Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ngaku Dibantu PBB Untuk Identifikasi Jenazah Ninik

Mengunjungi Korban Malaysia Airlines MH 17

Selasa, 22 Juli 2014, 09:11 WIB
Ngaku Dibantu PBB Untuk Identifikasi Jenazah Ninik
ilustrasi, jatuhnya Malaysia Airlines MH 17
rmol news logo Azan Zuhur berkumandang, sekaligus penanda waktu istirahat siang bagi para pegawai di kantor Kemente­rian Kelautan dan Perikanan (KKP). Puluhan pegawai ber­seragam biru satu per satu meninggalkan meja kerjanya.
 
Ugenk Nugroho, seorang staf Pusat Data Statistik dan Infor­ma­si di kementerian tersebut ber­ge­gas menuju mushola untuk me­nu­naikan shalat. Usai shalat, pria berkumis lebat itu mampir ke ruang media (press room).

Kemarin siang, suasana press room tampak sepi. Dari empat kom­puter tersedia, semuanya tak dipakai. Ugenk leluasa memilih. Tanpa ragu, dia duduk di meja paling kiri. Komputer dinya­la­kan, dia langsung mengakses media online. “Mau cari infor­ma­si perkembangan MH17,” ujar Ugenk sembari memicingkan mata ke layar monitor.

Pesawat Malaysia Airlines (MAS) dengan kode pener­bang­an MH 17 jatuh di wilayah Do­netsk, Ukraina pada Kamis lalu (17/7) waktu setempat. Pesawat jenis Boeing 777 itu diduga di­tem­bak milisi pro-Rusia di Uk­raina. Semua penumpang ber­jum­lah 283 jiwa beserta 15 awak yang ada di dalam pesawat itu diketahui tewas.

Keseriusan Ugenk bukan tanpa sebab. Pasalnya, kakak kandung­nya Ninik Yuriani dipastikan ber­ada dalam pesawat yang tengah menempuh rute penerangan dari Be­landa menuju Malaysia.

Ugenk mengungkapkan ke­luar­ganya terdiri dari delapan ber­saudara. Ninik adalah anak kel­i­ma. Sementara Ugenk anak ketujuh.

Rencananya, Ninik akan transit dari Malaysia sebelum melan­jut­kan perjalanan ke Jakarta. Di Ja­karta, Ninik akan berkumpul di ke­diamanan Yuriah Tanzil, kakak nomor dua kandung Ninik yang beralamat di Jalan Rawa Pening I nomor 23, RT 3/2, Bendungan Hilir, Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Di rumah itulah, tutur Ugenk, Ninik sempat tinggal sebelum akhirnya memutuskan bekerja dan tinggal di Eindhoven, Belan­da, tahun 1997.

Meski tinggal dan bekerja di negeri orang selama 17 tahun. Ninik memiliki jadwal rutin ke Indonesia, setidaknya 2 atau 3 tahun sekali. Ketika pulang ke Tanah Air, dia selalu berkunjung ke Wonosobo, Jawa Tengah. Di kota itu, masih ada sang ibu yang kini sudah berusia 87 tahun. “Jadi kita semua mau lebaran ke Wo­nosobo, Mbak Ninik juga pernah bilang mau sungkem sama ibu yang sudah sepuh,” katanya.

Diceritakan Ugenk, meski ting­gal di Negeri Kincir Angin, serta me­nikah hingga dikaruniai se­orang anak dan dua cucu, Ninik selalu menyempatkan diri pulang ke Indonesia. Di Belanda, ka­kak­nya membuka restoran Sang Lee. Sebuah tempat makan sekaligus tempat belanja yang menjual aneka masakan Asia. Termasuk masakan Indonesia.

Selain bekerja, Ninik juga aktif sebagai pegiat seni berupa tarian asal Nusantara. Mulai dari tari Jawa, Padang, hingga Poco Poco, di­kuasainya. “Dia aktif di per­kum­pulan orang Indonesia. Ka­lau lagi off, dia ngajar menari orang Belanda, hingga pelajar asal Indonesia,” katanya.

Ninik kini sudah dipastikan men­jadi satu di antara 283 pe­num­pang MH 17 yang tewas. Ter­catat ada 12 warga negara In­donesia yang terbang dengan pesawat naas itu.

Menurut Ugenk, pihak keluar­ga mengaku sudah pasrah dan menyerahkan kepada Allah SWT atas musibah yang terjadi. Meski begitu, dia mengakui keluarga yang berada di daerah Jakarta dan se­kitarnya, selalu berkumpul di ke­diaman Yuriah Tanzil, di ka­wasan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat.

Setidaknya, ada tiga keluarga yang berkumpul di rumah ber­lan­tai dua yang nampak seperti baru dibangun itu. Yaitu, keluarga Yuriah Tanzil, Enny Nuraeni, dan keluarga Ugenk Nugroho. Na­mun, Ugenk memutuskan kembali ke rumahnya di daerah Cibinong, Jawa Barat pada akhir pekan kemarin, karena harus bekerja di hari Senin.

Menurut Ugenk, suasana duka menyelimuti kediaman Yuriah Tan­zil. Baik saudara, kerabat mau­pun media kerap mendatangi rumah itu. Terkadang, ketika ka­kak beradik yang kumpul disana ber­bincang, air mata tak ter­bendung lagi.

Saat ini, kata Ugenk, pihak ke­luarga sedang sibuk mengurusi paspor dan visa ke Belanda. Pa­salnya, pihak Malaysia Airlines, berencana memberikan empat tiket gratis bagi keluarga korban untuk mengecek kondisi jenazah di Belanda.

Sayang, belum dipastikan ka­pan perwakilan korban dapat ke negeri kincir angin itu. Pasalnya, jenazah korban masih berada di ka­wasan Ukraina dan belum se­pe­nuhnya teridentifikasi. “Saya nggak pergi (ke Belanda),” terang Ugenk.

Ugenk berharap, agar jenazah kakaknya dapat segera diter­bangkan dari Ukraina menuju Belanda untuk dimakamkan. Pa­salnya, keluarga Ninik tinggal di sana. Hingga saat ini, kata Ugenk, putri Ninik yang bernama Hani, se­dang berada di Ukraina didam­pingi tentara Perserikatan Bang­sa-Bangsa (PBB) untuk meng­identifikasi jenazah.

Tak terasa, waktu istirahat siang selama satu jam sudah ha­bis. Melihat jam yang tertera di BlackBerry miliknya, dia lang­sung mematikan komputer press room. Dengan tegap, Ugenk me­ninggalkan press room dan kem­bali naik ke ruang kerjanya. Dari paras wajahnya, masih nampak ke­sedihan.

Sebelumnya, Kamis (17/7) Ke­menterian dalam negeri Ukraina mengatakan pesawat Malaysia ditembak jatuh kelompok pro Rusia di timur Ukraina. Seluruh penumpang dan awak di pesawat itu tewas.

Pemerintah Ukraina menga­ta­kan separatis menembakkan ru­dal darat ke pesawat. Kores­pon­den Reuters mengatakan melihat puing-puing dan jasad manusia di tanah di desa Grabovo, sekitar 40 kilometer dari perbatasan Rusia. Wilayah tersebut merupakan wilayah yang dikuasai separatis.

Malaysia Airlines mengatakan dalam akun Twitter-nya telah ke­hilangan kontak dengan MH17 yang berangkat dari Amsterdam me­nuju Kuala Lumpur. “Posisi yang terakhir kali diketahui pesawat berada di wilayah udara Ukraina,” ujar kementerian.

Pemimpin kelompok separatis Alexander Borodai mengatakan, pesawat tersebut ditembak ten­tara Ukraina. Namun pejabat Ukraina me­ngatakan tentaranya tidak terlibat.

Tim DVI Polri Ambil Sampel DNA Keluarga
Bantu Identifikasi WNI Korban MH17

Musibah jatuhnya pasawat Malaysia Airlines (MH 17) di Ukraina, Kamis lalu, menjadi per­hatian serius Pemerintah In­donesia. Pasalnya, dari 295 pe­numpang pesawat yang tewas itu, 12 di antaranya warga ne­gara Indonesia.

Keseriusan itu nampak dari upaya pengiriman Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri. Tujuannya, untuk mem­bantu proses identifikasi korban pesawat MH 17 yang diduga jatuh ditembak rudal tersebut.

“Kita siapkan tujuh orang ang­gota DVI yang akan terga­bung dengan Kementerian Luar Negeri untuk membantu Ma­laysia mengidentifikasi kor­ban,” ujar Kapolri Jenderal Sutar­man usai memimpin Gelar Pa­sukan Operasi Ketupat di Mar­kas Polda Metro Jaya, Ja­karta, kemarin.

Sutarman mengatakan, dunia telah mengakui kualitas dari Tim DVI Polri. Di antaranya, me­miliki keahlian dan penga­lam­an mengidentifikasi korban yang jasanya sudah hancur se­perti peristiwa pesawat “Su­khoi” jatuh di Gunung Salak Su­­kabumi, Jawa Barat, be­berapa waktu lalu.

“Kami punya pengalaman dan diakui dunia untuk iden­ti­fikasi korban. Kami punya pe­ngalaman jatuhnya pesawat Sukhoi, saya kira ini mirip iden­tifikasi korban yang jatuh dan akhirnya bisa diserahkan ke ke­luarganya,” tandasnya.

Sementara itu, Kabid Dokkes Polda Metro Jaya, Komisaris Be­sar Polisi Musyafak, men­u­tur­kan tim DVI Polda Metro Jaya telah mengumpulkan data an­temortem korban dari ke­luarga.”Kami ambil pertama data-data sekunder, tanda fisik korban, sidik jari, kemudian den­tal atau gigi, lalu ambil sam­pel DNA,” katanya.

Ia menyebutkan, ada 12 kor­ban asal Indonesia. Delapan kor­ban keluarganya ada di Ja­karta, sisanya Medan dan Jawa Tengah.

“Data sudah diperiksa, be­lum selesai. Kami menunggu dari Kementerian Luar Negeri untuk mendapatkan informasi ka­pan tim DVI berangkat ke sana guna mengidentifikasi. Ti­dak menutup kemungkinan tim DVI ke sana, karena kami yang pu­nya data antemortem,” jelas­nya.

Menurutnya, hasil pemerik­sa­an DNA akan keluar tiga sampai tujuh hari atau seminggu. “Yang diperiksa DNA adalah yang ber­hubungan dengan korban. Orangtuanya, saudara kandung, atau anak. Hasil DNA, tiga sam­pai tujuh hari. Nanti Tim DVI Nasional membawa data itu,” pungkasnya.

Sebelumnya, Kepolisian Re­pub­­lik Indonesia mengimbau ke­luarga korban pesawat Ma­lay­sia MH 17 segera meng­hu­bungi tim kedokteran dan ke­se­hatan Polri. Hal ini diperlukan agar proses identifikasi korban se­­gera mem­buahkan hasil. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA