Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Barang Dagangan Disita, Ditaruh Di Mobil Dishub

Pedagang Di Monas Ditertibkan Pasca PRJ

Rabu, 18 Juni 2014, 09:45 WIB
Barang Dagangan Disita, Ditaruh Di Mobil Dishub
ilustrasi
rmol news logo Pekan Raya Jakarta (PRJ) Monas telah berakhir Minggu, 15 Juni 2014. Hingga Senin siang, kawasan landmark Jakarta ini masih ramai didatangi pengunjung. Padahal, stan-stan sudah mulai dibongkar.

Puluhan pekerja dikerahkan Dinas Kebersihan terlihat sibuk membersihkan sampah-sampah sisa PRJ.  Sampah dikumpulkan di satu tempat. Membentuk gunu­ngan. Dengan eskavator, sampah-sampah itu dimasukkan ke truk.

Keramaian ini dimanfaatkan pedagang kaki lima (PKL) untuk mengais rezeki. Larangan agar PKL tak berjualan di Monas tak dihiraukan.

Hari menjelang sore, Nardi dan Siti Mariam baru datang ke Mo­nas. Tikar kecil digelar. Di atas ti­kar mereka menjajakan kopi,  teh dan mie instan. Lengkap de­ngan termos berisi air panas un­tuk menyeduhnya.

Mereka menggelar di taman yang agak lapang. Di atas re­rum­putan yang dinaungi rindangnya pepohonan sehingga tak terkena panas. “Saya sehari-hari m­e­ngan­tar isteri dagang ke sini,” ujar Nardi.

Suami-isteri yang tinggal me­ngontrak rumah di Senen, Jakarta Pusat itu sudah melakoni ber­da­gang kopi sejak tujuh tahun lalu. Ia berjualan di Monas menjelang sore karena dari pagi hingga siang mengojek. Mangkalnya di dekat Sekretariat Negara.

 â€œKalau hari biasa, ya keluar dagang siang jelang sore. Kalau hari libur ya dari pagi sudah ke­luar,” ujar pria yang mengaku ber­asal dari Sampang, Madura itu.

Dalam sehari, dia bisa mengan­tongi keuntungan Rp 50 ribu. “Ka­lau hari libur ya kadang bisa lebih. Tergantung ramainya pe­ngunjung,” jelas Nardi.

Selama ini Nardi mengaku aman-aman saja berjualan di ka­wa­san Monas. Bahkan, para pe­tugas Satpol PP yang menjaga ka­wasan ini kerap membeli kopi yang dijualnya.  
Ia juga mengaku tak pernah di­mintai uang lagi oleh oknum. “Ka­lau ke kami sudah tidak per­nah. Paling kasih kopi dan rokok seikhlasnya saja. Biasa itu,” sebutnya.

Berjualan di kawasan ter­la­rang, Nardi sempat beberapa kali didatangi petugas. Tapi bukan un­tuk ditertibkan. Melainkan ha­nya didata. “Katanya mau dikasih tem­pat lebih layak. Tetapi ya kami tidak tahu, sampai sekarang be­lum ada,” ujarnya.

Kabar yang didengarnya, dia akan ditempatkan di lapangan IRTI, di luar Monas.

Namun tem­pat itu sudah penuh PKL. Ia kha­watir jika dipindah ke sana, bakal dikenai biaya sewa tempat. “Be­lum lagi para pengunjung kan tak selalu di sana,” ujar dia.

Sejauh ini, Nardi belum men­de­ngar rencana penertiban PKL di Monas. Ia pun sempat mena­nya­kan kepada istrinya dengan ba­hasa daerah mereka. “Belum de­ngar ada penertiban,” katanya.

Ia pasrah jika harus ditertibkan. Dia berharap masih diberi kesem­patan mencari nafkah berjualan di sekitar Monas. “Mau bilang apa lagi kalau memang sudah mau di­tertibkan,” ujarnya.

Keberadaan PKL yang me­ng­gelar dagangan di kawasan dalam Monas seolah dibiarkan. Di dekat pintu masuk, ratusan patrol Sat­pol PP terlihat berkumpul. Mau apa? Apa mau melakukan pener­tiban? “Kami mau apel,” ak­u­seorang anggota Satpol PP yang sedang nongkrong.

Aparat Dinas Kebersihan—yang mengawasi pembersihan sisa-sisa PRJ itu—juga terlihat membiarkan PKL menggelar da­ga­ngannya. “Urusan penertiban bu­kan urusan kami, kami hanya pada bagian kebersihan,” ujar Togatorop, pegawai Suku Dinas Kebersihan Jakarta Pusat yang mengawasi pembersihan sampah bekas PRJ.

“Informasinya memang akan dilakukan penertiban PKL, tetapi resminya belum tahu,” kata pria yang mengenaikan seragam PNS warna krem dengan emblem logo DKI di lengannya ini.

Menurut Togatorop, ada lebih dari 300 PKL yang berjualan di ka­wasan Monas. Banyak peda­gang ini membuat kawasan ini menjadi tidak tertib. Bekas-bekas berjualan juga kerap tak diber­sih­kan. Akibatnya membuat kawa­san ini jadi kotor. Ia menilai, pe­nem­patan PKL di IRTI sudah tepat.

Sejauh ini larangan agar pe­ngunjung tak membeli dagangan PKL yang berjualan di kawasan dalam Monas tak efektif. “Pernah beberapa kali para pedagang de­ngan petugas sampai berantem karena pengunjung tidak boleh membeli,” kata Woko, petugas ke­bersihan di Monas yang me­nge­nakan seragam oranye. 

Menjelang sore, penertiban PKL pun dilakukan. Penertiban dilakukan di sekitar Patung Lima, Monas. Para pedagang melaku­kan perlawanan terhadap pe­ner­ti­ban yang dipimpin Walikota Ja­karta Pusat Saifullah bersama Ke­pala Sat­pol PP Kukuh Hadi Santoso.

“Ada tiga pedagang yang di­amankan tadi. Mereka me­la­ku­kan perlawanan kepada petugas. Akhirnya mereka dipaksa dan diseret Satpol PP. Nggak tahu di­bawa ke mana,” kata Ibnu, pe­dagang kaos yang juga berjualan di kawasan dalam Monas.

Ayah dua anak ini mengaku ka­get ada penertiban. Dia sama se­kali tidak mendapatkan infor­masi sebelumnya. “Tiba-tiba ratusan Sat­pol PP datang menertibkan ba­rang dagangan kami,” ujarnya sam­bil tertunduk lesu karena ba­rang dagangannya disita petugas.

Kepala Satpol PP DKI Kukuh Hadi Santosa menegaskan, tin­da­kan penertiban yang dilakukan hari ini merupakan langkah satu-satunya untuk mengembalikan kawasan Monas menjadi kawa­san bebas PKL.

“Bila ada PKL yang melawan, kami bawa barang dagangan me­reka. Semua harus ditertibkan. Mo­nas bukan untuk PKL. Sudah ada tempat yang disediakan, yaitu di lapangan IRTI Monas. Itu yang harus dipahami,” terang Kukuh.

Lebih dari 400 petugas ga­bu­ngan dari TNI, Polri, Satpol PP dan UPT Monas dikerahkan un­tuk mengusir PKL dari kawasan yang menjadi ikon ibu kota ter­sebut.

Mereka menyebar di se­lu­ruh area Monas. Juga menjaga empat pintu masuk. Termasuk ger­bang di lapangan IRTI.

Barang dagangan PKL yang tertangkap dimasukkan ke dalam mobil Dinas Perhubungan. Sete­lah itu pedagangnya dilepas.  Para pedagang yang kebanyakan pe­rempuan tetap melawan. Mereka meminta petugas tak menyita barang dagangan.

“Kami punya keluarga, punya anak. Kami butuh uang,” kata se­orang pedagang perempuan.

Menurut Kepala Satpol PP Ja­karta Pusat, Yadi Rismayadi ren­cana penertiban ini sudah bocor. Hasilnya hanya 15 pedagang yang berhasil digaruk. “Memang yang tersisa hanya beberapa la­pak. Karena saat kita mau ope­rasi, mungkin mereka sudah tahu,” kata Yadi.

Ahok Bilang Ada Yang Mengerahkan Pedagang Di Monas

Pelaksana Tugas (Plt) Gu­bernur DKI Jakarta Basuki Tja­haja Purnama (Ahok) mengul­timatum ka­wasan Mo­nas harus bersih dari PKL pada pekan ini.

“Nggak ada toleransi lagi buat PKL. Selama-lamanya. Su­dah nggak ada urusan. PKL yang kita toleransi hanya yang ada di lapangan IRTI Monas,” tegasnya di Balai Kota DKI, Ja­karta, Senin (16/6).

Tindakan tegas ini dilakukan, lanjutnya, untuk membuktikan keseriusan Pemprov DKI da­lam memberantas PKL yang te­lah melanggar hukum. Selama ini, pemerintah telah mem­be­ri­kan peluang bagi PKL untuk menjalankan usahanya. Salah satunya dengan melakukan pem­binaan PKL dan berupaya untuk menyediakan tempat ber­­dagang di lapangan IRTI.

Ahok menyebutkan, ada pi­hak yang mengkoordinir para pedagang berjualan di dalam ka­wasan Monas.

“Niat kita kan membina PKL nih. Tapi apa yang terjadi? Bu­kan PKL yang dibina, malah bos-bos bajingan ini yang ku­rang ajar. Mendatangkan orang ke Jakarta. Itu di Monas lebih dari 7 ribu PKL. Apa itu PKL dari Jakarta semua? Nggak, di­ba­wain sama bosnya, di­ma­i­nin,” cetus Ahok.

Pemprov DKI, kata dia, ha­nya mengizinkan pedagang ber­jualan di lapangan IRTI. Itu pun dibatasi hanya pedagang binaan dan taat kepada aturan. Untuk pedagang yang telah ber­jualan di sini pun akan di­data lagi.  

Ahok sudah memerintahkan Walikota Jakarta Pusat untuk mendata. “Kita bina PKL yang betul-betul mau dibina. Nanti kalau tambah bagus baru kita pin­dahkan ke taman.

Kalau cuma hit and run, yang main-main saja, kita keluarkan saja. Kita suruh tes nanti. Suruh Pak Saefullah (walikota) untuk be­reskan. Kita masih punya ba­nyak even di HUT ini untuk nam­pung PKL. Nggak boleh lagi PKL masuk di dalam Mo­nas,” katanya.

Terkait kondisi Monas se­te­lah Pekan Rakyat Jakarta (PRJ) Monas yang membuat pagar jebol dan sampah meng­gunung, Ahok pun me­nya­yang­kannya. “Betul-betul gimana ya, ke­ma­rin pesta pora itu, se­lama 6 hari Monas dihancurin,” sesalnya.

Dalam rapat evaluasi, Ahok ke­sal karena kegiatan PRJ me­ninggalkan banyak sampah. Ta­man-taman juga jadi rusak dan pagar banyak yang dibobol. Dia menyebut, PKL yang diberikan kesempatan dan stand gratis su­dah bersikap kelewatan.

 â€œBrengseknya luar biasa, semua buang sampah dan PKL pada dagang di banyak tempat. PKL ini yang ngelunjak, kita pe­ngin ngebantu Anda tapi ja­ngan ngelunjak gitu lho,” ujarnya.

 Menurut Ahok, PRJ Monas tak lebih dari pasar malam ting­kat daerah. “Kalau saya kasih nilai ini adalah pasar malam kam­pung saya di Belitung yang dipindahin ke Monas.
Mending setiap lurah bikin acara pasar malam di kampungnya masing-masing deh,” kata dia.

Melihat kondisi ini, Ahok tidak mau memastikan apakah akan menggelar kegiatan serupa tahun depan. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA