Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Tiang Untuk Presiden Jokowi Kok Masih Polos

Foto Soekarno Hingga SBY Hiasi Lobby DPR

Rabu, 17 Desember 2014, 09:27 WIB
Tiang Untuk Presiden Jokowi Kok Masih Polos
ilustrasi
rmol news logo Foto enam bekas presiden dipajang di sepanjang lobby Gedung Nusantara III DPR. Foto berukuran besar dengan figura warna keemasan itu, digantung di tiang yang berjejer di tempat itu.

Foto Presiden Soekarno dipa­sang di tiang paling kiri. Foto­nya masih berwarna hitam pu­tih. Maklum saat Soekarno ber­kuasa, belum ada teknologi ce­tak foto ber­warna. Proklamator itu me­nge­nakan pakaian kebe­sarannya.

Di tiang kedua dari kiri di­pa­jang foto Soeharto. Fotonya su­dah berwarna. Ia mengenakan jas hitam, dasi dan kopiah.  Foto se­lan­jutnya adalah gambar Bacha­ruddin Jusuf (BJ) Habibie. Di­pa­sang di tiang persis di depan ruang press room DPR.

Di dua tiang yang mengapit ja­lur menuju lift dipasang foto Ab­durrahman Wahid atau Gus Dur dan Megawati Soekarnoputri. Sama seperti presiden pria se­be­lumnya, di foto itu Gus Dur me­nge­nakan jas hitam dan kopiah. Sedangkan Megawati menge­na­kan pakaian nasional kebaya war­na biru. Di tubuh kedua tokoh itu tersemat sejumlah tanda jasa.

Di tiang terakhir terdapat foto Susilo Bambang Yudhoyono yang menjabat presiden periode 2004-2014. Foto presiden perta­ma yang dipilih langsung rak­yat itu dipa­sang di tiang yang ter­letak di de­pan tangga naik me­nuju lantai dua Gedung Nusantara III.

Berjarak lima meter dari foto SBY, ada sebuah tiang lagi yang juga dilapisi marmer abu-abu. Me­lihat urutan foto para mantan presiden di lobby ini, tiang itu di­peruntukkan untuk foto presiden ketujuh: Joko Widodo alias Jo­kowi. Hingga kemarin, tiang itu masih polos. Satu-satunya hiasan di tiang itu adalah pot tanaman. Di­letakkan persis di depan tiang.

Tak hanya di tiang ini, foto  Jo­kowi juga tak terlihat mulai di Ge­dung Nusantara I hingga Nu­santara IV, di ruang rapat komisi mau­pun paripurna. Umumnya, foto presiden dan wakil presiden dipajang meng­apit lambang ne­gara Garuda Pancasila. Di se­jum­lah ruangan rapat di parlemen, foto Jokowi dan Jusuf Kalla tak ada.

Hingga kemarin, baru ruang ra­pat pimpinan MPR yang sudah memajang foto kepala negara dan wakil presiden. Seorang staf pimpinan MPR mengungkap­kan, foto Jokowi-JK baru diteri­ma dari Sekretariat Negara pada Senin sore, 8 Desember. Esok paginya langsung dipasang.

Wakil Ketua DPR Fadli Zon menganggap tidak ada kewajiban untuk memasang foto presiden dan wakil presiden di gedung DPR. Dalam Undang-Undang (UU) Susunan dan Ke­dudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD, yang wajib dipasang di parlemen adalah lambang ne­gara Garuda Pancasila.

"Di parlemen di seluruh dunia tidak ada foto presiden itu ada di dalam gedung parlemen mereka. Coba dicari fotonya Obama di Gedung Capitol, satupun nggak ada," kata Fadli.

Dia menuturkan, bebe­rapa ta­mu dari luar negeri heran ketika melihat ada foto presiden di ge­dung parlemen. Mereka pun me­nanyakan hal ini.

"Saya kata­kan, itu sudah tra­disinya begitu. Nah sekarang kami ingin mem­buat tradisi baru ka­lau parlemen dan pemerintah itu adalah se­jajar," tukasnya.

Menurut politisi Gerindra itu, tak dipasangnya foto presiden dan wakil presiden di gedung parlemen merupakan imple­men­tasi dari sikap itu.

"Tidak sentimen, tapi ini me­mang murni untuk menegakkan check and balance. Kita harus mengerti bagaimana bernegara, Ini adalah ranah legislatif, dari ka­mar yang berbeda. Itulah mani­festasi dari trias politika. Wa­lau­pun presiden yang terpilih ke­ma­rin Pak Prabowo sekalipun, tetap tak akan dipasang," tandasnya.

Ahli hukum tata negara Irman Putra Sidin berpendapat, DPR bo­leh tak memasang foto pre­si­den dan wakil presiden. "Nggak apa-apa, itu (memasang foto pre­siden dan wapres) hanya ke­bia­saan saja, jadi tak masalah. Ng­gak ada ma­sa­lah konstitu­sional," kata Irman.

Tak semua anggota parlemen setuju dengan pendapat Fadli Zon. Mereka yang berasal dari partai yang tergabung dalam Koa­­lisi Indonesia Hebat (KIH) menganggap tak apa-apa mema­sang foto Jokowi dan Jusuf Kalla.

"Saya sangat sepakat DPR ha­rus independen. Tapi ba­gai­mana pun presiden itu kan kepala ne­gara. Tidak ada salahnya (pa­sang fotonya) kan," Nasim Khan, anggota DPR dari Fraksi PKB.

Bagaimana dengan ruang kerja anggota DPR? Nasim bilang, foto Jokowi-JK telah di­pa­sang di semua ruang kerja ang­gota Fraksi PKB. Fotonya beli sen­diri. Sebab, belum ada pem­be­rian dari Setjen DPR.

"Kami sudah pasang dari akhir bulan lalu. Untuk di ruang rapat frak­si juga anggota yang beli, ka­­re­na Sekretariat Jenderal masih si­buk dengan urusan adminis­tra­si. Soal (pembagian) ruangan saja be­lum beres kok," curhat dia.

Fraksi PKB, kata Nasim, akan meminta Setjen segera me­ngirim foto resmi presiden dan wakil pre­si­den keluaran Set­neg un­tuk di­pa­sang di ruang kerja ang­gota DPR.

"Biar foto yang kami beli di luar itu bisa diganti dengan yang resminya. Kalau fraksi lain tidak mau memasang di ruang kerja­nya, silakan saja," katanya.

Foto Soeharto Dan Gus Dur Kehujanan, SBY Dipecahkan

Ada kisah menarik mengenai foto-foto presiden yang dipa­jang di lobby Gedung Nusanta­ra III DPR, Senayan. Tiga di antaranya pernah diturunkan ka­rena beberapa sebab.

Foto Soeharto dan Abdur­rah­man Wahid (Gus Dur), misal­nya, pernah diturunkan karena cuaca. Hujan deras yang m­e­lan­da Jakarta pada 6 Februari 2013 menyebabkan atap lobby Ge­dung Nu­santara III bocor. Air hujan me­ngalir deras memba­sahi tiang tempat foto Soeharto dan Gus Dur dipasang.

Dua petugas kebersihan lalu menurunkan foto kedua bekas presiden yang basah itu. Petu­gas lainnya mengeringkan lan­tai lobby yang becek karena air hujan. Setelah lobby dikering­kan dan atap ditambal, foto Soeharto dan Gus Dur dikem­balikan ke tempatnya semula.

Setahun sebelumnya, foto Pre­siden Susilo Bambang Yu­dho­yono (SBY) pernah yang di­copot dari tempat. Kejadian­nya pada 14 Maret 2012. Saat itu sejumlah pemuda yang me­ngaku berasal dari Badan Ek­sekutif Mahasiswa (BEM) se-Jawa Barat, ingin menemui Wa­kil Ketua DPR Pramono Anung untuk menyampaikan aspirasi.

Rombongan terpecah men­jadi dua kelompok. Satu ke­lom­pok berkumpul di tangga Ge­dung Nusantara yang beratap mi­rip tempurung kura-kura. Mereka berorasi di situ. Ada ke­lompok kecil yang berjumlah empat orang masuk ke lobby Gedung Nusantara III yang bersebelahan dengan Gedung Nusantara.

Sasaran mereka adalah foto SBY yang dipasang di salah satu tiang di lobby gedung ini. Awal foto berukuran 1x1,5 me­ter itu di­­angkat agar terlepas dari pe­ngaitnya di tiang. Setelah itu foto dibalikkan. Kemudian di­jatuh­kan ke lantai dengan posisi ke­pa­la SBY di bawah.  Kaca pe­nu­tup figura foto pecah berantakan.

Aksi mereka tak bisa dicegah karena tak ada petugas penga­manan di tempat itu. Namun, nya­ringnya suara kaca pecah me­­narik perhatian petugas Pam­dal yang kemudian berdatangan.

Para mahasiswa yang me­la­kukan aksi itu digiring ke ruang posko Pamdal di lantai II Ge­dung Nusantara III. Foto SBY yang sudah tak ada ka­canya di­bawa ke ruang Humas untuk di­perbaiki. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA