Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pintu Galangan Dibuka, Kapal Langsung Nyebur Ke Laut

KRI Bung Tomo 7 Tahun Nongkrong Di Dok Inggris

Senin, 25 Agustus 2014, 09:01 WIB
Pintu Galangan Dibuka, Kapal Langsung Nyebur Ke Laut
ilustrasi, KRI Bung Tomo
Glasgow, kota terbesar di Skotlandia sudah memasuki bulan kedua musim semi. Suhu udara di wilayah Inggris Raya ini beranjak menghangat. Temperatur berkisar 10-11 derajat di siang hari. Pada malam hari, turun menjadi satu digit.

Dinginnya udara dan terpaan angin kencang terasa menusuk tulang. Waktu menunjukkan pukul 21.30 waktu Glasgow. Iklim yang berbeda ini dengan di tanah air ini jadi tantangan bagi awak TNI Angkatan Laut. Malam itu, April lalu KRI Bung Tomo 357 menjajal berlayar.

Kepala freegat ringan ini akan memperkuat armada TNI AL. Persenjataannya mutakhir. Mulai dari peluru kendali antikapal permukaan MM 40, peluru kendali antiserangan udara Sea Wolf, meriam 76 mm, meriam 30 mm serta torpedo antikapal selam.

Sambil menunggu air laut naik, Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Kolonel Nyoman Sudihartawan dan para perwira mengumpulkan awak kapal, briefing persiapan berlayar.

Pukul 02.30 saat pasang mencapai titik tertinggi, pintu galangan (dok) Scounton dibuka. Kapal perusak ringan yang dibeli Indonesia ini pun menyentuh air untuk pertama kalinya sejak selesai dibuat pada 2007.

KRI Bung Tomo diarahkan ke perairan utara Inggris yang biasa menjadi tempat latihan Royal Navy, Angkatan Laut Inggris. Mr Prasad Shiva, programer yang didatangkan khusus dari Kanada mulai menganalisa kinerja teknologi IPMS (Integrated Platform Management System) yang disematkan di kapal ini.

Empat mesin pendorong diuji coba. Kapal dipacu dengan kecepatan penuh 30 knot. Lalu mesin pendorong dimatikan seketika. Hasilnya kapal berhenti total pada jarak 650 yard. Lama waktu sejak dimulai crash stop hingga berhenti total 2,5 menit.

Selama berlayar juga dilakukan pengukuran tingkat kebisingan (noise level) di ruang awak di belakang. Dengan IPMS, mesin pendorong pun di-setting agar tingkat kebisingan masih dalam ambang nyaman bagi para awak. Tingkat kebisingan yang rendah ini juga diperlukan agar tak terdeteksi kapal selam.

Dipandu Mr Rorre, bekas awak kapal freegat Royal Navy, Pelda Novim Susanto menjajal teknologi Rigid Hulled Inflatable Boat (RHIB). Dengan teknologi ini kapal tetap memiliki daya apung tinggi meski kondisi laut buruk.

Uji coba terakhir, kalibrasi kecepatan kapal (speed log) dengan menggunakan GPS. Selanjutnya, kapal diarahkan ke selatan menuju Barrow in Furness untuk perbaikan.

Komandan KRI Bung Tomo Kolonel Yayan Sofiyan berharap para awak bisa menyerap pengetahuan dari serangkaian uji coba yang telah dilakukan. “Kita mendapat mandat untuk fokus mempelajari kapal yang harus kita bawa ke tanah air dengan aman dan sukses,” ujarnya saat briefing evaluasi usai uji coba.

Yayan juga menyampaikan bahwa awak kapal ini mengemban misi diplomasi di sejumlah negara yang disinggahi dalam pelayaran ke tanah air.

“Mari kita songsong tugas itu dengan penuh semangat,” perintahnya.

Setelah diresmikan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro pada pertengahan Juli, KRI Bung Tomo angkat sauh dari dermaga Anchorline, Barrow In Furness. Pelayaran ke Indonesia pun dimulai dengan mengambil rute jalur selatan.

Kota Malaga di Spanyol menjadi pemberhentian pertama KRI Bung Tomo. Kapal berlabuh di Puerto de Malaga pada tanggal 7- 9 Agustus 2014. Para awak disambut Atase Pertahanan Kolonel Agus Adriyanto, Duta Besar (Dubes) Republik Indonesia untuk Spanyol, Yuli Mumpuni Widarso dan Komandan Angkatan Laut Spanyol di Malaga, Kolonel  Jose Luis Garcia Velo.

Dalam kesempatan ini pula diadakan acara ramah tamah di geladak KRI Bung Tomo. Duta Besar Yuli Mumpuni Widarso mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Spanyol dan Pemerintah Kota Malaga yang memperkenankan KRI Bung Tomo berlabuh.

Dubes juga berharap Malaga juga bisa menjadi tempat transit bagi KRI John Lie dan KRI Usman Harun dalam perjalanan ke Indonesia. Kedua kapal perang itu juga akan diberangkatkan dari Inggris.

Setelah berlayar dua hari, KRI Bung Tomo berlabuh di pelabuhan Civitavecchia, Itali. Kota ini berjarak satu jam dari Roma, ibu kota Italia. Selama berlabuh, kapal melakukan pengisian bahan bakar. Sementara para awak melakukan pertemuan dengan beberapa pihak di negara itu.

“Kedatangan kapal TNI AL tersebut disambut baik Komandan Angkatan Laut Italia di Civitavecchia Kolonel Giuseppe Tarzia beserta jajarannya, mengingat selama ini telah terjadi hubungan kerja sama yang baik antara Indonesia dan Italia di bidang persenjataan di mana beberapa alat utama sistem persenjataan (alutsista) Indonesia dibeli dari industri strategis Italia,” kata Nindarsari Utomo, pejabat Kedutaan Besar RI di Roma.

Dubes August Parengkuan juga menyambut kedatangan KRI Bung Tomo dan menyampaikan apresiasi kepada pemerintah setempat yang mengizinkan kapal itu singgah.

Acara penyambutan KRI Bung Tomo juga dihadiri Dubes RI di Vatikan, Walikota Civitavecchia, Komandan Pelabuhan Civitavecchia, dan jajaran angkatan laut Italia,  wakil dari industri strategis radar Italia, wakil dari Asosiasi Persahabatan Indonesia-Italia,  serta pejabat Indonesia yang bertugas di Food and Agriculture Organization (FAO).

Persinggahan berikutnya Port Said di Mesir dan Jeddah Arab Saudi.

Berlabuh Di Jeddah, Awak Sempatin Umrah

Rabu pekan lalu, KRI Bung Tomo berlabuh di Jeddah Islamic Port Arab Saudi. Para siswa Sekolah Indonesia Jeddah (SIJ) diberi kesempatan untuk melihat-lihat kapal ini.

Rombongan yang terdiri dari 25 siswa disambut Atase Pertahanan KBRI Riyadh, Kolonek Chb Roedy Roemin dan sejumlah ABK. Di geladak kapal, para siswa mendapatkan penjelasan singkat seputar KRI Bung Tomo dan pengalaman para awak membawa kapal perang teranyar yang baru saja dibeli Indonesia dari Inggris.

“Ini adalah kapal pertama dari tiga kapal yang dibeli negara kita dari Inggris. Dua kapal lainnya KRI Jhon Lie 358 dan KRI Usman Harun 359 dengan tipe yang sama juga sedang menyusul di belakang dalam perjalanan ke Tanah Air,” jelas Kapten Marten, Kepala Divisi Senjata Atas Air.

Rombongan kemudian dibagi menjadi dua regu. Masing-masing didampingi ABK mengitari geladak dan ruang-ruang yang terdapat dalam kapal serta melihat-lihat sistem persenjataan yang dimiliki KRI Bung Tomo.

Para siswa tampak antusias mendapat kesempatan berkunjung ke salah satu geladak kapal perang termodern yang dimiliki Indonesia saat ini. Hal ini terlihat dari sejumlah pertanyaan yang dilontarkan kepada personel yang bertugas memandu mereka saat melakuan tur di geladak kapal.

Di antara pertanyaan yang muncul adalah mengenai kecanggihan dan keunggulan KRI Bung Tomo dibanding kapal perang sejenis lainnya, sistem persenjataan, kemampuan dan kecepatan jelajah, sistem navigasi dan lain-lain.

Atase Pertahanan KBRI Riyadh, Kolonel Roedy Roemin mengapresiasi kehadiran rombongan siswa di geladak KRI Bung Tomo.

“Semoga kegiatan ini dapat memberikan inspirasi dan menambah wawasan adik-adik siswa sekalian seputar sistem pertahanan laut negara kita. Siapa tahu kelak ada dari kalian yang berminat berkarir di dunia kemiliteran angkatan laut,”pesannya.

KRI Bung Tomo berlabuh di Jeddah sampai Sabtu. Kesempatan ini dimanfaatkan para awak untuk melaksanakan ibadah umrah dilanjutkan dengan ziarah ke kota wafatnya Rasulullah, Madinah Al-Munawwarah.

Pada Jumat, diadakan acara cocktail party di atas geladak kapal yang mengakhiri seluruh rangkaian kegiatan selama sandar di Jeddah.

Acara ini dihadiri Duta Besar RI untuk Arab Saudi Abdurrahman Muhammad Fachir, Konjen RI Jeddah Dharmakirty SP, serta Atase Pertahanan. Turut diundang jajaran korps diplomatik, otoritas Pelabuhan Arab Saudi, Angkatan Laut Arab Saudi dan masyarakat Indonesia di Jeddah.

Sabtu, tepat pukul pukul 08.00, KRI Bung Tomo kembali melanjutkan perjalanannya ke Indonesia. Sesuai agenda perjalanan, persinggahan berikutnya Salalah (Oman), Cochin (India), Jakarta dan berakhir di Surabaya.

Batal Dipakai, Dibeli Murah Indonesia

KRI Bung Tomo Dibuat Untuk Brunei

KRI Bung Tomo 357 merupakan satu dari tiga kapal perang yang dibuat khusus untuk Angkatan Laut Kesultanan Brunei Darussalam. Kontrak dimulai sejak 1995, dan diluncurkan berturut-turut pada Januari 2001, Juni 2001 hingga Juni 2002.

Sesuai kontrak, kapal ini seharusnya diserahkan kepada Brunei pada Juni 2007. Namun, pemerintah Brunei memutus perjanjian. Alasannya, kekurangan personel. Kapal ini juga dianggap terlalu besar untuk negara sekecil Brunei.

Brunei lantas menghubungi perusahaan Jerman L¸rssen untuk mencari pembeli baru. Selama mencari pembeli, tiga kapal yang sudah jadi itu tetap berada di galangan di Glasgow, Inggris.

Selang lima tahun, Indonesia menyatakan tertarik membeli. “Kapal ini memang bekas, tapi tidak pernah digunakan untuk operasi, hanya pemanasan mesin aja ,” kata Kepala Badan Perencanaan Pertahanan Kementerian Pertahanan, Rachmad Lubis.

Untuk membeli 3 KRI ini, Indonesia menggelontorkan uang 385 juta dolar Amerika atau sekitar Rp 4 triliun. Proses upgrade kapal memerlukan 1,5 tahun, dimulai setelah kesepakatan ditandatangani awal Januari 2013 lalu.

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyebut harga pembelian ketiga kapal ini sangat murah. Harga yang dibayarkan Indonesia hanya 20 persen dari harga yang ditawarkan kepada Brunei sebelum pembuatan.

Setelah perjanjian pembelian diteken, ketiga kapal ini kemudian diberi nama KRI Bung Tomo 357, KRI John Lie 358 dan KRI Usman Harun 359. Tahun ini, ketiganya bakal memperkuat armada TNI AL.

Penggunaan nama Usman Harun sebagai nama kapal perang RI sempat diprotes Singapura. Negara tetangga itu menganggap Usman dan Harun teroris karena melakukan aksi pemboman pada 1960-an. Saat itu, Presiden Soekarno sedang menggelar konfrontasi dengan Malaysia. Singapura masih bagian Malaysia. 

Usman dan Harun tertangkap. Pemerintah Singapura menjatuhkan hukuman mati untuk keduanya.

Di mata Indonesia, kedua prajurit Marinir TNI AL itu adalah pahlawan. Jasadnya dibawa pulang dan dimakamkan dengan upacara kemiliteran. Meski diprotes, Indonesia bergeming. Usman Harun tetap dipakai sebagai nama kapal perang yang baru dibeli dari Inggris.

Bukan hanya soal nama, kemampuan kapal ini juga bisa membuat negara pulau itu jeri. Kapal tipe F2000 Corvette ini memiliki 1 meriam Oto Melara 76 mm, 2 meriam MSI Defence DS 30B REMSIG 30 mm, dan peluncur tripel torpedo BAE Systems 324 mm untuk perang atas air dan bawah air.

Selain itu, dilengkapi pula dengan 16 tabung peluncur peluru kendali permukaan-ke-udara VLS MBDA MICA (BAE Systems), 2 set 4 tabung peluncur peluru kendali MBDA (Aerospatiale) MM-40 Block II Exocet. Dua sistem arsenal inilah yang cukup mengganggu pertahanan musuh, baik dari udara ataupun permukaan laut. Sistem kesenjataan bawah lautnya juga cukup menggentarkan lawan hingga jarak sejauh 50 kilometer dari titik peluncuran.

BAE System Maritime-Naval Ships melengkapi kapal ini bersama pengarah senjata elektro-optik Ultra Electronics/Radamec Series 2500, radar penjejak I/J-band BAE Insyte 1802SW I/J-band, radar navigasi Kelvin Hughes Type 1007, radar Thales Nederland Scout, dan penangkal serangan Thales Sensors Cutlass 242.

Untuk keperluan perang bawah air, kapal-kapal perang ini dilengkapi radar berbasis sonar di lambung Thales Underwater Systems TMS 4130C1. Juga radar permukaan dan udara E-band dan F-band BAE Systems Insyte AWS-9 3D.

Lantarannya banyak peralatan canggih yang ditanamkan di kapal ini, perlu banyak awak.

Dengan karakter korvet yang cukup “mini” namun sarat persenjataan, kapal berbobot kosong 2.000 ton ini pas untuk keperluan patroli jarak dekat-menengah dan kawal-sergap. Apalagi kecepatannya cukup mumpuni, yaitu hingga 30 knot perjam berkat dorongan empat mesin diesel MAN B&W/Ruston yang memancarkan tenaga total 30,2 MegaWatt dari 2 poros baling-balingnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA