Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Gagal Daftar Di Bank, Terpaksa Antre Lima Jam Di Kantor BPJS

Melihat Sulitnya Jadi Peserta Jaminan Kesehatan Nasional

Jumat, 21 November 2014, 08:46 WIB
Gagal Daftar Di Bank, Terpaksa Antre Lima Jam Di Kantor BPJS
ilustrasi
rmol news logo Sakti, warga Perum II, Kota Tangerang, Banten, memarkirkan motornya di depan kantor Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Pasar Malabar. Map kuning dibawanya masuk ke dalam kantor bank pelat merah itu. Map itu berisi Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK) maupun fotokopiannya.

Mau buat kartu BPJS Keseha­tan,” ujar Sakti, kepada satpam bernama Teguh yang sigap mem­bukakan pintu kaca kepada setiap pengunjung yang datang.

Bikin rekening dulu di cus­tomer service,” cetus Teguh me­ngarahkan.

Yakin berada di tempat yang te­pat, Sakti pun mulai. Di ruangan pelayanan berukuran 4x4 meter itu banyak nasabah yang antre lebih dulu.  Ada dua teller yang di­buka untuk melayani setoran dan penarikan dana. Satu loket disediakan untuk petugas cus­tomer service.

Nasabah yang ingin ke teller antre berdasarkan nomor urut. Untuk antrean customer ser­vice, Teguh lah yang mengaturnya. Ia akan mendahulukan nasabah yang datang lebih dulu.  Me­nung­gu 45 menit, Sakti mendapat gi­li­ran menghadap petugas custo­mer service. Map yang dib­a­wa­nya ditaruh di meja dan di­ke­luar­kan isinya. Mau daftar BPJS,” ujar Sakti kepada Sinta, petugas wanita di meja pelayanan itu.

Sambil meminta maaf, Sinta menyampaikan pendaftaran BPJS untuk saat itu tidak bisa di­lakukan dari kantor BRI. Ala­sannya, jaringan ke website BPJS untuk melakukan pendaftaran peserta baru kerap error.

Saat ini, hanya bisa setor iuran saja,” katanya.

Wanita yang rambutnya diikat itu menyarankan, agar daftar dulu saja untuk jadi nasabah BRI. Se­telah punya rekening, lalu men­daf­tar online di www.bpjs-ke­se­ha­tan.go.id. Nanti tinggal bawa print out ke Kantor BPJS Ke­sehatan di Cikokol (Tangerang),” sarannya.

Di ruang pelayanan yang sem­pit itulah, perbincangan antara Sakti dan Sinta terdengar pe­ngantre lainnya. Ternyata, tidak se­dikit dari mereka yang belum daftar peserta BPJS Kesehatan. Sebagian lagi, datang untuk mem­bayar iuran bulanan BPJS.

Nggak bisa ya Mbak,” celetuk seorang wanita yang sedang antre. Antrean panjang hingga berjam-jam untuk mendaftar jadi peserta di kantor BPJS Kesehatan Cikokol pun jadi topik pem­bicaraan.

Padahal kita mau daftar dan ba­yar iuran. Dari pagi sampai sore saya ngantre,” keluh  se­ora­ng pria yang menceritakan penga­la­man ketika mendaftar jadi pe­serta BPJS di Cikokol.

Ia antre di bank ini untuk mem­bayar premi BPJS Kesehatan. Saya bayar tiga orang untuk ke­las II,” ungkapnya.

Peserta BPJS Kesehatan wajib membayar iuran setiap bulan. Be­sar iuran tergantung ruang pe­rawatan yang dipilih. Untuk kelas III, iurannya Rp 25.500 per bulan. Kelas II Rp 42.500. Sedangkan kelas I Rp 59.500. Warga miskin Penerima Bantuan Iuran(PBI) jadi peserta BPJS Kesehatan tan­pa keluar uang sepeser pun. Iuran mereka dibayarkan pemerintah.

Mengikuti saran Sinta, Sakti pun memutuskan membuka reke­ning BRI terlebih dulu. Tak sam­pai 30 menit, prosesnya selesai. Petugas customer service me­nye­rah­kan buku rekening berikut kar­tu ATM warna biru. Sinta men­jelaskan pembayaran iuran BPJS bisa dilakukan lewat ATM BRI.

Sinta meminta tolong Teguh un­tuk untuk mengajarkan kepada na­sabah cara pembayaran BPJS Ke­se­hatan di mesin ATM. Mulai dari memasukkan kartu hingga tran­saksi selesai tak sampai tiga me­nit. Setelah paham Sakti me­mu­tus­kan meninggalkan kantor bank ini.

Pemantauan Rakyat Merdeka, banyak warga di Kota Tangerang yang memilih mendaftar jadi peserta BPJS Kesehatan di bank. Alasannya jika mendaftar di kantor BPJS Kesehatan Cikokol antrenya sampai berjam-jam.

Untuk diketahui, BPJS Kese­hatan menggandeng tiga bank pemerintah yakni Mandiri, BRI dan BNI untuk pendaftaran peserta dan pembayaran iuran. Sistem di ketiga bank itu sudah terkoneksi de­ngan database BPJS Kese­hatan. Pendaftar di tiga bank itu bisa langsung mendapat no­mor virtual account peserta BPJS Kesehatan.

Tinggal datang dan daftar di unit kerja BRI seluruh Indonesia, sangat mudah. Dan hal ini juga berarti efisiensi bagi BPJS Kese­hatan, karena tidak perlu nambah kantor dan SDM,” ujar Dirut BRI Sofyan Basyir.

Gagal mendaftar di bank, Sakti terpaksa harus ke kantor BPJS Kesehatan di Cikokol.

Pendaftaran BPJS Kesehatan bisa melalui online,” tulisan itu terpampang pada sebuah spanduk tepat di pintu masuk kantor BPJS yang ditujunya.

Di spanduk itu juga dican­tumkan cara mendaftar via dunia maya. Yakni mengisi biodata diri seperti nomor induk kartu tanda penduduk (KTP), kartu keluarga (KK), hingga nomor rekening bank mitra.

Malam sebelum datang, dia su­dah mencoba mendaftar online di www.bpjs-kesehatan.go.id.  Namun gagal terhubung dengan situs itu. Dicoba berkali-kali se­lalu gagal,” keluh Sakti.

Mau tak mau dia harus men­daftar di Kantor BPJS Kesehatan Cikokol yang paling dekat de­ngan tempat tinggalnya. Untuk me­ngurus jadi peserta BPJS Ke­sehatan dia sampai izin dari tem­pat kerjanya dua hari. Hari pe­r­tama membuat rekening di bank mitra BPJS. Hari kedua daftar di kantor BPJS.

Pukul 8 pagi, Sakti sudah tiba di kantor BPJS Kesehatan C­i­ko­kol. Petugas sekuriti di kantor itu memberikan formulir pend­af­ta­ran. Diisi dan lampirkan fo­to­ko­pi KTP, KK, buku rekening, dan pas foto,” ujar satpam pria itu.

Sambil mengambil formulir pendaftaran, dia sempat kom­plain kepada petugas BPJS yang berjaga. Mengapa pendaftaran online tidak bisa?” tanyanya.

Untung-untungan karena antusias warga untuk mendaftar BPJS tinggi,” jawab petugas yang ditemuinya.

Meski datang pagi, antrean di kantor ini sudah sepanjang 10 me­ter. Kursi-kursi yang dise­dia­kan untuk pendaftarn sudah pe­nuh terisi. Dua jam dihabiskan un­tuk menunggu dipanggil ke meja pendaftaran. Di meja ini se­orang petugas pria mengecek semua berkas. Jika tidak lengkap, mereka diminta melengkapi dan kembali antre dari awal. Petugas itu mengungkapkan biasa pen­daftar tidak mencantumkan foto­kopi buku rekening bank.

Usai berkas persyaratan dipe­riksa, petugas memberikan no­mor antrean lagi: 53. Ditulis de­ngan spidol di sisi kanan berkas. Pendaftar antre untuk input data. Seorang polwan diperbantukan untuk mengatur antrean. Maklum ruangnya yang disediakan sem­pit. Hanya berukuran 2x3 meter. Di dalamnya diisi empat petugas menginput data pendaftar.

Untuk input data, Sakti me­nanti hingga 2,5 jam. Selesai? Tidak.. Tahap terakhir yakni m­e­nyetorkan iuran pertama. Usai membayar iuran perdana, terbit­lah kartu peserta BPJS dari ker­tas. Sampai lima jam baru jadi ka­rtunya,” gerutunya.

Mau Bayar Iuran Pertama, Pendaftar Cari ATM Di Mal

Bank Tak Buka Loket Di Kantor BPJS


Untuk mencetak kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, calon pe­serta yang sudah mendaf­tarkan diri wajib menyetorkan premi perta­ma. Bukti penyetoran iu­ran via bank perlu ditunjukkan kepada petugas di loket pen­cetakan kartu.

BPJS Kesehatan meng­gan­deng tiga bank pemerintah yakni Man­­diri, BRI dan BNI untuk me­layani pendaftaran dan pem­­bayaran iuran. Pendaftar wajib memiliki rekening salah satu dari tiga itu untuk bisa jadi peserta BPJS.

Di Kantor BPJS Kesehatan Cikokol Kota Tangerang hanya terdapat loket BRI. Para pen­daftar yang membuka rekening di Mandiri dan BNI pun ke­lim­pungan. Mereka mencari ATM bank tersebut untuk melakukan pembayaran iuran pertama.

Untungnya masih di kawasan Cikokol ada pusat perbelanjaan besar Tangerang City Mall yang menyediakan ATM dari ber­bagai bank. Jaraknya pun cukup dekat: 20 meter. Cukup me­nye­berangi Jalan Perintis Ke­mer­dekaan dari Kantor BPJS.

Inilah yang dilakukan Mar­zuki untuk bisa mendapatkan kartu BPJS. Ia sudah mela­ku­kan pendaftaran. Namun, belum bisa mengambil kartu jika tidak menunjukkan bukti setoran iuran pertama.

Pria berusia 50 tahun ini kesal lan­taran tidak ada loket Bank Mandiri di Kantor BPJS. Ia pun menyeberang ke Tangerang City Mall untuk mencari ATM bank itu. Jika tidak dibayarkan pada hari pendaftaran, dia harus antre lagi di kantor BPJS.

Tapi antrenya di lantai dua kantor, langsung print kartu,” ujar Mar­zuki, meniru ucapan penjaga wanita di loket pen­daftaran BPJS.

Sebelumnya untuk proses pe­ngecekan berkas persyaratan hingga input data, Marzuki an­tre sampai 4,5 jam. Ia tak ingin antre berlama-lama lagi jika me­nunda pembayaran iuran.

Tiba di depan ATM Mandiri, Marzuki kebingungan bagai­mana cara melakukan transaksi pembayaran iuran BPJS. Berun­tung, petugas satpam jaga di ATM mengerti langkah-langkah pembayaran iuran BPJS.

Kata satpam itu setiap hari ada pendaftar BPJS yang ke ATM di situ untuk bayar iuran,” tutur Marzuki.  

Pembayaran iuran selesai. Marzuki pun kembali ke kantor BPJS. Untuk mencetak kartu, ti­dak perlu waktu lama. Bahkan, da­pat menyelak antrean. Me­mang, mereka yang sudah mem­­­ba­yar iuran dipermudah pelayanannya. Sebab, tinggal mencetak kartu.

Kartu yang diterima peserta masih berbentuk kertas ukuran A4. Belum digunting. Marzuki cukup kaget ketika menerima kartu tanda peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) itu.

Dapat saran dari pendaftar lainnya, Marzuki pun mencari tem­pat fotokopi untuk mela­minating kartu tersebut. Jika tak dilindungi kartu dari kertas ini mudah rusak.

Dia pun mendapat saran pe­serta lainnya untuk me­lami­na­ting kartu tersebut di tempat fo­to­kopi di sekitar kantor BPJS. Be­nar saja, begitu meminta jasa penjaga fotokopi, kertas itu lang­sung berwujud kartu.

(Laminating) satunya 5.000. Bisa saja jadi peluang bisnis,” kata Marzuki. Untuk memberi pelindung kartu miliknya dan istri, Marzuki merogoh kocek Rp 10 ribu. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA