Sejak awal Ramadhan, kantor koperasi ini menjadi dapur umum untuk mempersiapkan hidangan sahur dan buka puasa. Kantor ini berada tak jauh dari pintu masuk dekat Stasiun Juanda.
Tempat memasak berada di sebelah kanan kantor koperasi. Tempatnya dinaungi asbes untuk melindung dapur dari panas dan hujan. Tanpa tembok, membuat dapur itu terasa tak pengap. MaÂkanan yang sudah masak dibawa ke ruangan koperasi untuk dikemas.
Menu buka puasa hari itu adaÂlah nasi, telur dan tahu balado, saÂyur kacang, dan kol. Menunya tak pernah sama. Pada hari tertentu disajikan ayam maupun rendang.
Mulai pukul 8 pagi, Abbas dan kawan-kawan bekerja memÂpersiapkan hidangan berbuka unÂtuk sekitar 3.000 orang. Sambil meÂngaduk telur sambal balado, Abbas menuturkan sejak 2006 dipercaya menjadi juru masak hiÂdangan berbuka.
Ia tak kesulitan memilih menu. Sebab sudah ditentukan jauh-jauh hari. Ia tinggal memasak sesuai dengan jadwal menu hari ini. Lima puluh orang pekerja di berÂbagi tugas. Ada yang berbelanja, membersihkan bahan makanan, memasak hingga mengemas.
Tim yang bertugas berbelanja bertugas sejak dinihari. MengÂguÂnaÂkan mobil bak terbuka, mereka berbelanja bahan makanan mulai dari sayur, lauk hingga bumbu-bumbu di Pasar Karanganyar, JaÂkarta Pusat. Bahan makanan yang dibeli disesuaikan dengan menu yang akan dimasak hari itu.
Bahan makanan yang sudah dibeli lalu diserahkan ke tim meÂmasak. Mulai pukul 7 pagi, tim meÂmilah-milah sambil memberÂsihÂkan bahan makanan yang henÂdak dimasak. Sejam kemudian komÂpor gas dinyalakan . Abbas dan kawan-kawan mulai memasak.
Semakin sore, dapur umum ini makin ramai. Puluhan orang meÂngemas makanan ke dalam styÂroÂfoam. Secara bertahap, makaÂnan yang sudah siap dibawa ke masjid melalui pintu belakang. Makanan buka puasa ditumpuk di dapur berukuran 2x3 meter. Ruangan ini dijaga seorang peÂtugas keamanan.
Mendekati waktu berbuka puasa, makanan dibagi-bagikan. Pengelola masjib menyediakan selasar di lantai dasar untuk temÂpat berbuka. Pria dan wanita diÂpisahkan. Untuk pria disediakan di sisi kiri masjid melalui pintu Al Fallah. Sedangkan untuk waÂnita di sisi kanan masjid.
Tidak hanya menyediakan hiÂdaÂngan berbuka puasa, pihak masÂjid juga sudah merangkai beÂberapa acara, jelang berbuka puasa. Panggung kecil dibangun di sisi kiri dan kanan lantai dasar selasar masjid. Panggung kecil itu bertuliskan “bimbingan baÂcaan kalimatuth-thayibah meÂnÂjelang berbuka puasaâ€.
Di atas panggung, seorang ustad membimbing jamaah yang ingin berbuka di masjid Istiqlal berzikir dan berdoa. Kegiatan ini dimulai pukul setengah enam sore hingga waktu berbuka tiba.
Setelah semua makanan dikiÂrim ke masjid, Abbas dan kawan-kawan bisa istirahat sejenak. MaÂlam hari mereka kembali mÂeÂmaÂsak untuk sahur.
Abbas mengaku berasal dari PunÂcak, Bogor, Jawa Barat. SeÂlama menjadi juru masak, dia menginap di masjid terbesar di Asia Tenggara ini. Ia baru pulang pada akhir pekan. Dalam semingÂgu, Abbas hanya libur sehari.
Wakil Ketua Bidang Takmir MasÂjid Istiqlal, Muhammad WahÂyono mengatakan setidakÂnya pihaknya merogoh kocek hingga Rp 30 juta per hari untuk meÂnyeÂdiakan 3 ribu nasi bungÂkus berÂbuka puasa. Dananya berÂasal dari sumbangan kotak amal dan doÂnatur.
“Itu uang (Rp 30 juta), hanya unÂtuk nasi bungkus saja,†ujar Wahyono saat ditemui Rakyat Merdeka, di ruang kerjanya, lanÂtai dasar area Masjid Istiqlal, JaÂkarta Pusat, Jumat (4/7).
Menurut Wahyono, untuk menyajikan teh manis dan susu sebagai hidangan pendamping nasi, pihaknya mengeluarkan dana Rp 5 juta per hari.
Meski biayanya cukup besar, Wahyono menyatakan pihaknya tidak keteteran menyajikan makanan buka puasa gratis untuk jamaah. Jauh-jauh hari pengelola sudah memperhitungkan biayaÂnya. “Menyajikan buka puasa untuk 3.000 orang, adalah proÂgram unggulan masjid. Jadi harus bisa dilaksanakan,†katanya.
Senada, Koordinator PengaÂdaan Takjil Berbuka Masjid Istiqlal, Hasanuddin menyatakan pihak mengalokasikan anggaran Rp 30 juta per hari untuk meÂnyeÂdiakan makanan buka puasa.
Hasan mengatakan ada orang yang diberi mandate untuk meÂmegang uang itu dan memÂbeÂlanÂjakannya untuk bahan makanan.
“Kita butuh bahan makanan dalam jumlah yang besar sekali. Kita selalu pesan 2-3 hari sebeÂlumnya. Jadi, kayak masak renÂdang, dagingnya sudah kita peÂsan,†kata Hasan yang sudah emÂpat tahun menjadi koordinator takÂjil berbuka tersebut.
Untuk memasak ribuan porsi nasi kotak itu, pengelola masjid mempekerjakan 50 orang. Lima belas di antaranya adalah karyaÂwan koperasi. Sisanya tenaga leÂpas yang hanya dipekerjakan unÂtuk mempersiapkan makanan saÂhur dan berbuka selama RaÂmaÂdhan saja.
Sediakan 1.500 Porsi Makanan Untuk SahurPengendara yang masih dalam perjalanan bisa mampir ke Masjid Istiqlal menjelang beÂdug Magrib. Pengelola masÂjid menyediakan makanan dan minuman berbuka puasa gratis.
Wakil Ketua Bidang Takmir Masjid Istiqlal, Muhammad Wahyono mengatakan pihakÂnya menyediakan 3.000 porsi nasi kotak, teh manis dan susu unÂtuk berbuka puasa. “Kalau JuÂmat sampai Ahad (Minggu) pasti 3.000 porsi, karena jaÂmaah penuh,†ujar Wahyono. SeÂmentara Senin hingga KaÂmis, nasi kotak yang disediakan haÂnya 2.800 bungkus.
Tidak hanya hidangan buka puasa, lanjut Wahyono, pihakÂnya juga menyediakan sahur gratis bagi jamaah yang ingin saÂhur bersama di Masjid IsÂtiqlal. Namun, porsi yang diÂseÂdiaÂkan jauh lebih sedikit diÂbandingkan saat berbuka. HaÂnya 1.500 porsi saja.
Menurut Wahyono, mereka yang biasa sahur di Masjid IsÂtiqlal, kebanyakan adalah para pendatang dari Jabodetabek yang memang sengaja itikaf (berdiam diri) di Masjid. Mulai dari berbuka puasa, hingga saÂhur keesokan harinya. Mereka yang datang, sudah membawa hidangan sahur sendiri.
“Kita juga sediakan tempat khusus yang mau itikaf agar leÂbih khusyuk,†katanya.
Di bulan Ramadhan, baik Masjid maupun Mushola se-dunia, aktif menyediakan dan memfasilitasi umat untuk berÂibaÂdah. Termasuk, Masjid IsÂtiqlal. Berikut rangkaian keÂgiaÂtan yang diikuti umat yang telah diÂsediakan oleh pengelola masÂjid terbesar di Indonesia itu.
Menjelang Magrib, ada bimÂbingan zikir dan doa bersama yang dimulai pPukul 17.30 WIB. Usai berbuka puasa dan menunaikan shalat Magrib, diÂlanjutkan shalat Isya berjamaah dan shalat Tarawih.
“Penceramahnya itu ada tokoh-tokoh nasional. Nah taraÂwih kita buat dua sesi, yang mau delapan rakaat silahkan, kemudian dilanjutkan bagi yang mau hingga 20 rakaat,†terangnya.
Setelah tarawih, kegiatan teÂrus dilakukan. Yaitu, Qiroatul Quran. Kemudian, sahur berÂsama dan ditutup dengan reÂnuÂngan fajar (kuliah Shubuh) usai menunaikan shalat Shubuh berÂjamaah. Kegiatan itu, menjadi rutinitas hingga jelang lebaran Idul Fitri.
“Kita ada juga santunan 1.000 anak yatim dengan memÂberikan uang Rp 250 ribu plus sarung setiap orangnya. KÂeÂmuÂdian, pesantren kilat, peÂngÂhaÂrÂgaan ustad berprestasi, malam takbiÂran akbar di masjid, hingÂga diÂtutup shalat Idul Fitri berÂjamaah bersama presiden dan wakil preÂsiden,†pungkasnya. ***