Puluhan pekerja dikerahkan Dinas Kebersihan terlihat sibuk membersihkan sampah-sampah sisa PRJ. Sampah dikumpulkan di satu tempat. Membentuk gunuÂngan. Dengan eskavator, sampah-sampah itu dimasukkan ke truk.
Keramaian ini dimanfaatkan pedagang kaki lima (PKL) untuk mengais rezeki. Larangan agar PKL tak berjualan di Monas tak dihiraukan.
Hari menjelang sore, Nardi dan Siti Mariam baru datang ke MoÂnas. Tikar kecil digelar. Di atas tiÂkar mereka menjajakan kopi, teh dan mie instan. Lengkap deÂngan termos berisi air panas unÂtuk menyeduhnya.
Mereka menggelar di taman yang agak lapang. Di atas reÂrumÂputan yang dinaungi rindangnya pepohonan sehingga tak terkena panas. “Saya sehari-hari mÂeÂnganÂtar isteri dagang ke sini,†ujar Nardi.
Suami-isteri yang tinggal meÂngontrak rumah di Senen, Jakarta Pusat itu sudah melakoni berÂdaÂgang kopi sejak tujuh tahun lalu. Ia berjualan di Monas menjelang sore karena dari pagi hingga siang mengojek. Mangkalnya di dekat Sekretariat Negara.
“Kalau hari biasa, ya keluar dagang siang jelang sore. Kalau hari libur ya dari pagi sudah keÂluar,†ujar pria yang mengaku berÂasal dari Sampang, Madura itu.
Dalam sehari, dia bisa menganÂtongi keuntungan Rp 50 ribu. “KaÂlau hari libur ya kadang bisa lebih. Tergantung ramainya peÂngunjung,†jelas Nardi.
Selama ini Nardi mengaku aman-aman saja berjualan di kaÂwaÂsan Monas. Bahkan, para peÂtugas Satpol PP yang menjaga kaÂwasan ini kerap membeli kopi yang dijualnya.
Ia juga mengaku tak pernah diÂmintai uang lagi oleh oknum. “KaÂlau ke kami sudah tidak perÂnah. Paling kasih kopi dan rokok seikhlasnya saja. Biasa itu,†sebutnya.
Berjualan di kawasan terÂlaÂrang, Nardi sempat beberapa kali didatangi petugas. Tapi bukan unÂtuk ditertibkan. Melainkan haÂnya didata. “Katanya mau dikasih temÂpat lebih layak. Tetapi ya kami tidak tahu, sampai sekarang beÂlum ada,†ujarnya.
Kabar yang didengarnya, dia akan ditempatkan di lapangan IRTI, di luar Monas.
Namun temÂpat itu sudah penuh PKL. Ia khaÂwatir jika dipindah ke sana, bakal dikenai biaya sewa tempat. “BeÂlum lagi para pengunjung kan tak selalu di sana,†ujar dia.
Sejauh ini, Nardi belum menÂdeÂngar rencana penertiban PKL di Monas. Ia pun sempat menaÂnyaÂkan kepada istrinya dengan baÂhasa daerah mereka. “Belum deÂngar ada penertiban,†katanya.
Ia pasrah jika harus ditertibkan. Dia berharap masih diberi kesemÂpatan mencari nafkah berjualan di sekitar Monas. “Mau bilang apa lagi kalau memang sudah mau diÂtertibkan,†ujarnya.
Keberadaan PKL yang meÂngÂgelar dagangan di kawasan dalam Monas seolah dibiarkan. Di dekat pintu masuk, ratusan patrol SatÂpol PP terlihat berkumpul. Mau apa? Apa mau melakukan penerÂtiban? “Kami mau apel,†akÂuÂseorang anggota Satpol PP yang sedang nongkrong.
Aparat Dinas Kebersihan—yang mengawasi pembersihan sisa-sisa PRJ itu—juga terlihat membiarkan PKL menggelar daÂgaÂngannya. “Urusan penertiban buÂkan urusan kami, kami hanya pada bagian kebersihan,†ujar Togatorop, pegawai Suku Dinas Kebersihan Jakarta Pusat yang mengawasi pembersihan sampah bekas PRJ.
“Informasinya memang akan dilakukan penertiban PKL, tetapi resminya belum tahu,†kata pria yang mengenaikan seragam PNS warna krem dengan emblem logo DKI di lengannya ini.
Menurut Togatorop, ada lebih dari 300 PKL yang berjualan di kaÂwasan Monas. Banyak pedaÂgang ini membuat kawasan ini menjadi tidak tertib. Bekas-bekas berjualan juga kerap tak diberÂsihÂkan. Akibatnya membuat kawaÂsan ini jadi kotor. Ia menilai, peÂnemÂpatan PKL di IRTI sudah tepat.
Sejauh ini larangan agar peÂngunjung tak membeli dagangan PKL yang berjualan di kawasan dalam Monas tak efektif. “Pernah beberapa kali para pedagang deÂngan petugas sampai berantem karena pengunjung tidak boleh membeli,†kata Woko, petugas keÂbersihan di Monas yang meÂngeÂnakan seragam oranye.
Menjelang sore, penertiban PKL pun dilakukan. Penertiban dilakukan di sekitar Patung Lima, Monas. Para pedagang melakuÂkan perlawanan terhadap peÂnerÂtiÂban yang dipimpin Walikota JaÂkarta Pusat Saifullah bersama KeÂpala SatÂpol PP Kukuh Hadi Santoso.
“Ada tiga pedagang yang diÂamankan tadi. Mereka meÂlaÂkuÂkan perlawanan kepada petugas. Akhirnya mereka dipaksa dan diseret Satpol PP. Nggak tahu diÂbawa ke mana,†kata Ibnu, peÂdagang kaos yang juga berjualan di kawasan dalam Monas.
Ayah dua anak ini mengaku kaÂget ada penertiban. Dia sama seÂkali tidak mendapatkan inforÂmasi sebelumnya. “Tiba-tiba ratusan SatÂpol PP datang menertibkan baÂrang dagangan kami,†ujarnya samÂbil tertunduk lesu karena baÂrang dagangannya disita petugas.
Kepala Satpol PP DKI Kukuh Hadi Santosa menegaskan, tinÂdaÂkan penertiban yang dilakukan hari ini merupakan langkah satu-satunya untuk mengembalikan kawasan Monas menjadi kawaÂsan bebas PKL.
“Bila ada PKL yang melawan, kami bawa barang dagangan meÂreka. Semua harus ditertibkan. MoÂnas bukan untuk PKL. Sudah ada tempat yang disediakan, yaitu di lapangan IRTI Monas. Itu yang harus dipahami,†terang Kukuh.
Lebih dari 400 petugas gaÂbuÂngan dari TNI, Polri, Satpol PP dan UPT Monas dikerahkan unÂtuk mengusir PKL dari kawasan yang menjadi ikon ibu kota terÂsebut.
Mereka menyebar di seÂluÂruh area Monas. Juga menjaga empat pintu masuk. Termasuk gerÂbang di lapangan IRTI.
Barang dagangan PKL yang tertangkap dimasukkan ke dalam mobil Dinas Perhubungan. SeteÂlah itu pedagangnya dilepas. Para pedagang yang kebanyakan peÂrempuan tetap melawan. Mereka meminta petugas tak menyita barang dagangan.
“Kami punya keluarga, punya anak. Kami butuh uang,†kata seÂorang pedagang perempuan.
Menurut Kepala Satpol PP JaÂkarta Pusat, Yadi Rismayadi renÂcana penertiban ini sudah bocor. Hasilnya hanya 15 pedagang yang berhasil digaruk. “Memang yang tersisa hanya beberapa laÂpak. Karena saat kita mau opeÂrasi, mungkin mereka sudah tahu,†kata Yadi.
Ahok Bilang Ada Yang Mengerahkan Pedagang Di Monas
Pelaksana Tugas (Plt) GuÂbernur DKI Jakarta Basuki TjaÂhaja Purnama (Ahok) mengulÂtimatum kaÂwasan MoÂnas harus bersih dari PKL pada pekan ini.
“Nggak ada toleransi lagi buat PKL. Selama-lamanya. SuÂdah nggak ada urusan. PKL yang kita toleransi hanya yang ada di lapangan IRTI Monas,†tegasnya di Balai Kota DKI, JaÂkarta, Senin (16/6).
Tindakan tegas ini dilakukan, lanjutnya, untuk membuktikan keseriusan Pemprov DKI daÂlam memberantas PKL yang teÂlah melanggar hukum. Selama ini, pemerintah telah memÂbeÂriÂkan peluang bagi PKL untuk menjalankan usahanya. Salah satunya dengan melakukan pemÂbinaan PKL dan berupaya untuk menyediakan tempat berÂÂdagang di lapangan IRTI.
Ahok menyebutkan, ada piÂhak yang mengkoordinir para pedagang berjualan di dalam kaÂwasan Monas.
“Niat kita kan membina PKL nih. Tapi apa yang terjadi? BuÂkan PKL yang dibina, malah bos-bos bajingan ini yang kuÂrang ajar. Mendatangkan orang ke Jakarta. Itu di Monas lebih dari 7 ribu PKL. Apa itu PKL dari Jakarta semua? Nggak, diÂbaÂwain sama bosnya, diÂmaÂiÂnin,†cetus Ahok.
Pemprov DKI, kata dia, haÂnya mengizinkan pedagang berÂjualan di lapangan IRTI. Itu pun dibatasi hanya pedagang binaan dan taat kepada aturan. Untuk pedagang yang telah berÂjualan di sini pun akan diÂdata lagi.
Ahok sudah memerintahkan Walikota Jakarta Pusat untuk mendata. “Kita bina PKL yang betul-betul mau dibina. Nanti kalau tambah bagus baru kita pinÂdahkan ke taman.
Kalau cuma hit and run, yang main-main saja, kita keluarkan saja. Kita suruh tes nanti. Suruh Pak Saefullah (walikota) untuk beÂreskan. Kita masih punya baÂnyak even di HUT ini untuk namÂpung PKL. Nggak boleh lagi PKL masuk di dalam MoÂnas,†katanya.
Terkait kondisi Monas seÂteÂlah Pekan Rakyat Jakarta (PRJ) Monas yang membuat pagar jebol dan sampah mengÂgunung, Ahok pun meÂnyaÂyangÂkannya. “Betul-betul gimana ya, keÂmaÂrin pesta pora itu, seÂlama 6 hari Monas dihancurin,†sesalnya.
Dalam rapat evaluasi, Ahok keÂsal karena kegiatan PRJ meÂninggalkan banyak sampah. TaÂman-taman juga jadi rusak dan pagar banyak yang dibobol. Dia menyebut, PKL yang diberikan kesempatan dan stand gratis suÂdah bersikap kelewatan.
“Brengseknya luar biasa, semua buang sampah dan PKL pada dagang di banyak tempat. PKL ini yang ngelunjak, kita peÂngin ngebantu Anda tapi jaÂngan ngelunjak gitu lho,†ujarnya.
Menurut Ahok, PRJ Monas tak lebih dari pasar malam tingÂkat daerah. “Kalau saya kasih nilai ini adalah pasar malam kamÂpung saya di Belitung yang dipindahin ke Monas.
Mending setiap lurah bikin acara pasar malam di kampungnya masing-masing deh,†kata dia.
Melihat kondisi ini, Ahok tidak mau memastikan apakah akan menggelar kegiatan serupa tahun depan. ***