Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Penumpang Masih Bingung Cara Lewati Electric Gate

Ngintip Penerapan E-Ticket Commuter Line

Rabu, 03 Juli 2013, 10:12 WIB
Penumpang Masih Bingung  Cara Lewati Electric Gate
ilustrasi, E-Ticket Commuter Line
rmol news logo Rudi, warga Cisauk, Tangerang Selatan, menapaki dengan santai puluhan anak tangga di Stasiun Serpong. Tiba di lantai dua, perdagang kain di Pasar Tanah Abang itu menuju pintu masuk peron. Ia sempat melirik ke antrean orang di depan dua loket penjualan tiket.

Kartu berwarna hitam dikeluarkan dari dompet. Rudi lalu mengantre di depan electric gate.  Pintu masuk ke peron itu hanya dapat dibuka dengan menempelkan kartu e-ticket. Kartu ditempelkan di sensor yang ditutupi stiker kuning  bertuliskan “Tap Di sini”.  Lampu indikator berwarna hijau menyala. Electric gate terbuka. Rudi pun melenggang ke peron tanpa kesulitan.

Waktu menunjukkan pukul 9 lewat 20 menit. Rudi duduk di bangku yang disediakan buat menunggu. Kereta commuter line yang akan membawanya ke Stasiun Tanah Abang, tiba. Rudi yang ditemui kemarin mengatakan, antrean penumpang membeli e-ticket commuter line di loket tak lagi mengular seperti Senin lalu.

“Kemarin orang belum tahu kalau harus pakai kartu. Jadi antre beli kartu,” ujar Rudi yang juga sempat antre membeli e-ticket.

Lantaran masih ragu, dia membeli e-ticket jenis single trip atau untuk sekali perjalanan. Ia sempat heran, tarif e-ticket lebih murah. Untuk perjalanan ke Tanah Abang dari Serpong, dia hanya mengeluarkan  Rp 3 ribu.

“Padahal biasanya bayar Rp 8 ribu,” ujarnya.

Mulai Senin, 1 Juli 2013, PT Kereta Api Commuter Line Jabodetabek (KCJ) menerapkan e-ticket untuk perjalanan kereta commuter line. Tiket kereta tak lagi terbuat dari kertas, tapi berbentuk kartu.

Ada dua tipe kartu e-ticket. Pertama, single trip untuk sekali perjalanan. Kartunya berwarna kuning tipis. Tipe berikutnya multi trip yang bisa dipakai berulang-ulang. Kartunya berwarna hitam dan lebih tebal.

Kartu multi trip bisa dibeli dengan harga Rp 50 ribu. Saldo perdana di kartu sebesar Rp 30 ribu. Kartu ini bisa diisi ulang dengan kelipatan Rp 10 ribu. Maksimal saldo Rp 1 juta.  Saldo di kartu akan berkurang setiap penumpang naik kereta.

Kartu single trip maupun multi trip harus ditempelkan ke electric gate agar penumpang bisa masuk ke peron. Bersamaan dengan penerapan e-ticket, PT KCJ memberlakukan tarif progresif. Untuk lima stasiun pertama, tarifnya Rp 2 ribu. Tiga stasiun berikutnya dikenakan tarif tambahan Rp 500.

Tarif baru ini dianggap lebih adil. Semakin jauh perjalanan, makin mahal tarifnya. Sebelumnya, tarif commuter line berlaku flat. Jauh-dekat penumpang membayar Rp 8 ribu.

Pada hari pertama penerapan tiket elektronik dan tarif progresif, Rudi yang akan pulang ke Cisauk kembali antre membeli tiket single trip di Stasiun Tanah Abang.  Antreannya juga mengular seperti saat pagi.

Kapok antre dua kali untuk membeli tiket, begitu tiba di Stasiun Serpong Rudi memutuskan membeli kartu multi trip seharga Rp 50 ribu. “Eh ternyata tidak antre seperti di Tanah Abang,” ujarnya.

Lima menit menunggu di peron, kereta tiba di jalur dua Stasiun Serpong. Begitu kereta commuter line bernomor 5865 itu berhenti, semua gerbongnya terbuka otomatis. Rudi meloncat ke dalam. Lima menit kemudian kereta melaju menuju Jakarta.

Pemantauan Rakyat Merdeka di Stasiun Serpong kemarin pagi, tak terlihat antrean panjang penumpang membeli tiket maupun masuk ke peron lewat electric gate. Dari tiga loket yang tersedia, hanya dua yang dibuka.

Opang, satpam yang berjaga di electric gate tak bosan-bosan menjelaska kepada penumpang cara membuka pintu masu ke peron.  Ia terlihat membantu seorang perempuan paruh baya membuka electric gate.

“Sini bu, kartunya saya tempelin,” kata Opang yang mengenakan seragam biru,. Tuh kan, bisa pelan-pelan,” imbuhnya.

Ia menuturkan, banyak penumpang yang kebingungan cara membuka electric gate dengan e-ticket.  Kartu sudah ditempelkan di sensor, pintu tak juga terbuka. Banyak yang terbalik menempelkan kartunya di sensor. Atau, kartu ditekan keras di alat pembaca itu.

Opang mengatakan, antrean tak lagi panjang pada hari kedua penerapan e-ticket. Rata-rata penumpang sudah memiliki kartu multi trip sehingga tak perlu lagi antre beli tiket.

“Kemarin (Senin), antrean beli single trip di loket sampai tangga. Ramai banget,” ungkapnya.

Waktu menunjukkan pukul 10.30, commuter line dari Tanah Abang tiba di Stasiun Serpong. Puluhan orang terlihat mengantre di electric gate keluar. Untuk membuka pintu, penumpang single trip perlu memasukkan kartu ke lubang. Sedangkan pemegang multi trip cukup menempelkan kartu di sensor. Pintu pun terbuka.

Ibrahim terlihat enggan mengantre. Warga Parung itu memilih menyandarkan punggungnya di tembok, menunggu electric gate keluar sepi.  “Kalau dari sini (Serpong) enak, sepi. Coba aja di Tanah Abang, ramai banget,” ujarnya. Antrean panjang, kata dia, terjadi di loket e-ticket, electric gate masuk dan saat akan masuk kereta.

Petugas Stasiun Dikerahkan Jajakan Tiket Multi Trip

Wakil Kepala Stasiun Serpong Acep Kusnadi mengungkapkan, antrean panjang saat mulai diberlakukan e-ticket dan tarif progresif lantaran penumpang memilih membeli tiket single trip. Kartu itu hanya berlaku untuk sekali perpanjangan.

Para petugas telah dikerahkan untuk menjajakan kartu multi trip yang bisa dipakai untuk berkali-kali perjalanan kepada penumpang yang antre di loket.

“Kita ngasong, bisa bayar 50 ribu, dengan saldo 30 ribu. Tapi sedikit yang mau,” cerita Acep.

Ia menduga, penumpang enggan mengeluarkan Rp 50 ribu untuk membeli kartu multi trip. Padahal, kartu itu bisa dipakai untuk berkali-kali sampai saldonya habis. Banyak penumpang memilih membeli tiket single trip yang lebih murah.

Tarif progresif yang mulai diberlakukan 1 Juli 2013 lebih murah. Untuk lima stasiun pertama yang dilalui, penumpang hanya membayar Rp 2 ribu. Penumpang menambah Rp  500 untuk setiap tiga stasiun berikutnya. 

“Sebelumnya 8.000 sekali naik,” papar Acep.

“Sorenya, pas pulang kerja penumpang antre beli multi trip biar nggak antre lagi besoknya. Lihat aja sekarang, nggak membludak lagi,” kata Acep ketika ditemui kemarin.

Sebelum penerapan e-ticket dan tarif progresif, pihak Stasiun Serpong sudah mengecek perangkat electric gate, penyediaan kartu, hingga MR atau alat pendeteksi saldo kartu multi trip.

Untuk pengamanan, empat personel Brimob, dan empat personel Marinir disiagakan disiagakan di stasiun ini sampai tiga bulan ke depan.

Lahan Diserobot, Stasiun Terancam Kena Gusur

PT Kereta Api Indonesia (KAI) terus membenahi pelayanan terhadap penumpang. Stasiun-stasiun direnovasi. Area penumpang dan parkir diperluas.

Namun, langkah itu kerap mendapat perlawanan. Para pedagang yang selama ini berjualan di area stasiun menolak digusur.

Perlawanan juga dialami PT KAI ketika hendak menertibkan lahan di Stasiun Medan, Sumatera Utara. Direktur Pengelolaan Aset Non Produksi PT KAI Edi Sukmoro mengungkapkan, lahan milik negara seluas tujuh hektar telah diserobot.

Lahan seluas 35.955 meter persegi dikuasai PT Agra Citra Kharisma (AGK). Yakni di Jalan Jawa 13.578 meter persegi dan di Jalan Madura 22.377. Keduanya di Kelurahan Gang Buntu, Kota Medan.

Perusahaan swasta itu mengklaim lahan itu sebagai miliknya. Rencananya, hari ini (Rabu, 3/7) Pengadilan Negeri Medan hendak mengeksekusi putusan kasasi nomor 1040K/PDT/2012 dan menyerahkan lahan itu kepada PT AGK.

“Kurang 2.000 meter lagi yang belum dibangun. Dan Kantor Divisi Regional Stasiun Medan kena. Kita melawan mati-matian, masak stasiun mau digusur juga,” kata Edi.

Tanah itu, menurut dia, adalah aset negara yang telah dipercayakan kepada PT KAI sesuai Surat Menteri Keuangan No S-1069/HK.03/1990 tertanggal 4 September 1990 dan Surat Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 530.22-134 tanggal 9 Januari 1991.

“Jadi kami harus pertahankan. Kita akan PK (peninjauan kembali). Bukti-bukti sedang kami kumpulkan,” tandas Edi.

Menurut Edi, Menteri BUMN Dahlan Iskan mendukung PT KAI mempertahankan aset negara itu. Sebab, ada lima putusan yang sudah berkekuatan hukum (inkracht) yang menetapkan lahan itu milik PT KAI.

Edi menegaskan, PT ACK tidak pernah mendapatkan pelimpahan atas tanah tersebut dari PT KAI. Namun, telah menyerobot dan mempergunakan tanah tersebut seolah-olah miliknya sendiri. Kini di lahan yang diserobot itu sudah berdiri Kompleks Medan Center Point, kompleks ruko, Hotel Karibia dan Rumah Sakit Teguh Memoriam Hospital. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA