Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Disiapkan 300 Bangsal, Televisi Dan Bisa Nikmati Kamar Ber-AC

Fasilitas Rumah Sakit Jiwa Grogol Antisipasi Pileg

Senin, 24 Maret 2014, 09:35 WIB
Disiapkan 300 Bangsal, Televisi Dan Bisa Nikmati Kamar Ber-AC
ilustrasi
rmol news logo Tinggal beberapa hari lagi Pemilu Legislatif (Pileg) akan dihelat. Semakin mendekati hari H Pemilu ini, ketegangan pada calon legislative (Caleg) juga semakin terasa.

Menjadi Caleg dan bertarung dalam Pemilihan Umum 2014 tidak cukup hanya mengandalkan visi misi, atau persiapan uang yang ditujukan meraih kursi panas. Kesiapan mental, yakni siap menang dan juga siap kalah dalam pertarungan sangat perlu dimiliki setiap caleg.

Sejumlah warning telah didengungkan berbagai pihak, agar setiap caleg yang bertarung mempersiapkan mental spritualnya juga dengan baik agar terhindar dari stress ketika menghadapi pemilu. Meski begitu, belajar dari Pemilu terdahulu, sejumlah Rumah Sakit di Jakarta dan di berbagai daerah turut mempersiapkan diri untuk menampung para caleg stress yang tidak siap kalah dalam pemilu kali ini.

Di Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan Grogol, Jakarta Barat misalnya, telah disiapkan kamar khusus untuk perawatan caleg stres. Rumah sakit yang lebih dikenal dengan sebutan RSJ Grogol itu bahkan telah menyediakan sejumlah ruangan VIP (Very Important Person) yang siap huni bagi caleg stress yang masuk ke rumah sakit ini.

Tak perlu khawatir akan kehabisan tempat, sebab walaupun jumlah caleg stress membludak, rumah sakit di bawah Kementerian Kesehatan (Kemenkes) itu pun tidak akan menolak pasiennya, masih tersedia cukup ruangan yang dipersiapkan.

“Kami punya 300 bangsal. Tidak semua khusus untuk caleg. Tapi kalau mau digunakan untuk caleg yang stres, ya bisa saja,” kata Direktur Medik dan Keperawatan RSJ Soeharto Heerdjan M Reza Sjahhasan.

Dari pantauan Rakyat Merdeka yang menyambangi RSJ yang berada di Jalan Profesor Latumeten No 1, Grogol, Jakarta  Barat itu, dapat dijelaskan bahwa posisi Rumah Sakit Jiwa ini berada sebelum rel kereta api ke arah Pluit. Berdiri di atas lahan seluas 8 hektar, RSJ ini memiliki fasilitas yang tak jauh berbeda dengan rumah sakit umum, seperti ketersediaan ruang ICU, UGD, ruang administrasi, ruang rawat inap, dan juga tersedia lapangan tempat olah raga.

RSJ Grogrol ini juga memiliki gedung khusus Medical Check Up Kesehatan Jiwa. Gedung dua lantai ini dipergunakan untuk melakukan serangkaian tes pengecekan kesehatan jiwa seseorang. “Surat keterangan sehat jiwa yang juga merupakan salah satu persyaratan bagi para caleg yang ikut Pemilu ya di sini juga ditesnya,” kata Retno, staf Humas, RSJ Grogol.

Untuk ruang rawat inap, RSJ yang sudah tiga kali berganti nama itu memiliki empat kelas. Mulai dari kelas VIP, Kelas I, Kelas II, dan Kelas III. Ruang Rawat Inap Kelas III dibagi dua tipe yakni ruangan yang berpendingin atau ber-AC (Air Conditioner) dan yang polos alias tidak memiliki AC.

Untuk kelas VIP, RSJ ini memiliki 4 ruangan. Dua ruangan disediakan untuk pasien berjenis kelamin lelaki, sisanya untuk pasien perempuan. Biaya yang dikenakan untuk rawat inap mulai dari kisaran haraga Rp 75 ribu sampai Rp 250 ribu per malam. “Untuk obatnya sekitar Rp 250-300 ribuan,” kata Reza.
Tiap ruangan VIP dibangun di atas lahan seluas dua kali lapangan bola basket.

Sekelilingnya dipagari dengan rapat dan pintunya terkunci 24 jam. Di lahan yang sama, dibuatkan juga sebuah bangunan lainnya, yakni ruangan perawat. Tidak bebas orang keluar masuk ke arena VIP ini. Seorang petugas di dalam pagar selalu siaga membuka atau menutup pintu pagar jika ada orang yang masuk atau keluar.

Di dalam taman-taman yang berada di sekitar lokasi VIP terlihat RSJ itu hanya duduk-duduk atau mondar mandir tanpa arah. Tak seperti penghuni lain, pasien yang menempati ruangan ini bebas untuk tidak memakai seragam.

Memasuki salah satu ruangan VIP, desain kamar tidak menunjukkan bahwa tempat itu adalah kamar sebuah RSJ. Lebih mirip bagai kamar kos-kosan elit.

Ruangannya cukup luas dengan ukuran sekitar 3 x 5 meter persegi. Lantainya terbuat dari keramik warna biru muda, di langit-langit kamar menggelantung 6 pasang lampu neon.

Fasilitas di dalam ruangan terdiri dari AC, televisi layar datar 14 inci, lemari pendingin satu pintu dan dispenser. Disediakan juga empat buah sofa yang bisa digunakan jika ada keluarga pasien yang menunggu. Kamar mandinya berada di dalam ruangan, dengan model closet duduk. Hanya tempat tidur pasien yang terbuat dari besi dengan seprai biru sebagaimana terdapat di ruang rawat inap rumah sakit lainnya yang menunjukkan bahwa kamari VIP ini adalah peruntukkannya untuk pasien.

M Reza Sjahhasan, yang menjabat sebagai Direktur Medik dan Keperawatan menilai, adalah masuk akal apabil ada caleg yang terserang stress apabila begitu proses pemungutan suara namanya tidak lolos menjadi anggota legislatif. “Sudah banyak keluar uang, pinjam sana-sini eh, ternyata tak lolos. Yah bisa bikin stress lah,” ujarnya.

Menurut dia, ada beberapa ciri jika seorang terkena depresi. Misalnya kecewa berlebihan sampai ke tahap tak mau makan, susah tidur, mudah tersinggung, sering marah-marah, berat badan turun, ada pikiran lebih baik mati, dan lain-lain.

Namun, tidak setiap orang yang memiliki gejala depresi layak harus dimasukkan ke rumah sakit jiwa.  Jika orang tersebut memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah, maka tak akan sampai kena gangguan jiwa. “Jika orangnya kemudian memasrahkan masalah tersebut ke Tuhan, bisa saja langsung sembuh dan nggak perlu dirawat,” ujarnya.

Reza menjelaskan, sampai saat ini belum  memiliki pasien yang diketahui sebagai caleg. Mayoritas pasien yang berobat ke RSJ Grogol itu berasal dari kalangan masyarakat biasa saja. “Tiap hari kami terima 150 pasien. Yang menginap paling banyak 10 sampai 30 orang,” kata dia.

Ditanya apakah pada Pemilu 2009 ada caleg yang masuk ke RSJ Grogol, Reza mengaku tidak mengetahui. Pasalnya dalam biodata pasien tidak tertulis pekerjaan caleg. Paling biasanya wiraswasta. “Mungkin ada satu dua orang masuk. Tapi kalau pun memang sakitnya karena gagal nyaleg, itu dirahasiakan oleh dokter,” ujarnya.

Selain itu, dituturkan Reza, tidak ada data signifikan yang menyebutkan pasien bertambah ketika sudah pileg. “Belum ada penelitiannya. Kalau pun memang ada mungkin masuk di rumah sakit swasta atau di tempat lain,” terang dia.

Alasannya, mereka malu bila berobat di RSJ Grogol karena akan mendapat penilaian negatif dari masyarakat. “Kalau rumah sakit lain kan tidak ketahuan karena gabung dengan pasien lain,” ujarnya.

Caleg yang menjalani perawatan di RSJ, dikatakan Reza, biasanya dikarenakan terjadinya gangguan psikosomatis. Penyebabnya bisa bermacam-macam, tapi intinya mereka tidak terima dengan kekalahan karena sudah keluar uang yang sangat banyak.

Gangguan psikosomatis itu juga banyak diidap oleh kebanyakan pasien RSJ yang ada. Gangguan psikomatis adalah gangguan psikis yang tampil dalam bentuk gejala-gejala fisik, seperti pegal-pegal, nyeri di bagian tubuh tertentu, mual, muntah, kembung atau perut tidak enak, sendawa, serta sekujur tubuh terasa tidak nyaman. Tak jarang, ada yang merasa kulitnya seperti gatal, kesemutan, mati rasa, pedih seperti terbakar.

Proses penyembuhan bisa dilakukan dengan dua cara yaitu, dengan meminum obat psikofarma dan konseling hingga sembuh. Sedangkan jangka waktu penyembuhan sangat tergantung berat dan ringannya gangguannya. “Bila ringan paling lama dua minggu sudah sembuh. Tapi kalau berat bisa berbulan-bulan,” papar Reza.

Agar tidak stres, Reza menyarankan kepada para caleg mengukur diri dengan kemampuan yang ada dan jangan memaksakan diri. “Kalau tidak cukup uang jangan terlalu memaksakan diri,” ujarnya. Selain itu, dukungan keluarga sangat penting. “Jangan sampai orang stress ditinggal karena akan mempengaruhi proses penyembuhan nantinya.”

Ruang Wawancara Caleg Ada Tujuh Unit

Kebiasaan Parpol Abaikan Surat Keterangan Dokter Jiwa

Direktur Medik dan Pelayanan RSJ Soeharto Heerdjan M Reza Sjahhasan mengatakan jumlah caleg stres bisa dikurangi jika rekomendasi surat keterangan sehat jiwa benar-benar menjadi rujukan partai politik untuk menentukan daftar caleg-nya mengikuti Pemilu.

“Kalau caleg tersebut rentan terkena stres yah jangan dicalonkan,” ujar Reza, di kantornya.

Seperti diketahui, salah satu syarat menjadi caleg adalah melampirkan surat keterangan sehat jiwa yang diperoleh dari rumah sakit jiwa atau klinik sejenisnya. Reza menjelaskan, dalam surat itu, terlihat apakah seseorang rentan stres dan depresi atau tidak.

“Tapi rumah sakit hanya menjelaskan kondisi kejiwaan seseorang. Hanya memberikan nasehat. Yang tetap memutuskan seseorang jadi caleg atau tidak kan tetap pimpinan parpol,” ujarnya.

Reza menjelaskan, untuk mendapatkan surat keterangan sehat jiwa, seseorang harus menjalani serangkaian tes tulis dan wawancara. Tes tersebut merupakan tool yang dirancang khusus oleh psikiater. Ada juga alat yang untuk memeriksa saraf-saraf.

RSJ Grogol memiliki gedung khusus yang digunakan untuk fasilitas ini. Gedungnya dua lantai, dengan ruangan di tingkat atas yang berupa aula ber-lantai keramik putih digunakan jika ada tes massal. Sementara jika pemohon surat keterangan tidak banyak, maka digunakan ruangan di lantai I yang juga digunakan untuk ruangan wawancara.

Ruang wawancaranya sendiri ada 7 buah dan di masing-masing daun pintunya terdapat papan nama yang menjelaskan itu ruangan interview berikut nomor urutnya. Reza menjelaskan, setiap tes bisa menghabiskan waktu 3 jam. “Pertanyaanya saja ada 565 pertanyaan.”

Pertanyaan-pertanyaan tersebut dirancang oleh ahli psikologi untuk melihat dan menilai kapasitas mental seseorang. Pertanyaan tersebut cenderung berulang-ulang untuk mendeteksi seseorang itu berbohong atau tidak dalam menjawab pertanyaan. “Jadi bisa terlihat konsistensinya. Jika berbohong bisa terlihat nanti hasilnya,” ucap dia.

Dari tes tersbut akan diperoleh skor. Dengan skor tersebut akan terekam apakah seseorang itu memiliki daya tahan terhadap stres atau tidak. “Tingkat depresinya juga bisa terlihat,” ucap Reza.

Model tes seperti ini, rupanya juga menjadi salah satu persyaratan yang diharuskan bagi para calon pilot. “Karena pilot itu salah satu profesi yang tekanannya sangat tinggi,” ujar Reza.

Skor yang diperoleh saat menjalani tes ini akan membantu untuk melakukan deteksi dini serta kemampuan seseorang. “Kemampuan seseorang itu terlihat jika dia menghadapi jalan buntu. Orang yang memiliki kemampuan mengelola diri bisa mudah mencari jalan keluar. Sementara yang tidak punya kemampuan tersebut akan stres dan depresi,” papar Reza.

Namun, Reza menyayangkan, surat keterangan tersebut tidak benar-benar dipertimbangkan oleh para pimpinan parpol dalam menempatkan calegnya.

Padahal, lanjut dia, seharusnya para caleg itu adalah orang-orang yang sudah beres dengan kehidupan pribadinya. “Jika masih belum beres yah wajar saja jika tidak jadi caleg stres sementara kalau jadi jadi caleg yang korup,” pungkasnya.

Caleg Yang Politik Uang Sadar Saja...
Lembaga Survei Memprediksi

Hasil survei dari Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) menyebutkan, jumlah caleg stres dan gila pada 2014 bakal naik hingga 20 persen.

KIPP menyebut pada Pileg 2009, jumlah caleg gila mencapai 7.276 orang.  Jika sistim demokrasi pada Pemilu 2014 masih sama dengan Pemilu 2009 maka bukan tidak mungkin jumlah caleg gila akan meningkat tahun depan.

Wakil Sekjen KIPP Jojo Rohi mengatakan, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, akibat kalah pada Pemilu 2009 sebanyak 7.276 caleg dinyatakan mengalami gangguan jiwa atau gila.

“Mereka menjadi stres atau gila karena berbagai hal, salah satunya berkaitan dengan ongkos politik yang mahal. Untuk bisa maju sebagai caleg mereka harus mengeluarkan banyak uang,” katanya.

Jojo menyampaikan, untuk mencegah caleg gila di pemilu tahun ini, diingatkan agar setiap petinggi atau pimpinan partai politik untuk mengeluarkan sebuah kebijakan yakni jangan pilih caleg yang menggunakan politik uang. Dengan begitu para caleg tidak lagi harus mengeluarkan biaya-biaya politik yang tidak perlu.

Masyarakat pun, lanjut Jojo Rohi, diharapkan dapat memahami aneka praktik politik yang tidak sehat, sehingga tidak memilih para politisi yang masih menggunakan uang demi mendapatkan suara.

Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro mengatakan, mahalnya biaya kampanye dan ketatnya pertarungan di daerah pemilihan bisa membuat para caleg stress.

Fenomena munculnya caleg stress karena para politisi harus dihadapkan dengan masyarakat yang pragmatis. Sehingga, dana yang dikeluarkan akan sangat besar. “Ini pola rekrutmen caleg yang salah dilakukan oleh parpol,” ujar Siti.

Menurut dia, caleg yang terancam gila adalah mereka yang modalnya tipis (miskin), tidak dikenal namun memiliki ambisi besar atau ambisius. “Caleg asal comot yang saat ini dilakukan parpol pastinya tidak siap mental sehingga berakibat timbul stres yang tinggi,” bebernya.

Stres hingga gila, lanjut Siti, karena para caleg berkepentingan mendapatkan dukungan dan berkompetisi tidak hanya dengan partai sendiri, tapi dengan partai-partai lain.

“Dan masyarakat saat ini mengukur kapasitas, kompetensi dari para caleg. Sekelas selebritis saja tidak terpilih, ini jadi beban caleg-caleg yang bermodal tipis,” ujar dia.

Saat ditanya apakah 2014 ini akan lebih banyak jumlah caleg gila dibanding 2009, wanita berambut pendek ini yakin jumlahnya akan bertambah. “Caleg yang kalah pastinya stres berat. Ketika kalah mereka tidak bisa menyalahkan siapa-siapa, sementara harta benda mereka sudah habis. Ini memunculkan fenomena caleg stres sampai aksi bunuh diri,” ungkapnya.

Siti menjelaskan, ketatnya persaingan itu bisa dilihat dari data dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta yang menyebutkan, saat ini ada 1.272 caleg dalam Daftar Calon Tetap (DCT). Caleg-caleg ini nantinya akan bertarung memperebutkan 106 kursi di DPRD DKI Jakarta.

Sementara dari 6.481 sedikitnya ada 240 caleg yang akan bertarung di DKI Jakarta untuk memperebutkan kursi di DPR. Para politisi dari 12 parpol itu akan bertarung di tiga daerah pemilihan (dapil) dengan jumlah 21 kursi. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA