Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Logo Di Kantornya Ditutupi Kertas Koran

Mandala Tigerair Resmi Berhenti Terbang 1 Juli

Minggu, 22 Juni 2014, 10:02 WIB
Logo Di Kantornya  Ditutupi Kertas Koran
ilustrasi, Mandala Tigerair
rmol news logo Markus terburu-buru melangkah ke Wisma Soewarna Business Park di area Bandara Soekarno-Hatta, Kota Tangerang, Banten, Sabtu pagi. Tangannya menggenggam lima lembar hasil pencetakan tiket Mandala Tigerair. Masuk ke gedung berlantai tiga yang memiliki dua sayap itu, pengusaha asal Jayapura Papua ini kebingungan.

Dia pun mendatangi meja resepsionis di Wisma Soewarna. Seorang pria petugas sekuriti berjaga di meja ini. “Di mana kantor Mandala?” tanya Markus.

Petugas itu menunjukkan arah ke kantor yang ditanyakan dengan jari jempolnya. Letaknya berada di lorong di belakang meja resepsionos. Kurang pencahayaan, lorong itu terlihat remang.

Di ujung kiri lorong ada pintu kaca. Di pintu itu tertulis “Mandala Tigerair”. Inilah kantor yang dicari Markus. “Saya mau minta kejelasan dari Mandala,” kata Markus.

Pria yang mengenakan kaos merah itu menuturkan pada Rabu, 18 Juni lalu menerima email dari Mandala. Isi pemberitahuan bahwa maskapai itu akan berhenti beroperasi mulai 1 Juni 2014.

Masuk ke kantor Mandala, Markus mendapati lobby berukuran 3x3 meter yang lengang. Dua petugas sekuriti berjaga di meja resepsionis. Di dinding belakang meja ini dipasang logo Mandala Tigerair. Logo itu telah ditutup lembaran-lembaran kertas koran. Tulisannya masih terbaca karena lampu logo menyala.

Tanpa basa-basi, Markus langsung bertanya mengenai nasib lima tiket sudah dibelinya dari maskapai ini. Dia menuturkan memesan tiket-tiket itu pada April lalu  via online di situs www.tigerair.com. Tiket yang dipesan tujuan Palembang-Yogyakarta pulang-pergi.

“Hanya Mandala yang bisa direct (langsung) Palembang-Yogya. Saya sudah keluar uang lebih dari 10 juta,” ujar Markus yang mengaku waktunya terbuang untuk mengurus refund tiket akibat Mandala berhenti beroperasi.

“Besok (hari ini-red) saya harus kembali ke Jayapura,” katanya kepada kedua sekuriti di meja resepsionis.

Namun, Markus menumpahkan keluhan bukan kepada pihak yang tepat. Kedua petugas sekuriti itu tak bisa membantunya. Sebuah formulir pun disodorkan kepada Markus. Judulnya Formulir Penghentian Pengoperasian Tigerair Mandala (RI).

Markus diminta mengisi kolom-kolom yang tersedia. Mulai dari identitas, kode, rute dan jadwal penerbangan hingga opsi bagi calon penumpang. Maskapai itu menyediakan beberapa pilihan: pengalihan penerbangan atau refund tiket.
Hanya dalam bilangan menit, Markus telah mengisi semua kolom di formulir.

Formulir diserahkan ke petugas di meja resepsionis. Petugas itu mengatakan Markus akan mendapat pemberitahuan lebih lanjut lewat telepon atau email.
Pulang dengan tanpa hampa, Markus bertekad untuk menuntut Mandala mengembalikan uangnya yang sudah dibayarkan untuk memesan tiket (refund).

“Saya akan tempuh dari plan A sampai C demi uang saya kembali,” tekadnya.

Jauh dari ibukota, kantor Mandala tak banyak didatangi calon penumpang yang terancam tak bisa terbang akibat maskapai itu berhenti beroperasi. Tepat tengah hari, petugas sekuriti mengunci pintu kantor ini. Ia beralasan hari Sabtu kantor hanya buka setengah hari.

Beberapa calon penumpang yang datang kesiangan terpaksa gigit jari. Mereka mendapati pintu kantor sudah dikunci. Ada yang memilih langsung pulang. Lainnya ngobrol di lobby Wisman Soewarna. Topik pembicaraannya seputar refund tiket yang sudah dibeli.

Rabu (18/6) muncul pengumuman mengejutkan: Mandala Tigerair berhenti beroperasi mulai 1 Juli. Adalah Ketua Dewan Komisaris PT Mandala Airlines Jusman Syafii Djamal yang menyampaikan pengumuman itu.

Menurut bekas Menteri Perhubungan itu, keputusan ini diambil dengan berat hati. “Keputusan itu diambil dengan mempertimbangkan beberapa faktor. Seperti kondisi pasar yang sedang turun, serta meningkatnya biaya operasional akibat depresiasi rupiah yang cukup tajam,” katanya.

Selama ini, pihaknya sudah berupaya mencari solusi agar maskapai dengan brand Mandala Tigerair ini tetap mengudara. “Termasuk berdiskusi dengan calon mitra strategis dan penanam modal,” papar Jusman.

Sejak beroperasi kembali pada April 2012, Mandala terus merugi. Jumlah penumpang tak seimbang dengan armada yang beroperasi. Pelemahan nilai tukar rupiah dengan dolar AS membuat biaya operasional melonjak.

Para pemegang saham tak mau lagi menyuntik dana agar maskapai ini bisa terus beroperasi. “Dewan (Komisaris) meninjau posisi Mandala dan memutuskan bahwa Mandala tidak memiliki sumber daya yang memadai untuk melanjutkan kegiatan operasionalnya. Maka keputusan itu telah dibuat (Mandala berhenti beroperasi),” katanya.

Ingin Liburan Ke Bangkok, Begadang Berburu Tiket Murah
Kisah Calon Penumpang Mandala

Rencana pasangan suami-istri Hendriko dan Ita berlibur ke Bangkok, Thailand, Agustus mendatang, terancam batal.

Pasalnya, Mandala Tigerair yang akan ditumpangi mereka berhenti beroperasi mulai 1 Juli 2014. Padahal, mereka sudah membeli tiket penerbangan maskapai itu.

 â€Kita sudah prepare jauh-jauh hari. Hotel sudah kita bayar. Tiket yang kita beli itu juga promo. Harusnya kalau mau bangkrut, jangan jualan tiket,” ujar Hendriko di kantor pusat Mandala Tigerair di Bandara Soekarno-Hatta, Kota Tangerang, Banten kemarin.

Hendriko menceritakan, cukup sulit mendapatkan tiket promo ke Bangkok. Ia sampai perlu begadang agar bisa mendapatkannya. Pemesannya dilakukan lewat situs www.tigeraircom pada Mei lalu. Untuk dua tiket pulang-pergi dia hanya perlu membayar Rp 2,3 juta. “Cukup miring,” katanya.

Hendriko resah setelah mendengar kabar maskapai ini bakal berhenti beroperasi. Ia pun menghubungi call center di nomor 021-29396688.

“Call center susah banget dihubungin. Dia (petugas call center) bilang harus tunggu 30 hari kerja baru dikabari kembali,” ujar pria bertubuh besar itu.

Tak puas dengan jawaban itu, Hendriko memutuskan datang langsung ke kantor pusat Mandala di Bandara. Ia memilih  Sabtu lantaran hari libur kerja. Sayang, dia datang kesiangan. Pintu kantor di Wisma Soewarna sudah dikunci. Kantor hanya buka setengah hari.

“Kata call center, bisa datang kapan aja, jam berapa aja ke kantor pusat. Kita datang, nggak taunya sudah tutup,” ujar pria yang datang dari Depok ini.

Tak mau liburannya batal,  dia berencana memesan tiket maskapai lain. Ia berharap uang dari refund tiket bisa segera cair agar dia bisa segera membeli tiket penerbangan lain. “Nggak taunya nggak bisa refund,” kata Hendriko lagi-lagi kecewa.

Kalaupun pihak Mandala ingin mengalihkan calon penumpang ke penerbangan lain dengan tujuan yang sama, dia berharap harga tiketnya tak terlampau mahal.

Nasib serupa dirasa Anto. Warga Jakarta itu harus pulang dengan tangan hampa lantaran kantor Mandala Tigerair hanya buka setengah hari. Rencananya, dia ingin menukarkan empat tiket penerbangan Bali-Hong Kong.

Penerbangan Terakhir Hong Kong-Denpasar

Presiden Direktur Tigerair Mandala Paul Rombeek menegaskan, pihaknya akan bertanggung jawab pada calon penumpang yang terkena dampak dari penghentian operasi maskapai ini mulai 1 Juli.

“Kami memohon maaf kepada penumpang atas ketidaknyamanan ini. Namun kami memastikan bahwa Tigerair Group berkomitmen untuk membantu seluruh penumpang yang terkena dampak,” ujar Rombeek di Jakarta, Jumat (20/6).

Menurut dia, dana calon penumpang--yang sudah memesan tiket-- akan dikembalikan. Pilihan lainnya, maskapai akan menyediakan penerbangan dengan Tigerair Singapore (TR). Itu pun kalau masih ada kursi kosong.

Rombeek bilang ada beberapa catatan penting bagi penumpang yang memiliki pemesanan tiket dengan kode penerbangan ‘RI’. Yaitu, seluruh penerbangan Mandala sampai 30 Juni 2014, akan beroperasi seperti biasa.

“Namun, untuk penerbangan terakhir yang akan dioperasikan Mandala adalah RI 545 pada 1 Juli 2014, dengan rute HKG-DPS (Hong Kong-Denpasar Bali) dengan jadwal keberangkatan pada pukul 02.35. Seluruh penerbangan Mandala setelah 1 Juli 2014 akan ditiadakan,” tegasnya.

Untuk informasi lebih lanjut, ia menyarankan para calon penumpang yang membutuhkan bantuan atau masih bingung bisa menghubungi call center Mandala atau call center Tigerair sampai tanggal 31 Juli 2014.

Ketua Dewan Komisaris Mandala Airlines Jusman Syafii Djamal mengaku telah menyampaikan penghentian operasi kepada Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Mandala secara resmi akan berhenti beroperasi mulai Juli nanti.

“Maskapai telah secara resmi menyampaikan informasi terkait penghentian operasional terhitung tanggal 1 Juli 2014 kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara,” ungkap Jusman dalam siaran persnya, Rabu (18/6).

Atas ketidaknyamanan itu, pihaknya meminta maaf pada semua pihak yang merasa sudah dirugikan atas keputusan tersebut.

“Kami sangat menyesalkan dengan keputusan ini, dan memohon maaf kepada para karyawan dan keluarga, para penumpang, serta mitra atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan,” tandasnya.

Jatuh Bangun Bisnis Warisan Tentara Orba

Maskapai Mandala Airlines sebenarnya termasuk senior dalam dunia penerbangan di Tanah Air. Mandala mulai beroperasi sejak 1969. Dulu milik Kostrad TNI AD. Maskapai ini mengambil nama operasi merebut Irian Barat yang dipimpin Panglima Kostrad Soeharto, yang kemudian jadi presiden. 

PT Mandala Airlines membuka pertama kali jalur penerbangan ke arah timur Indonesia dengan pesawat Vicker Viscount (VC-8). Rute penerbangannya meliputi kota Jakarta, Ambon, Surabaya, Denpasar, Gorontalo, Manado, Yogyakarta, Ujung Pandang (sekarang Makassar), dan Kendari.

Seiring waktu berjalan, tahun 1972, Mandala mengambil alih rute-rute Seulawah Air, yaitu rute di kota Banda aceh, Banjarmasin, Medan, Padang, Palembang dan Pontianak.

Di tengah bisnis penerbangan yang semakin menggeliat sampai awal tahun 2000-an, Mandala terus berkembang dari tahun ke tahun. Memasuki tahun 2001, masalah mulai mun-cul. Pertumbuhan maskapai nasional semakin banyak dan persaingan pun kian ketat.

Di tengah hirup pikuk persaingan, Mandala terimbas kebijakan politik yang tidak membolehkan militer memegang kendali bisnis pada 2005, hingga akhirnya terlilit utang sebesar Rp 800 miliar kepada kreditor. Akibatnya, Mandala Airlines harus dijual kepada pihak swasta setelah pemerintah menolak mengambilalih.

Bak gayung bersabut, PT Cardig International mengakuisisi Mandala dengan harga 34 juta dolar AS tahun 2006. Perpindahan kepemilikan saham mayoritas tidak sampai di situ. Pada tahun yang sama, Indigo partners mengakuisisi 49 persen saham Cardig.

Setahun kemudian, tim manajemen internasional diberi mandat untuk peningkatan maskapai. Bahkan, Mandala juga pernah memesan 30 pesawat dan tumbuh rata-rata 25 persen per tahun.

Namun, tidak mudah bagi maskapai domestik itu untuk terbang dan menambah armada baru. Mandala pun mulai terbelit kesulitan keuangan dan memutuskan berhenti beroperasi sejak 13 Januari 2011. Maskapai harus berjuang keras mendapatkan suntikan dana segar dari investor agar bisa kembali mengudara.

Manajemen Mandala kemudian memutuskan untuk kembali terbang pada medio pertengahan 2011. Saat itu kepemilikan saham sudah berganti kepada PT Saratoga Investment sebesar 51 persen dan TigerAir yang berasal dari Singapura sebesar 33 persen. Sisanya tetap dimiliki oleh pemegang saham lama.

Kondisi keuangan Mandala terus terkuras, akibat semakin menurunnya penumpang dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. Ketidakmampuan mengelola keuangan tersebut membuat Dewan Komisaris mengambil keputusan untuk menghentikan operasi mulai 1 Juli 2014. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA