Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Masuk Gerbang Asrama Haji, Disambut Porter

Sebelum Terbang, Calon Haji “Dikarantina”

Kamis, 04 September 2014, 09:26 WIB
Masuk Gerbang Asrama Haji, Disambut Porter
ilustrasi
rmol news logo Seorang polisi dan satpam berjaga di gerbang kiri kompleks Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta Timur. Gerbang itu menjadi tempat perpisahan calon haji dengan para pengantarnya. Hanya calon haji yang diperkenankan melewati gerbang. Mengenakan seragam batik biru dan celana putih, mereka yang akan berangkat ke Tanah Suci itu mudah dikenali.

Mereka juga bisa dikenali dari tas yang dibawanya. Setiap calon haji membawa tas kecil yang dikalungkan ke leher dan dua tas jinjing. Satu berukuran sedang. Satu lagi berukuran besar yang dibungkus jaring.

Tenda renda dipasang di atas gerbang hingga ke Gedung Serbaguna 2. Di balik gerbang, porter berseragam kaos hijau siap membantu membawa barang-barang calon haji dengan cuma-cuma.

Beberapa pengantar menangis haru menyaksikan sanak saudara melangkah masuk ke dalam gedung. Jika tak ada kendala, sanak saudara mereka sudah akan terbang ke Tanah Suci esok harinya.

Gedung Serbaguna 2 menjadi tempat berkumpulnya calon haji. Sehari sebelum keberangkatan, calon haji dari embarkasi Jakarta sudah harus tiba di Asrama Haji Pondok Gede. Mereka akan menjalani sejumlah pemeriksaan dan dikarantina.

Bus Hiba Utama tiba di lobby Gedung Serbaguna 2. Bus itu mengangkut para calon haji. Salah satunya, Mulyadi, warga Klender, Jakarta Timur. Ia akan menunaikan haji bersama istri dan ayahnya. Mereka tergabung dalam Kloter 2 Embarkasi Jakarta. Seorang porter berseragam kaos hijau langsung mengambil alih barang bawaan Mulyadi.

Masuk ke dalam, Mulyadi dan keluarganya disambut ketua kelompok. Mereka diarahkan agar tergabung dengan jamaah yang juga mengenakan slayer biru. Calon haji dikumpulkan berdasarkan slayer yang dikenakan. Yakni kelompok slayer biru, ungu dan putih.

Setelah berkumpul dengan kelompok berslayer sama, Mulyadi harus berpisah dengan istrinya. Istrinya diminta duduk di sisi kanan bersama calon haji wanita lainnya.

“Labbaik, Allahumma Labbaik Labbaik. laa syariika laka labbaik innal hamda wan ni’mata laka wal mulk laa syariika laka.”  Lantunan Talbiyah dikumandangkan Hamidullah, Kepala Bidang Penerimaan Haji Embakar Kasi.

Ini sekaligus sebagai pembuka acara. Kompak, 450 calon haji Kloter 2 melantunkan lafal yang sama.

Hamidullah lalu menjelaskan tata tertib selama “masa karantina” di Asrama Haji Pondok Gede. Meski hanya semalam di tempat ini, tata tertib ini perlu disampaikan agar calon haji tak kebingungan.

“Selama di Asrama Pondok Gede disediakan makan dan snack. Tidak boleh jajan di luar. Selama di asrama, semua jamaah diantar menggunakan bus,” ujar.

Hamidullah lewat pengeras suara. Aturan lainnya, calon haji dilarang membawa benda cair dan logam tajam dalam tasnya.

Usai menjabarkan tata tertib, Hamidullah memberitahukan bahwa calon haji akan menjalani pemeriksaan dan pendataan. Di hadapan para calon haji, ada dua meja untuk pemeriksaan kesehatan. Petugasnya dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta.

Satu per satu calon haji menjalani pemeriksaan. Jika dianggap cukup sehat untuk berangkat, petugas memberikan satu paket obat-obatan ringan untuk persediaan selama haji. Isi paketnya: betadine, oralit dan molakrim. Calon haji juga dibekali masker.

Selanjutnya, calon haji menuju meja panjang di muka ruangan. Beberapa instansi menempatkan petugasnya di meja ini untuk memberi “bekal” kepada calon haji yang akan berangkat.

Di meja pertama, calon haji diberi kartu kamar berikut kupon makan dan snack selama di Asrama Haji. Bergeser ke meja sebelahnya, diberi gelang besi.

Identitas calon haji tertera di situ. Mulai dari nama, nomor paspor, kloter hingga asal provinsi. “Wajib dipakai dari Pondok Gede sampai kesini lagi (usai haji). Jangan dibuka atau lepas,” saran Hamidullah.

Berikutnya, calon haji menghadap meja yang dijaga petugas imigrasi berseragam biru. Di meja ini, calon haji dibekali paspor sebagai identitas selama di Arab Saudi. Di meja ini, ratusan paspor bersampul hijau dijejerkan. Atasnya dipasang foto dan nama calon haji.

Di meja terakhir, calon haji diterima petugas dari Bank BRI. Masing-masing haji akan dibekali uang 1.500 real atau setara Rp 4,6 juta.

Setelah melewati semua meja, calon haji meninggalkan Gedung Serbaguna 2. Sebuah bus putih milik Kanwil Kementerian Agama DKI Jakarta siap mengantarkan calon haji ke penginapan. Ada tiga gedung yang menjadi tempat bermalam calon haji Kloter 2. Yakni D4, D5, dan E.

“Nanti uangnya dicek lagi di depan petugas. Setelah itu langsung masuk bus. Jangan ketemu suami, istri atau keluarga lagi. Mulai dari sini, fokus untuk ibadah,” saran Hamidullah sambil mengantar calon haji ke bus.

Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Kanwil Kementerian Agama DKI, Purwanto akan memberikan pelayanan maksimal kepada calon haji selama di Pondok Gede. Calon haji mendapat jatah makan tiga kali plus makanan riangan.

“Yang beda tahun ini, kita antar (calon haji) dengan bus selama kegiatan di asrama. Seperti shalat wajib, dan bimbingan manasik yang semua dilakukan di masjid. Disediakan dua bus untuk mengantar jamaah,” ujar Purwanto.

Setiap calon haji wajib mengikuti semua rangkaian kegiatan selama berada di Asrama Haji Pondok Haji. Sebelum diberangkatkan, calon haji akan melakukan latihan manasik haji untuk terakhir kali. Jarak penginapan dengan masjid dan tempat latihan manasik lumayan jauh.

Tas Dipindai X-ray Di Pondok Gede
Percepat Keberangkatan Haji

Untuk mempercepat keberangkatan ke Tanah Suci, pemeriksaan barang bawaan calon haji tak dilakukan di bandara. Pemeriksaan sudah dilakukan dilakukan selama calon haji “dikarantina” di Asrama Pondok Gede.

Dua mesin X-ray yang biasa dipakai di bandara diangkut ke Gedung Serbaguna 2. Gedung ini menjadi tempat berkumpulnya calon haji yang akan terbang keesokan hari.

Tiba di sini, calon haji menyerahkan tas jinjing yang dibungkus jaring. Tas inilah yang akan dipindai dengan mesin X-ray. Setelah tas lolos pemeriksaan, tas diangkut ke Bandara Halim Perdanakusumah untuk dimasukkan ke bagasi pesawat.

Barang bawaan calon tinggal tas kecil yang dikalungkan di leher dan tas jinjing ukuran sedang. Tas kecil di leher untuk menyimpan identitas. Sedangkan tas jinjing untuk pakaian selama menginap di Asrama Haji dan penerbangan.

“Pemeriksaan untuk orang nanti dilakukan sebelum naik ke bus ke bandara,” ujar petugas yang mengoperasi mesin X-ray.

Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Kanwil Kementerian Agama DKI Jakarta, Purwanto mengatakan untuk mempercepat calon haji pesawat, mereka tak perlu lagi melewati boarding dan pemeriksaan X-ray di bandara. Semua pemeriksaan yang menjadi standar wajib penerbangan dilakukan di Asrama Haji Pondok Gede.

“Boardingnya dari sini (Asrama Haji Pondok Gede). Begitu turun bus di Halim, mereka langsung ke pesawat dan tidak perlu boarding,” kata Purwanto.

Sunarso (64), calon haji dari Cipayung, Jakarta Timur sumringah ketika diberitahu tak perlu berlama-lama di Bandara Halim Perdanakusumah. Begitu tiba bandara itu, langsung naik ke pesawat. Ini berbeda ketika dia naik haji pada 1998 lalu.

Dia berharap kualitas pelayanan haji semakin baik. Pasalnya, untuk bisa menunaikan rukun Islam kelima itu, kini setiap calon haji harus megantre sampai belasan tahun.

Sunarso menyebutkan dia hanya perlu mengantre empat tahun. Ikut haji reguler, dia hanya dikenakan biaya 3.218 dolar Amerika. Sebagian biaya harus dibayarkan ketika mendaftar naik haji. Sisanya dilunasi menjelang keberangkatan.

Selama menanti diberangkatkan, Sunarso menjaga kesehatannya agar tak sakit.  “Ya persiapan fisik saja, jalan pagi dan olah raga,” pungkasnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA