Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pakai Mobil Bak, Belanja Sayur Sampai Rp 30 Juta

Masjid Istiqlal Sediakan 3 Ribu Takjil Gratis

Sabtu, 05 Juli 2014, 10:52 WIB
Pakai Mobil Bak, Belanja Sayur Sampai Rp 30 Juta
ilustrasi
rmol news logo Puluhan telur ayam rebus yang telah dikupas kulitnya menumpuk di wajan besar. Abbas menuangkan sambal ke dalam wajan lalu mengaduk-aduknya. Ia sedang memasak telur sambal balado. Puluhan pekerja di kantor koperasi Masjid Istiqlal berkejaran dengan waktu mempersiapkan hidangan berbuka hari itu. Azan Ashar telah berkumandang. “Jam empat sore harus sudah diantar (ke masjid),” ujar Abbas.

Sejak awal Ramadhan, kantor koperasi ini menjadi dapur umum untuk mempersiapkan hidangan sahur dan buka puasa. Kantor ini berada tak jauh dari pintu masuk dekat Stasiun Juanda.

Tempat memasak berada di sebelah kanan kantor koperasi. Tempatnya dinaungi asbes untuk melindung dapur dari panas dan hujan. Tanpa tembok, membuat dapur itu terasa tak pengap. Ma­kanan yang sudah masak dibawa ke ruangan koperasi untuk dikemas.

Menu buka puasa hari itu ada­lah nasi, telur dan tahu balado, sa­yur kacang, dan kol. Menunya tak pernah sama. Pada hari tertentu disajikan ayam maupun rendang.

Mulai pukul 8 pagi, Abbas dan kawan-kawan bekerja mem­persiapkan hidangan berbuka un­tuk sekitar 3.000 orang. Sambil me­ngaduk telur sambal balado, Abbas menuturkan sejak 2006 dipercaya menjadi juru masak hi­dangan berbuka.

Ia tak kesulitan memilih menu. Sebab sudah ditentukan jauh-jauh hari. Ia tinggal memasak sesuai dengan jadwal menu hari ini. Lima puluh orang pekerja di ber­bagi tugas. Ada yang berbelanja, membersihkan bahan makanan, memasak hingga mengemas.

Tim yang bertugas berbelanja bertugas sejak dinihari. Meng­gu­na­kan mobil bak terbuka, mereka berbelanja bahan makanan mulai dari sayur, lauk hingga bumbu-bumbu di Pasar Karanganyar, Ja­karta Pusat. Bahan makanan yang dibeli disesuaikan dengan menu yang akan dimasak hari itu.

Bahan makanan yang sudah dibeli lalu diserahkan ke tim me­masak. Mulai pukul 7 pagi, tim me­milah-milah sambil member­sih­kan bahan makanan yang hen­dak dimasak. Sejam kemudian kom­por gas dinyalakan . Abbas dan kawan-kawan mulai memasak.

Semakin sore, dapur umum ini makin ramai. Puluhan orang me­ngemas makanan ke dalam sty­ro­foam. Secara bertahap, maka­nan yang sudah siap dibawa ke masjid melalui pintu belakang. Makanan buka puasa ditumpuk di dapur berukuran 2x3 meter. Ruangan ini dijaga seorang pe­tugas keamanan.

Mendekati waktu berbuka puasa, makanan dibagi-bagikan. Pengelola masjib menyediakan selasar di lantai dasar untuk tem­pat berbuka. Pria dan wanita di­pisahkan. Untuk pria disediakan di sisi kiri masjid melalui pintu Al Fallah. Sedangkan untuk wa­nita di sisi kanan masjid.

Tidak hanya menyediakan hi­da­ngan berbuka puasa, pihak mas­jid juga sudah merangkai be­berapa acara, jelang berbuka puasa. Panggung kecil dibangun di sisi kiri dan kanan lantai dasar selasar masjid. Panggung kecil itu bertuliskan “bimbingan ba­caan kalimatuth-thayibah me­n­jelang berbuka puasa”.

Di atas panggung, seorang ustad membimbing jamaah yang ingin berbuka di masjid Istiqlal berzikir dan berdoa. Kegiatan ini dimulai pukul setengah enam sore hingga waktu berbuka tiba.

Setelah semua makanan diki­rim ke masjid, Abbas dan kawan-kawan bisa istirahat sejenak. Ma­lam hari mereka kembali m­e­ma­sak untuk sahur.

Abbas mengaku berasal dari Pun­cak, Bogor, Jawa Barat. Se­lama menjadi juru masak, dia menginap di masjid terbesar di Asia Tenggara ini. Ia baru pulang pada akhir pekan. Dalam seming­gu, Abbas hanya libur sehari.

Wakil Ketua Bidang Takmir Mas­jid Istiqlal, Muhammad Wah­yono mengatakan setidak­nya pihaknya merogoh kocek hingga Rp 30 juta per hari untuk me­nye­diakan 3 ribu nasi bung­kus ber­buka puasa. Dananya ber­asal dari sumbangan kotak amal dan do­natur.

“Itu uang (Rp 30 juta), hanya un­tuk nasi bungkus saja,” ujar Wahyono saat ditemui Rakyat Merdeka, di ruang kerjanya, lan­tai dasar area Masjid Istiqlal, Ja­karta Pusat, Jumat (4/7).

Menurut Wahyono, untuk menyajikan teh manis dan susu sebagai hidangan pendamping nasi, pihaknya mengeluarkan dana Rp 5 juta per hari. 

Meski biayanya cukup besar, Wahyono menyatakan pihaknya tidak keteteran menyajikan makanan buka puasa gratis untuk jamaah. Jauh-jauh hari pengelola sudah memperhitungkan biaya­nya. “Menyajikan buka puasa untuk 3.000 orang, adalah pro­gram unggulan masjid. Jadi harus bisa dilaksanakan,” katanya.

Senada, Koordinator Penga­daan Takjil Berbuka Masjid Istiqlal, Hasanuddin menyatakan pihak mengalokasikan anggaran Rp 30 juta per hari untuk me­nye­diakan makanan buka puasa.

Hasan mengatakan ada orang yang diberi mandate untuk me­megang uang itu dan mem­be­lan­jakannya untuk bahan makanan.

“Kita butuh bahan makanan  dalam jumlah yang besar sekali. Kita selalu pesan 2-3 hari sebe­lumnya. Jadi, kayak masak ren­dang, dagingnya sudah kita pe­san,” kata Hasan yang sudah em­pat tahun menjadi koordinator tak­jil berbuka tersebut.

Untuk memasak ribuan porsi nasi kotak itu, pengelola masjid mempekerjakan 50 orang. Lima belas di antaranya adalah karya­wan koperasi. Sisanya tenaga le­pas yang hanya dipekerjakan un­tuk mempersiapkan makanan sa­hur dan berbuka selama Ra­ma­dhan saja.

Sediakan 1.500 Porsi Makanan Untuk Sahur

Pengendara yang masih dalam perjalanan bisa mampir ke Masjid Istiqlal menjelang be­dug Magrib. Pengelola mas­jid menyediakan makanan dan minuman berbuka puasa gratis.

Wakil Ketua Bidang Takmir Masjid Istiqlal, Muhammad Wahyono mengatakan pihak­nya menyediakan 3.000 porsi nasi kotak, teh manis dan susu un­tuk berbuka puasa. “Kalau Ju­mat sampai Ahad (Minggu) pasti 3.000 porsi, karena ja­maah penuh,” ujar Wahyono. Se­mentara Senin hingga Ka­mis, nasi kotak yang disediakan ha­nya 2.800 bungkus.

Tidak hanya hidangan buka puasa, lanjut Wahyono, pihak­nya juga menyediakan sahur gratis bagi jamaah yang ingin sa­hur bersama di Masjid Is­tiqlal. Namun, porsi yang di­se­dia­kan jauh lebih sedikit di­bandingkan saat berbuka. Ha­nya 1.500 porsi saja.

Menurut Wahyono, mereka yang biasa sahur di Masjid Is­tiqlal, kebanyakan adalah para pendatang dari Jabodetabek yang memang sengaja itikaf (berdiam diri) di Masjid. Mulai dari berbuka puasa, hingga sa­hur keesokan harinya. Mereka yang datang, sudah membawa hidangan sahur sendiri.

“Kita juga sediakan tempat khusus yang mau itikaf agar le­bih khusyuk,” katanya.
Di bulan Ramadhan, baik Masjid maupun Mushola se-dunia, aktif menyediakan dan memfasilitasi umat untuk ber­iba­dah. Termasuk, Masjid Is­tiqlal. Berikut rangkaian ke­gia­tan yang diikuti umat yang telah di­sediakan oleh pengelola mas­jid terbesar di Indonesia itu.

Menjelang Magrib, ada bim­bingan zikir dan doa bersama yang dimulai pPukul 17.30 WIB. Usai berbuka puasa dan menunaikan shalat Magrib, di­lanjutkan shalat Isya berjamaah dan shalat Tarawih.

“Penceramahnya itu ada tokoh-tokoh nasional. Nah tara­wih kita buat dua sesi, yang mau delapan rakaat silahkan, kemudian dilanjutkan bagi yang mau hingga 20 rakaat,” terangnya.

Setelah tarawih, kegiatan te­rus dilakukan. Yaitu, Qiroatul Quran. Kemudian, sahur ber­sama dan ditutup dengan re­nu­ngan fajar (kuliah Shubuh) usai menunaikan shalat Shubuh ber­jamaah. Kegiatan itu, menjadi rutinitas hingga jelang lebaran Idul Fitri.

“Kita ada juga santunan 1.000 anak yatim dengan mem­berikan uang Rp 250 ribu plus sarung  setiap orangnya. K­e­mu­dian, pesantren kilat, pe­ng­ha­r­gaan ustad berprestasi, malam takbi­ran akbar di masjid, hing­ga di­tutup shalat Idul Fitri ber­jamaah bersama presiden dan wakil pre­siden,” pungkasnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA