri diÂpaÂjang foto Soeharto. Fotonya suÂdah berwarna. Ia mengenakan jas hitam, dasi dan kopiah. Foto seÂlanÂjutnya adalah gambar BachaÂruddin Jusuf (BJ) Habibie. DiÂpaÂsang di tiang persis di depan ruang press room DPR.
Di dua tiang yang mengapit jaÂlur menuju lift dipasang foto AbÂdurrahman Wahid atau Gus Dur dan Megawati Soekarnoputri. Sama seperti presiden pria seÂbeÂlumnya, di foto itu Gus Dur meÂngeÂnakan jas hitam dan kopiah. Sedangkan Megawati mengeÂnaÂkan pakaian nasional kebaya warÂna biru. Di tubuh kedua tokoh itu tersemat sejumlah tanda jasa.
Di tiang terakhir terdapat foto Susilo Bambang Yudhoyono yang menjabat presiden periode 2004-2014. Foto presiden pertaÂma yang dipilih langsung rakÂyat itu dipaÂsang di tiang yang terÂletak di deÂpan tangga naik meÂnuju lantai dua Gedung Nusantara III.
Berjarak lima meter dari foto SBY, ada sebuah tiang lagi yang juga dilapisi marmer abu-abu. MeÂlihat urutan foto para mantan presiden di lobby ini, tiang itu diÂperuntukkan untuk foto presiden ketujuh: Joko Widodo alias JoÂkowi. Hingga kemarin, tiang itu masih polos. Satu-satunya hiasan di tiang itu adalah pot tanaman. DiÂletakkan persis di depan tiang.
Tak hanya di tiang ini, foto JoÂkowi juga tak terlihat mulai di GeÂdung Nusantara I hingga NuÂsantara IV, di ruang rapat komisi mauÂpun paripurna. Umumnya, foto presiden dan wakil presiden dipajang mengÂapit lambang neÂgara Garuda Pancasila. Di seÂjumÂlah ruangan rapat di parlemen, foto Jokowi dan Jusuf Kalla tak ada.
Hingga kemarin, baru ruang raÂpat pimpinan MPR yang sudah memajang foto kepala negara dan wakil presiden. Seorang staf pimpinan MPR mengungkapÂkan, foto Jokowi-JK baru diteriÂma dari Sekretariat Negara pada Senin sore, 8 Desember. Esok paginya langsung dipasang.
Wakil Ketua DPR Fadli Zon menganggap tidak ada kewajiban untuk memasang foto presiden dan wakil presiden di gedung DPR. Dalam Undang-Undang (UU) Susunan dan KeÂdudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD, yang wajib dipasang di parlemen adalah lambang neÂgara Garuda Pancasila.
"Di parlemen di seluruh dunia tidak ada foto presiden itu ada di dalam gedung parlemen mereka. Coba dicari fotonya Obama di Gedung Capitol, satupun nggak ada," kata Fadli.
Dia menuturkan, bebeÂrapa taÂmu dari luar negeri heran ketika melihat ada foto presiden di geÂdung parlemen. Mereka pun meÂnanyakan hal ini.
"Saya kataÂkan, itu sudah traÂdisinya begitu. Nah sekarang kami ingin memÂbuat tradisi baru kaÂlau parlemen dan pemerintah itu adalah seÂjajar," tukasnya.
Menurut politisi Gerindra itu, tak dipasangnya foto presiden dan wakil presiden di gedung parlemen merupakan impleÂmenÂtasi dari sikap itu.
"Tidak sentimen, tapi ini meÂmang murni untuk menegakkan check and balance. Kita harus mengerti bagaimana bernegara, Ini adalah ranah legislatif, dari kaÂmar yang berbeda. Itulah maniÂfestasi dari trias politika. WaÂlauÂpun presiden yang terpilih keÂmaÂrin Pak Prabowo sekalipun, tetap tak akan dipasang," tandasnya.
Ahli hukum tata negara Irman Putra Sidin berpendapat, DPR boÂleh tak memasang foto preÂsiÂden dan wakil presiden. "Nggak apa-apa, itu (memasang foto preÂsiden dan wapres) hanya keÂbiaÂsaan saja, jadi tak masalah. NgÂgak ada maÂsaÂlah konstituÂsional," kata Irman.
Tak semua anggota parlemen setuju dengan pendapat Fadli Zon. Mereka yang berasal dari partai yang tergabung dalam KoaÂÂlisi Indonesia Hebat (KIH) menganggap tak apa-apa memaÂsang foto Jokowi dan Jusuf Kalla.
"Saya sangat sepakat DPR haÂrus independen. Tapi baÂgaiÂmana pun presiden itu kan kepala neÂgara. Tidak ada salahnya (paÂsang fotonya) kan," Nasim Khan, anggota DPR dari Fraksi PKB.
Bagaimana dengan ruang kerja anggota DPR? Nasim bilang, foto Jokowi-JK telah diÂpaÂsang di semua ruang kerja angÂgota Fraksi PKB. Fotonya beli senÂdiri. Sebab, belum ada pemÂbeÂrian dari Setjen DPR.
"Kami sudah pasang dari akhir bulan lalu. Untuk di ruang rapat frakÂsi juga anggota yang beli, kaÂÂreÂna Sekretariat Jenderal masih siÂbuk dengan urusan adminisÂtraÂsi. Soal (pembagian) ruangan saja beÂlum beres kok," curhat dia.
Fraksi PKB, kata Nasim, akan meminta Setjen segera meÂngirim foto resmi presiden dan wakil preÂsiÂden keluaran SetÂneg unÂtuk diÂpaÂsang di ruang kerja angÂgota DPR.
"Biar foto yang kami beli di luar itu bisa diganti dengan yang resminya. Kalau fraksi lain tidak mau memasang di ruang kerjaÂnya, silakan saja," katanya.
Foto Soeharto Dan Gus Dur Kehujanan, SBY DipecahkanAda kisah menarik mengenai foto-foto presiden yang dipaÂjang di lobby Gedung NusantaÂra III DPR, Senayan. Tiga di antaranya pernah diturunkan kaÂrena beberapa sebab.
Foto Soeharto dan AbdurÂrahÂman Wahid (Gus Dur), misalÂnya, pernah diturunkan karena cuaca. Hujan deras yang mÂeÂlanÂda Jakarta pada 6 Februari 2013 menyebabkan atap lobby GeÂdung NuÂsantara III bocor. Air hujan meÂngalir deras membaÂsahi tiang tempat foto Soeharto dan Gus Dur dipasang.
Dua petugas kebersihan lalu menurunkan foto kedua bekas presiden yang basah itu. PetuÂgas lainnya mengeringkan lanÂtai lobby yang becek karena air hujan. Setelah lobby dikeringÂkan dan atap ditambal, foto Soeharto dan Gus Dur dikemÂbalikan ke tempatnya semula.
Setahun sebelumnya, foto PreÂsiden Susilo Bambang YuÂdhoÂyono (SBY) pernah yang diÂcopot dari tempat. KejadianÂnya pada 14 Maret 2012. Saat itu sejumlah pemuda yang meÂngaku berasal dari Badan EkÂsekutif Mahasiswa (BEM) se-Jawa Barat, ingin menemui WaÂkil Ketua DPR Pramono Anung untuk menyampaikan aspirasi.
Rombongan terpecah menÂjadi dua kelompok. Satu keÂlomÂpok berkumpul di tangga GeÂdung Nusantara yang beratap miÂrip tempurung kura-kura. Mereka berorasi di situ. Ada keÂlompok kecil yang berjumlah empat orang masuk ke lobby Gedung Nusantara III yang bersebelahan dengan Gedung Nusantara.
Sasaran mereka adalah foto SBY yang dipasang di salah satu tiang di lobby gedung ini. Awal foto berukuran 1x1,5 meÂter itu diÂÂangkat agar terlepas dari peÂngaitnya di tiang. Setelah itu foto dibalikkan. Kemudian diÂjatuhÂkan ke lantai dengan posisi keÂpaÂla SBY di bawah. Kaca peÂnuÂtup figura foto pecah berantakan.
Aksi mereka tak bisa dicegah karena tak ada petugas pengaÂmanan di tempat itu. Namun, nyaÂringnya suara kaca pecah meÂÂnarik perhatian petugas PamÂdal yang kemudian berdatangan.
Para mahasiswa yang meÂlaÂkukan aksi itu digiring ke ruang posko Pamdal di lantai II GeÂdung Nusantara III. Foto SBY yang sudah tak ada kaÂcanya diÂbawa ke ruang Humas untuk diÂperbaiki. ***