Pintu bak di belakang dibuka. Truk itu mengangkut tumpukan kardus cokelat. “Ini adalah kardus untuk bilik suara,†kata Budi, KeÂtua Panitia Pemungutan Suara (PPS) Kelurahan Grogol Utara.
Mulai 2014, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menggunakan biÂlik suara dari kardus. Biaya pemÂbuatannya dinilai murah dibanÂding dari aluminium. Selesai diÂpakai langsung dibuang seÂhingÂga tak perlu tempat penyimpanan.
Pengangkutan logistik dengan truk bak terbuka ini cukup riskan. Pasalnya, beberapa hari terakhir, cuaca di ibukota tak menentu. Pagi hingga siang panas.
MenÂjeÂlang sore cuaca berubah mÂenÂdung. Kadang hujan turun sangat deras. Bilik suara ini bisa rusak terÂkena hujan.
Bilik suara yang dikirim ke KeÂlurahan Grogol Utara Kamis lalu (20/6) itu akan digunakan daÂlam pemilihan presiden dan wakil preÂsiden (pilpres) 9 Juli menÂdaÂtang. Mendekati hari peÂnÂcobÂlosan, bilik suara dibagian ke temÂpat pemungutan suara (TPS) yang ada di wilayah kelurahan ini.
Sepuluh orang menghampiri truk pengangkut bilik suara. SeÂorang anggota Satpol PP dengan handy talkie di pinggangnya meÂngawasi bongkar muatan itu. Satu per satu tumpukan kardus bilik suaÂra diturunkan.
Kardus yang akan dipakai seÂbagai bilik suara itu berbentuk perÂsegi panjang. Kardus ini akan diÂtekuk menjadi tiga bagian, memÂbentuk huruf U. Di TPS, kardus ini akan ditaruh di tempat pencoblosan dengan posisi berÂdiri. Tujuannya agar orang tak bisa melihat pemilih ketika menÂcoblos kertas suara.
Ketika diturunkan dari truk, bilik suara dari kardus itu terlihat tak dibungkus. Hanya diikat deÂngan selotip bening agar tak beÂranÂtakan. Tiga pekerja bergantian mengangkut bilik suara ke aula di lantai tiga. Tumpukan bilik suaÂra ditaruh di atas kepala dan pingÂgirannya dipegang dengan kedua tangan.
Di lantai tiga ini juga terletak sekretariat PPS Kelurahan GroÂgol Utara. Hampir di semua daeÂrah, sekretariat PPS menumpang di kantor kelurahan maupun desa.
Menengok ke aula yang dihiasi ornamen Betawi itu, terlihat tumÂpukan kotak suara dari alÂuÂmiÂnium. Kotak suara ditumpuk meÂrapat ke jendela aula. Tujuh puluh kotak suara itu sudah selesai dirakit dan siap didistribusikan ke TPS menjelang hari pencoblosan.
Kotak suara itu terbuat dari aluminium. Sejak 2004, KPU mengÂgunakan kotak suara dari aluminium. Terbuat dari alumiÂnium, kotak suara ini bisa dipakai berulang kali lantaran tak gamÂpang berkarat.
Juga lebih ringkas ketika akan disimpan setelah dipakai, keÂtimÂbang kotak suara dari kayu yang digunakan pada pemilu-pemilu sebelumnya. Dinding kotak suara bisa dicopot hingga hanya tersisa lempengan-lempengan aluÂmiÂniÂum sehingga tak makan baÂnyak tempat untuk menyimpannya.
Setiap kotak suara terdiri dari enam lempengan aluminium. Empat untuk dinding. Dua lagi unÂtuk penutup bawah dan atas. Untuk menyusun menjadi kotak suara, lempengan-lempengan itu disatukan dengan sekrup.
“Kotak suara sudah beres seÂmua. Kami sudah mengecat dan merakit kemudian menyusun dan menyimpannya di lantai tiga. Ini sekarang menyusul kertas kardus untuk bilik suara nanti,†kata Budi. Bilik suara yang baru tiba itu lalu ditumpuk di samping kotak suara.
Menurut Budi, PPS Grogol UtaÂÂra baru menerima kotak suara, bilik suara dan formulir A5. “LoÂgisÂtik lainnya belum ada,†katanya.
Untuk pelaksanaan peÂmuÂnguÂtan suara, di setiap TPS harus terÂsedia kotak suara, bilik suara, kerÂtas suara, formulir-formulir, amÂplop dan segel.
Beranjak ke Sekretariat PPS, terlihat pintu ruangannya tertutup rapat dan dikunci. Di mana para anggota PPS bekerja? Di belaÂkang kantor kelurahan yang beÂrÂlantai tiga itu terdapat sejumlah ruaÂngan berderet. Di salah satu ruaÂngan inilah anggota PPS bekerja.
Pintunya terbuka. Sejumlah orang terlihat di dalamnya. SeÂorang perempuan terlihat sedang memencet-mencet tombol keyÂboard laptop. “Sehari-hari aktiÂvitas kebanyakan dilakukan di sini. Sebab di lantai 3 cukup lelah naik turunnya,†ujar perempuan berÂnama Nining. Ia mengaku diminta membantu di sekretariat PPS ini.
“Di sini juga lebih tertata dan terÂsedia camilan, kopi dan maÂkaÂnan-makanan kecil bagi petugas yang beraktivitas,†jelas Nining sembari menawarkan kopi.
Hari sudah menjelang sore. MeÂreguk kopi bisa mengusir kanÂtuk para petugas PPS yang tengah memelototi data pemilih di keÂluÂrahan ini.
190 Juta Surat Suara Selesai DicetakDigarap Tujuh PerusahaanKomisi Pemilihan Umum (KPU) menyatakan, surat suara peÂmilu presiden 2014 telah seleÂsai dicetak. Jumlah surat suara seÂsuai daftar pemilih tetap (DPT) Pilpres sebanyak 190 juta ditamÂbah dua persen setiap tempat peÂmungutan suara (TPS).
“Hari ini batas semua surat suara selesai diproduksi sesuai jumÂlah DPT plus dua persen per TPS. Kami target 28 Juni seÂmuaÂÂnya sudah selesai didÂisÂtriÂbuÂsikan baik dalam dan luar neÂgeri,†kata Ketua KPU Husni KaÂmil Manik, di kantor KPU, JaÂkarta, Jumat (20/6).
Pendistribusian hingga KPU kabupaten/kota, menurut Husni, merupakan tanggung jawab peruÂsahaan percetakan. Distribusi hingÂga kecamatan, kelurahan, dan TPS menjadi tugas KPU KaÂbupaten/Kota.
Distribusi surat suara pada pemilu legislatif 2014 kemarin, lanjut dia, menjadi evaluasi untuk pendistribusian surat suara pilÂpres. KPU memastikan akan meÂnekan jumlah surat suara rusak, hingga surat suara yang terlambat didstribusikan.
“Kami menekankan cara kerja internal KPU, sudah kami titikÂberatkan dalam materi bimbingan teknis kepada seluruh jajaran di baÂwah. Agar mereka disiplin dan memastikan surat suara sampai ke TPS dengan aman dan tepat,†ujar Husni.
Pencetakan 14 paket surat suara dikerjakan tujuh perusaÂhaÂan perusahaan. Yakni PT Pura Baru Utama (1 paket), PT GraÂmeÂdia (4 paket), PT Temprina (3 paket), PT PT Temprint (2 paket), PT Seni Budaya (2 paket), dan CV Adi Perkasa (2 paket).
Surat suara akan didisÂtriÂbuÂsiÂkan perusahaan percetakan hingÂga ke KPU kabupaten/kota paling lambat 27 Juni 2014. Selanjutnya, KPU akan menyortir dan menÂdisÂtribusikan ke TPS mulai 28 Juni hingÂga 8 Juli 2014.
Dikirim Ke TPS Sehari Sebelum PencoblosanLogistik Pilpres Disimpan Di Kelurahan Anggota PPS Kelurahan GroÂgol Utara, Syaiful Anwar meÂngatakan logistik untuk pilÂpres yang diterima pihaknya akan disimpan di aula kantor keÂlurahan. Tempat penyimÂpanan itu akan dijaga. “Itu wiÂlayah steril. Dijagain amanlah,†ujarnya.
Pengamanan bukan hanya oleh PPS saja. Tapi juga dibanÂtu anggota Satpol PP. Di haÂlaÂman kantor Kelurahan Grogol Utara ini terlihat mobil patroli Satpol PP parkir. Proses bongÂkar muat logistik pilpres hingga peÂnyimpanannya juga diawasi angÂgota Satpol PP.
Logistik akan disimpan di sini sampai ada perintah untuk mendistribusikannya ke TPS. Biasanya, pendistribusian ke TPS dilakukan sehari sebelum pencoblosan. Pendistribusian dikawal anggota Linmas. â€Ya di sini sampai H-1, dipastikan
sudah siap semualah,†ujar Syaiful.
Sambil menunggu kiriman logistik lainnya, anggota PPS menyisir lagi data pemilih pilÂpres. Di teras kantor Kelurahan Grogol Utara dipajang Daftar Pemilih Sementara Hasil PerÂbaikan (DPSHP). Ribuan nama pemilih dicantumkan di kertas yang ditempel memenuhi paÂpan dari kayu.
“DPT (Daftar Pemilih Tetap) sudah oke. Untuk DPT tamÂbahan belum ada perintah ke kami,†kata Budi, Ketua PPS.
Ia menjelaskan jika ada peÂmilih tambahan harus melapor ke PPS paling lambat 10 hari sebelum hari pencoblosan. “SeÂperti yang baru lulus sekolah seÂbaÂgai pemilih pemula, warga yang berpindah, dan atau warga yang meninggal dunia, semua haÂrus didata ulang,†kata dia.
Pemilih yang ingin pindah temÂpat pencoblos, diminta seÂgera melapor ke PPS. Mereka nanti akan diberi formulir A5. Formulir itu harus didaftarkan lagi ke PPS dan TPS dimana pemilih akan mencoblos.
“Sudah ada beberapa orang yang menanyakan mau pindah saat pilpres. Ya silakan, sebab sekarang sudah bisa mengurus formulir A5,†ujar dia.
Jumlah pemilih untuk pilpres di kelurahan ini meningkat diÂbanding pada pemilihan legisÂlatif (pileg). Pada pileg 9 April jumÂlah pemilih 36.577 orang. UnÂtuk pilpres 36.902 orang.
Pada pileg 9 April, pemilih tersebar di 86 TPS. Untuk pilÂpres dikurangi menjadi 67 TPS. Tiga TPS lagi untuk anggota PPS. ***