Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Nganggur, Bor Dari Jepang Disimpan Di Bekas SPBU

Proyek Sodetan Ciliwung-KBT Terkendala Pembebasan Lahan

Senin, 08 September 2014, 09:04 WIB
Nganggur, Bor Dari Jepang  Disimpan Di Bekas SPBU
ilustrasi
rmol news logo Lahan bekas Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Pertamina, di Jalan DI Panjaitan, Kebon Nanas, Jakarta Timur disulap menjadi tempat parkir alat berat. Di antaranya, dua mata bor raksasa setinggi empat meter, eskavator, dan alat bor.

Informasi di papan kayu di pintu masuk lokasi, alat berat tersebut  untuk proyek  pembangunan sodetan Kali Ciliwung ke Kanal Banjir Timur (KBT). Proyek yang sumber dananya dari APBN itu telah berjalan sejak Desember 2013.

Rencananya, sodetan sepanjang 1,2 km dengan kedalaman hingga 9 meter akan menghubungkan kali Ciliwung dengan KBT. Proyek tersebut sebagai solusi mengurangi limpahan air Kali Ciliwung ke Kanal Banjir Barat (KBB). Beberapa waktu akibat tak kuat menampung limpahan air Kali Ciliwung, tanggul KBB di Latuharhari jebol. Kawasan bunderan HI dan Thamrin kebanjiran.

Ada tiga titik lokasi pengerjaan sodetan Ciliwung-KBT. Pertama, inlet, di daerah Kampung Bidaracina, Jatinegara, Jakarta Timur. Kedua, arriving shaft atau titik pertemuan di Jalan Otista 3, Jakarta Timur. Terakhir, outlet yang berada di kawasan Kebon Nanas, Jakarta Timur, tak jauh dari kampus Sekolah Tinggi Manajemen Transportasi (STMT) Trisakti.

Tak banyak aktivitas di titik outlet. Di tempat ini beberapa alat berat nganggur. Yaitu, dua mata bor yang didatangkan dari Jepang Maret lalu. Kemudian, dua eskavator dan crane.

Hanya  eskavator dan crane yang dioperasikan untuk mengangkat box container ke atas truk. Box tersebut akan disimpan di gudang PT Wijaya Karya (Wika).

“Boxnya untuk keruk lumpur,” ujar seorang satpam tanpa menyebut nama.
Menurut satpam berpostur kurus itu, kegiatan di outlet mulai bergeliat.

Rencananya, akan dilakukan pengeboran untuk membuat lubang 9 meter Namun belum nampak para pekerja melakukan pengeboran di lokasi itu.

Tanah merah membentang di titik outlet. Beberapa alat berat sudah ditempatkan di lokasi ini. Menurut sang penjaga, pihak PT. Wika tidak mendatangkan seluruh alat berat ke lokasi proyek karena pengerjaannya masih terkendala pembebasan lahan. “Terutama di inlet, sama sekali belum jalan. Disini (outlet) lumayan,” katanya.

Manajer Proyek PT Wika, Ismu Sutopo, mengatakan,  pengeboran di saluran inlet dan outlet belum dapat dilakukan karena lahan belum dibebaskan. Upaya pembebasan lahan ditempuh lewat Pengadilan Negeri Jakarta Timut.

Sedangkan di saluran inlet, warga Bidaracina masih banyak yang menolak lahannya dibebaskan untuk proyek sodetan Ciliwung-KBT.

Ismu berharap, proses pembebasan lahan dapat segera diselesaikan. Sehingga proyek sodetan Ciliwung-KBT ini dapat selesai dengan cepat. Sebab jika terus molor maka seluruh peralatan nganggur. Mulai dari ratusan pipa yang akan ditanam hingga alat berat. Petugas yang mengoperasikan alat berat itu pun tak bisa bekerja.

“Seluruh alat kami itu nganggur sudah 8 bulan lamanya. Karena seluruhnya kita siapkan saat ground breaking pertama di lokasi pembuatan Rusun Jatinegara Barat,” lanjut Ismo Sutopo.

Saat ini mesin bor dan perlengkapan pembuatan sodetan yang berasal dari Jepang, dibiarkan teronggok di lahan bekas SPBU di Jalan DI Panjaitan, Kebon Nanas. Demikian halnya ratusan pekerja yang telah disiapkan kini masih menganggur. Padahal mereka juga harus dibayar setiap bulannya.

Menurutnya, proyek sodetan Ciliwung-KBT ini ditargetkan selesai dalam 14 bulan. Sayangnya sejauh ini belum ada progres sebab belum ada pengerjaan, kecuali pembuatan arriving shaft. Sebab pembebasan lahan belum tuntas.

Rakyat Merdeka mencoba menelusuri lokasi arriving shaft atau titik temu saluran inlet dan outlet. Lokasinya agak menanjak dari bekas SPBU di Jalan DI Panjaitan. Tepatnya, di jalan Otista 3. Pengeboran di lakukan di tengah jalan raya, membuat kendaraan harus memutar ke sisi kiri, melewati jalan area pemukiman. Alhasil, kepadatan kendaraan di kawasan padat penduduk itu tak dapat terhindarkan.

Di lokasi arriving shaft terlihat kesibukan. Sebuah eskavator dan alat pengebor tanah nangkring di tengah jalan Otista 3. Lubang besar sedalam 9 meter sedang dikeruk. Eskavator tanpa henti mengangkuti tanah dari dalam lubang.

Khoirul, petugas pelaksana di  spot arriving shaft mengatakan untuk pengerjaan ini pihaknya mengerahkan 25 orang. Mereka bekerja dari bagi sampai malam. Jika dikerjakan 24 jam nonstop dalam sehari penggalian lubang bisa lebih cepat selesai. Namun tak bisa dilakukan karena bisa mengganggu waktu istirahat warga di sini.

Dijelaskan Khoirul, nantinya arriving shaft akan menjadi titik temu lubang pengeboran dari inlet dan outlet. Sebuah lubang besar sedang dikeruk, dan nantinya juga akan ditanam pipa besar dan beton untuk membuat titik temu dua pengeboran. Sayang, lanjutnya, pengeboran  di inlet maupun outlet sama sekali belum dilakukan. Alhasil, pengerjaan dipastikan molor dari target yaitu awal tahun depan.

Rakyat Merdeka kemudian menelusuri kawasan Kampung Bidaracina yang akan dijadikan titik inlet. Di kawasan itu, sama sekali tidak ada tanda-tanda pengerjaan proyek. Baik penempatan alat-alat berat, maupun para pekerja.

Seorang warga di lokasi itu mengatakan, warga belum mengizinkan para pekerja masuk lantaran belum terjadi kesepakatan mengenai ganti-rugi lahan warga yang terkena proyek sodetan.

“Belum beres soal penggantian (uang),” ujar seorang pria yang enggan menyebut nama di area Kampung Bidaracina.

Sodetan Ciliwung-KBT Habiskan Rp 496 Miliar

Penghujung tahun lalu, PT Wijaya Karya (Wika) menjadi pemenang tender pengerjaan proyek Sodetan Ciliwung-Kanal Banjir Timur (KBT). Proyek yang merupakan salah satu instruksi presiden ini  ditarget tahun depan selesai.

“Proyek ini mempunyai waktu kerja dari 2013-2015,” ujar Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane, T Iskandar dalam sambutan penandatanganan kontrak pekerjaan pembangunan Sodetan Ciliwung, di Jakarta, penghujung tahun lalu.

Berapa nilai kontrak proyek tersebut? Iskandar menyatakan, nilai kontrak proyek Sodetan Ciliwung Rp 492,6 miliar. Tarif tersebut, untuk pengerjaan sodetan berdiameter 3,5x2 meter sepanjang 1,27 kilometer. Dimulai dari Kali Ciliwung hingga keluar di Kali Cipinang.

Proyek ini, menurut Iskandar, merupakan tahap pertama. Untuk proyek selanjutnya akan ada penggarapan inlet-outlet sodetan dan juga normalisasi Kali Cipinang. Proyek ini akan berjalan paralel dengan pengerjaan sodetan Ciliwung.

Sodetan ini nanti dapat mengalirkan air dari Sungai Ciliwung ke Banjir Kanal Timur dengan debit 60 meter kubik per detik.

Iskandar menambahkan, pemerintah juga telah menandatangani kontrak untuk normalisasi Ciliwung dengan nilai Rp 1,18 triliun.

Proyek ini dilakukan untuk melebarkan sungai sepanjang 19 kilometer. Lebar sungai yang  tadinya 10-20 meter akan dibuat menjadi 50 meter.

“Ini juga akan meningkatkan kapasitas sungai dari 180 meter kubik per detik menjadi 570 meter per detik,” kata Iskandar.

Pemantauan Rakyat Merdeka, proyek tersebut kini dapat dikatakan masuh jauh panggang dari api jika ditargetkan selesai tahun depan. Pasalnya, proyek sodetan tersebut sama sekali belum memasuki tahap pengeboran.

Hal itu lantaran hingga kini belum ada titik temu antara warga Kelurahan Bidaracina, Kecamatan Jatinegara dengan Panitia Pengadaan Tanah (P2T) Jakarta Timur terkait pembebasan lahan yang terdampak proyek demi mengurangi banjir di Jakarta Timur tersebut.

Pembebasan lahan ini diperlukan untuk membangun jalur masuknya air (inlet) dari Ciliwung menuju sodetan yang memanjang hingga ke Jalan Otista III dan KBT.

Persoalan pembebasan lahan tak hanya terjadi di lahan yang akan menjadi inlet di Bidara Cina, tetapi juga di lahan pengerjaan outlet atau jalur keluar air yang berada di Cipinang Besar Selatan. Hingga kini, lahan untuk outlet masih berstatus sengketa di pengadilan.

Dikejar-kejar Warga, Tim Survei Batal Mengukur Tanah

Pengeboran titik inlet di Kampung Bidaracina, Jatinegara hingga kini belum bisa dilakukan. Warga menolak pekerja proyek sodetan Ciliwung-KBT masuk ke daerah mereka sebelum ganti rugi lahan beres.

Seorang pria penjaga keamanan PT Wika di lokasi proyek outlet mengatakan, beberapa pekerja pernah ingin melakukan pemetaan dan pengukuran lahan di Bidaracina. Namun mereka pulang tanpa hasil.

 â€œMau survey doang sampai dikejar-kejar warga. Pada kapok pegawai kesana,” tuturnya.

Di mana lokasi inlet itu? Khoirul, petugas pelaksana di  titik arriving shaft mengatakan, lokasi inlet akan dilakukan sekitar SDN Bidaracina 01 Pagi, Jatinegara, Jakarta Timur. Sebagian lahan sekolah itu terkena proyek ini.

Bagaimana komunikasi dengan warga atas proyek tersebut? Ketua Tim Panitia Pengadaan Tanah (P2T) Jakarta Timur, Arifin, mengatakan, pihaknya kembali mengundang warga RW 04 Bidaracina untuk membicarakan rencana pembebasan lahan.

Pertemuan berlangsung pada Senin lalu. Mayoritas warga RW 04 menolak pembebasan lahan untuk proyek sodetan Ciliwung-KBT.

Dari pertemuan tersebut, muncul dua usulan dari warga. Pertama warga meminta agar P2T beritahukan soal harga lahan yang akan dibebaskan. Kedua, dibuat kesepakatan antara P2T dengan warga RW 04—yang diwakili ketua dan wakil ketua RW—agar pengukuran dan setiap tahan pengerjaan proyek yang akan dilakukan dikonsultasikan dengan warga.

“Untuk usulan pertama, P2T belum bisa memenuhi. Karena kita kan masih berada pada tahapan inventarisasi peta bidang. Yaitu untuk mengetahui batas-batas bidang tanah yang akan terkena pembebasan. Karena kami juga sampai saat ini belum bisa inventarisir peta bidang. Kalau usulan kedua, kita bisa akomodir,” ujar Arifin.

Disebutkan Arifin, dalam musyawarah harga nanti akan dihadirkan tim appraisal Kementerian Pekerjaan Umum. Tim appraisal ini yang menawarkan harga.

“Terlepas nantinya warga menerima atau tidak, tunggu tim appraisal bekerja,” ujarnya.

Sesuai UU yang ada, musyawarah harga dapat dilakukan 3 kali pertemuan. Sejauh ini, dari 3 RW di Bidaracina, tinggal RW 4 yang belum dilakukan pengukuran. Sedangkan RW 05 dan 15 sudah selesai dilakukan pengukuran tanah.

Jalan Dibor Sedalam 13 Meter, Pasang Besi Penahan Longsor


Molornya proyek sodetan Ciliwung ke Kanal Banjir Timur (KBT), membuat sejumlah alat berat yang sudah disiapkan PT Wika menganggur.

Saat ini kontraktor fokus melakukan penggalian di titik arriving shaft yang Jalan Otista 3. Pengerjaan bisa dilakukan lantaran berada di tengah jalan yang merupakan area publik.

Manajer Proyek PT Wika, Ismu Sutopo, mengatakan, pembuatan arriving shaft baru mencapai 85 persen. Pekerja di lapangan masih melakukan penggalian tanah hingga kedalaman 13 meter.

Pemasangan besi penahan tanah agar tidak longsor di semua sisi galiansudah dilakukan. Arriving shaft akan menjadi titip pertemuan pipa dari saluran outlet dan inlet.

“Kita targetkan akhir bulan September ini rampung. Saat ini sedang pengerukan di kedalaman 13 meter dan banyak cadasnya. Air juga keluar terus dari bawah tanah tapi itu semua sudah kita prediksi dari awal,” ujar Ismu Sutopo.

Ia mengakui, proses pengeboran di arriving shave ini molor dari jadwal. Awalnya ditargetkan rampung pada 10 Agustus lalu namun kini belum selesai.  Ditargetkan rampung pada akhir bulan September.

Sedangkan pengeboran di saluran inlet dan outlet sejauh ini belum dapat dilakukan karena lahan belum dibebaskan. Di saluran outlet lahan yang akan dipasangi pipa saat ini sedang sengketa dan ditangani Pengadilan Negeri Jakarta Timur. Sedangkan di saluran inlet, warga Bidara Cina masih banyak yang menolak lahannya dibebaskan untuk sodetan Ciliwung.

Gubernur DKI Jakarta yang juga presiden terpilih Joko Widodo pernah meninjau lokasi proyek itu pada penghujung Agustus. Menurutnya, proyek sodetan adalah upaya untuk mengendalikan banjir Jakarta yang dikerjakan Kementerian Pekerjaan Umum.

Rencananya, proyek yang mendapat alokasi anggaran dana sebesar Rp. 500 miliar itu ditargetkan selesai pada Maret tahun 2015. Sodetan dari Kali Ciliwung ke KBT dikerjakan Kementerian PU melalui Balai Besar Ciliwung-Cisadane. Pemprov DKI hanya berperan membebaskan lahan warga.

Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak mengatakan, proyek pengeboran sudetan Kali Ciliwung bila telah selesai diperkirakan dapat mengurangi banjir di Jakarta.

“Apabila sudetan tersebut telah rampung, maka nantinya 10 persen banjir dari sungai Ciliwung bisa dialirkan ke KBT,” ujar Hermanto Dardak di Jakarta. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA