Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Datang Ke Kantor Pos, Loketnya Masih Tutup

Warga Kebelet Ingin Dapat Kartu Sakti Jokowi

Rabu, 05 November 2014, 09:38 WIB
Datang Ke Kantor Pos, Loketnya Masih Tutup
ilustrasi
rmol news logo Karti, warga Sukamulya 2, Kelurahan Harapan Mulya, Kemayoran, Jakarta Pusat, bergegas ke Kantor Pos Ibukota di Pasar Baru, Jakarta Pusat. Bersama dua tetangganya, perempuan berkerudung hitam itu menenteng map merah. Ia pun menapaki anak tangga menuju pintu kaca. Di mana loket penukaran Kartu Sakti Jokowi? tanyanya kepada Deden, satpam di pintu masuk kantor pos.

Di sini. Loket 39 sampai 43,” kata Deden sambil menunjukkan loket yang dimaksud. Letaknya hanya beberapa meter dari tempat Karti berdiri.

Karti sempat ragu melihat kon­disi loket untuk mendapatkan Kar­tu Sakti. Tak terlihat ada an­trean orang di muka kelima loket. Bahkan, loket itu tak ditunggui petugas.

Sehari sebelumnya, Senin (3/11), Karti menyaksikan di layar televisi Presiden Jokowi melun­cur­kan Kartu Sakti. Belum be­ran­jak dari meja satpam, Karti mem­buka map yang dibawanya.

Isi­nya fotokopi KTP, kartu ke­luarga (KK), hingga surat ketera­ngan ti­dak mampu yang dibuat­nya un­tuk memperoleh Kartu Per­lin­du­ngan Sosial (KPS).

Ia juga me­nge­luarkan KPS yang disimpan di dompet. Saya simpan baik-baik di dompet biar nggak hi­lang,” ujarnya.

Kartu berwarna emas itu di­da­patnya tahun lalu saat pemerintah hen­dak membagi-bagikan Ban­tuan Langsung Sementara Ma­s­ya­­rakat (BLSM). BLSM diku­cur­kan setelah pemerintah SBY me­naikkan harga BBM Juni 2013.

Selain untuk mendapatkan dana tunai dibagi-bagikan lewat kantor pos, KPS bisa dipakai un­tuk mencairkan dana Bantuan Sis­wa Miskin (BSM) maupun membeli beras untuk warga mis­kin (raskin).  

Karti ingin segera memperoleh Kartu Sakti dengan menukarkan KPS yang dipegangnya. Maka­nya, sehari setelah peluncuran Kar­tu Sakti, dia bergegas ke kan­tor pos Pasar Baru. Tahun lalu, dia mencairkan dana BLSM di tempat ini.

Setelah berbicara panjang me­ngenai kelengkapan persyaratan yang dibawanya untuk mem­per­oleh Kartu Sakti, Karti melon­tar­kan pertanyaan kapan loket di­buka. Belum ada informasi,” kata Deden menjawab pertanya­an Karti.

Raut wajah Karti berubah seke­tika. Ia terlihat kecewa. Berkas-berkas yang dibawanya dima­suk­kan lagi ke dalam map. Begitu juga KPS, disimpan lagi ke dom­pet. Dua tetangganya yang me­n­dampingi membujuk segera me­ninggalkan kantor pos.

Usai mengucapkan terima ka­sih kepada Deden, mereka keluar dan mencegat angkutan umum yang melintas.

Sepanjang kemarin, Deden me­ngungkapkan, banyak warga yang datang ke mejanya untuk me­nanyakan pengambilan Kartu Sakti. Jawaban sama seperti di­sampaikan kepada Karti. Ia be­lum mendapat informasi dari ata­sannya mengenai pembukaan lo­ket Kartu Sakti.

Deden memperkirakan, tak lama lagi loket dibuka. Ia pun su­dah bersiap menghadapi mem­bludaknya warga yang datang, seperti terjadi ketika pembagian dana BLSM tahun lalu.

Acep Djuanda, Humas dan Protokol Kantor Regional 4 Pos In­donesia membenarkan, loket penukaran KPS dengan Kartu Sakti belum dibuka. Ia menj­e­las­kan, peluncuran kartu itu di kan­tor pos Pasar Baru Senin lalu ha­nya simbolis. Loket baru akan di­buka Jumat, 7 November.

Kemarin (Senin, 3/11) hanya simulasi sekaligus simbolasi,” ujar Acep.

Saat ini, kata Acep, Pos Indo­nesia sedang melakukan simula­si agar terjadi penumpukan war­ga yang akan mengambil Kartu Sak­ti. Ia berkaca kepada pemba­gian dana BLSM tahun lalu.

Rencananya, dalam sehari kan­tor pos Pasar Baru hanya me­la­yani dua kelurahan di Jakarta Pu­sat. Warga dijadwalkan datang ke kantor pos agar tak terjadi antrean panjang. Kantor pos akan me­ngi­rim undangan kepada warga agar datang pada hari yang sudah di­tentukan. Pos Indonesia, kata Acep, sudah memegang data ke­luarga yang akan menerima Kartu Sakti.

Dengan pola seperti itu, Acep yakin proses penukaran KPS de­ngan Kartu Sakti akan ber­lang­sung tertib dan cepat. Kemarin (Senin) sudah si­mu­lasi. Pela­ya­nan satu orang, ku­rang dari lima menit,” pung­kas­nya.

Kantor Pos Buka Loket Model Teller
Layani Pencairan Dana Bantuan Kartu Sakti

Humas dan Protokoler Regio­nal 4, Pos Indonesia, Acep Djuan­da, me­nyatakan, di kantor pos akan ter­sedia loket khusus untuk mengam­bil dana bantuan Ke­luarga Se­jah­tera yang besarnya Rp 400 ribu. Ia me­nyebutnya ruang elektronik”.

Bisa diambil atau ditabung. Baiknya ambil sesuai kebutuhan, sisanya ya jadi tabungan. Kalau dulu (BLSM) kan langsung cair semua,” ujar Acep.

Untuk mendapatkan Kartu Sak­ti guna mencairan dana ban­tuan, penerima perlu datang ke kantor pos. Di kantor pos, pene­rima menukarkan Kartu Pe­r­li­n­du­ngan Sosial (KPS) yang pernah diberikan untuk mengambil dana BLSM di era pemerintah SBY. Pe­n­erima juga perlu mem­per­siapkan kartu identitas mulai dari KTP hingga Kartu Keluarga.

Di kantor pos, penerima me­ngam­bil nomor antrean lalu me­nunggu dipanggil ke loket yang disediakan. Di loket, petugas akan memeriksa nomor KPS de­ngan daftar penerima. Jika data­nya cocok, petugas akan me­m­be­rikan tiga Kartu Sakti dan satu kartu SIM handphone yang sudah di­leng­kapi program SMS banking.

Setelah menerima Kartu Sakti, penerima bisa langsung ke loket untuk pengambilan dana. Di loket ini, petugas akan meminta nomor Kartu Sakti, kartu SIM dan kartu identitas. Kartu Sakti akan dipin­dai. Setelah data cocok, penerima bisa mengambil seluruh dana maupun hanya sebagian.

Ruang elektronik itu kita be­kerja sama de­ngan pihak bank, ya model teller begitu,” terangnya.

Rencananya, kata Acep, ruang elektronik itu akan terus buka untuk melayani pemegang Kartu Sakti. Loket khusus ini akan di­buka hingga kantor cabang Pos Indonesia di seluruh wilayah.

Ia memastikan, program Kartu Sak­ti tidak akan tumpang-tindih dengan program Kartu Jakarta Pin­tar (KJP) yang diterbitkan Pe­me­rintah Provinsi DKI Jakarta mau­pun kartu Badan Penye­le­ng­gara Jaminan Kesehatan (BPJS).

Untuk KJP, kata dia, tetap ber­jalan dan diberikan kepada siswa-siswi di Jakarta. Sedangkan Kartu Indonesia Pintar (KIP) dananya untuk disimpan orangtua. Untuk Kartu Indonesia Sehat (KIS) su­dah bersifat lebih universal. Bisa dipa­kai di mana pun. Sementara kartu BPJS masih bersifat ter­ritorial.  

 Kartu KIS bisa berobat di ru­mah sakit se-Indonesia, makanya sakti. Tapi saya kurang kompeten menjawab soal tumpang tindih, itu urusan menteri,” katanya.

Bawa Surat Miskin, Bisa Daftar Untuk Dapatkan Kartu Sakti


Wendy, warga Pasar Baru, ter­lihat serius menatap poster yang ditempel di depan loket 39, Kan­tor Pos Pasar Baru, Jakarta Pu­sat. Poster itu berjudul Era baru peningkatan kesejahteraan masyarakat kurang mampu”  dengan gambar Presiden Joko­wi dan Wapres Jusuf Kalla. Di meja loket yang kosong itu, Wen­dy pun mencatat informasi yang di poster di buku yang di­bawanya.

Mengaku sebagai pensiunan perusahaan asing, roda ekonomi keluarga Wendy sedang ber­hen­ti berputar. Pasalnya, dana tun­ja­ngan hari tua yang diper­oleh­nya sudah menipis. Melihat ra­mai-ramai program Keluarga Se­jahtera, dia berharap bisa men­jadi pesertanya. Sekarang saya butuh bantuan pemerin­tah,” ujar pria tua itu.

Selama ini, Wendy mengaku be­lum pernah merasakan ban­tuan pemerintah. Saat pe­me­rin­tah Yudhoyono membagi-ba­gi­kan Kartu Perlindungan Sosial (KPS), dia masih bekerja. Kini, usianya sudah menginjak 60 ta­h­un. Ia sudah berusaha men­cari kerja sesudah pensiun namun tak ada yang menerima.

Apakah Wendy bisa m­e­nik­mati program baru ini? Humas dan Protokoler Regional 4, Pos In­donesia, Acep Djuanda, me­ny­atakan2, mereka yang belum terdata pemerintah sebagai war­ga miskin, punya kesempatan itu program Keluarga Sejahtera dan mendapatkan Kartu Sakti.

Caranya, mengurus surat mis­kin di tingkat desa atau kelu­ra­han, dan membawa surat ter­se­but ke kantor pos pemberi pe­la­ya­nan program.

Misalnya Wen­dy tadi, bisa datang ke sini (Kantor Pos Pasar Baru) dengan bawa surat mis­kin,” ujar Acep.

Acep mengatakan, Pos Indo­nesia memiliki data warga mis­kin se-Indonesia calon penerima Kartu Sakti. Datanya merujuk ke­­pada penerima Kartu Perlin­du­ngan Sosial (KPS) yang diter­bitkan pemerintah Yudhoyono.

Setiap tahun kita update, kan ada yang meninggal, orang mis­kin baru, dan mereka yang me­no­lak bantuan,” jelasnya.

Menurut dia, jumlah peneri­ma Kartu Sakti mencapai 15,5 juta jiwa. Kalau surat miskin co­cok dengan data kami, pasti dapat tiga kartu ini. Termasuk, mereka yang kartu KPS-nya hilang, bisa diproses, katanya.

Acep mengungkapkan, pro­g­ram Keluarga Sejahtera yang di­luncurkan Jokowi tak jauh ber­beda dengan KPS di era SBY. Bedanya, kini sudah meng­gu­na­kan sistem elektronik. Ma­k­sud­nya, penerima bantuan di­bu­ka­kan rekening bank untuk me­nam­pung dana bantuan dari pe­me­rintah. Penerima bantuan akan diberikan kartu Anjungan Tu­nai Mandiri (ATM) untuk mengambil dana.

Selain itu, penerima juga di­berikan kartu SIM khusus. De­ngan kartu itu, penerima ba­n­tuan bisa mengecek dana ma­suk, saldo maupun informasi lainnya. Mirip-mirip SMS ban­king,” sebut Acep. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA