Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Alat Tulis Disediakan, Kelas Dijaga 3 Pengawas

Ngintip Ujian Nasional Di Lapas Anak

Selasa, 16 April 2013, 09:49 WIB
Alat Tulis Disediakan, Kelas Dijaga 3 Pengawas
ilustrasi, ujian nasional
rmol news logo Sutari memeriksa ruangan 54, 55 dan 56 yang terletak di bagian depan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Anak Pria Tangerang. Ketiga ruangan itu sederetan dengan ruang guru Sekolah Istimewa dan staf lapas. Di sinilah narapidana anak menjalani pendidikan jenjang SMP.

Kemarin, ketiga ruangan itu dikosongkan dari kegiatan belajar jenjang itu. Sebab hendak dipakai untuk menggelar ujian nasional bagi narapidana yang mengikuti pendidikan paket C setara SMA.

“Ruangan SMA ada di belakang. Capek kalau jalan ke sana. Yang SMP kan sekarang sedang minggu tenang, jadi ruangannya dipakai kakaknya dulu,” kata Sutari yang menjabat Kepala Sekolah Istimewa di lapas anak ini.

Untuk ke ruangan ini, dari gerbang lapas lurus melalui pintu terali besi. Berbelok kiri, terdapat bangunan tua berbentuk memanjang. Ruang tempat ujian nasional berada di bangunan ini.

Ruang itu dilapisi keramik. Di dalamnya terdapat meja dan bangku yang disusun menghadap ke muka ruangan. Di dinding muka ruangan dipasang papan tulis. Ruangan ini memiliki dua pintu. Bagian depan dari kayu.

Sedangkan bagian dalam terali besi. Semua kaca maupun lubang udara juga dilapisi terali besi.

Nama-nama peserta ujian nasional paket ditempel di pintu ruangan. Ada 41 orang yang mengikuti ujian nasional di lapas ini. Sebanyak 17 peserta berasal Lapas Anak Pria, 14 orang dari Lapas Kelas I (Dewasa) dan sisanya dari lembaga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di wilayah Tangerang. Setiap ruangan terdiri dari 16 peserta.

Ujian digelar tepat pukul 1 siang. Sebelum mulai, setengah dari 17 peserta dari lapas anak sudah masuk ke ruangan yang ditentukan. Mereka mengenakan seragam putih dengan logo OSIS di kantong dada dan celana panjang putih, tak ubahnya pelajar SMA maupun SMK. Semuanya juga memakai sepatu.

Seorang peserta ujian bernama Suhendra dari Lapas Pria Dewasa tak hadir.

Ia ternyata tak memenuhi syarat untuk ikut ujian. Sebab, baru lulus paket B setara SMP pada Desember lalu. Padahal, syarat untuk bisa ikut ujian paket C ini minimal lulus pada Juni 2012.

Alat tulis untuk ujian seperti pensil 2B maupun penghapus karet disediakan lapas. Tepat pukul satu siang, 40 peserta ujian memulai ujian. Di setiap kelas ada tiga pengawas yang berasal dari Dinas Pendidikan Kota Tangerang, lapas dan pengawas independen dari universitas setempat.

“Mereka ikuti kita dari soal sampai ke ruangan guru, sampai dibagikan kepada siswa,” bisik Sutari sembari menunjuk tim independen yang sedang mencari angin segar di luar kelas.

Sutari mengungkapkan, tiga tahun terakhir anak didiknya selalu lulus 100 persen ujian paket C. Namun, dia tak mau sesumbar untuk tahun ini.

Kekhawatirkan ada anak yang tidak lulus tetap membayanginya.

Ia menilai siswanya agak lemah dalam Bahasa Inggris. Padahal, mata pelajaran itu termasuk dalam ujian nasional. “Kita sudah berusaha mendatangkan guru les buat anak-anak, seminggu dua kali,” tuturnya.

Ia dalam kelas, anak didik terlihat serius mengerjakan soal-soal ujian nasional. Hari pertama, mata pelajaran yang diujikan adalah Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) dan Bahasa Indonesia.

Hari Selasa mata pelajaran Sosiologi dan Geografi. Hari Rabu, Ekonomi dan Bahasa Inggris. Terakhir, hari Kamis hanya satu mata pelajaran: Matematika.

“Di sini programnya IPS saja, karena peminatnya kebanyakan itu,” ujar Sutari.

Tak terasa waktu sudah menunjuk pukul tiga sore, pengawas menyampaikan waktu ujian telah habis. Lembar soal ujian dan jawaban diminta ditinggal di atas meja. Pengawas lalu mengambil lembar soal berikut lembar jawaban. Lalu dimasukkan ke dua map warna cokelat yang berbeda.

Kus, peserta ujian nasional paket C dari Lapas Pria Dewasa merasa yakin bakal mendapat nilai tinggi dalam ujian PKN. Ia mengaku tak kesulitan menjawab soal-soal ujian mata pelajaran ini.

Dika Anggara, peserta ujian dari Lapas Anak pun mengungkapkan hal yang sama. Ia mengatakan, hingga malam sebelum ujian nasional tetap membaca buku. “Abis apel malam belajar sampai jam sembilan,” katanya.

Ia merasa pengawasan ujian ini sangat ketat. Mungkin dikhawatirkan mereka bakal mencontek. Suara sirine panjang berbunyi satu kali, pertanda waktu istirahat telah usai.
 
Suara itu bersahut dengan pemberitahuan dari toa yang menyebar di seluruh lapas dengan luas sekitar 12 hektar itu.

Kalapas Anak Berharap Semua Lulus

Sebanyak 17 penghuni Lapas Anak Pria Tangerang mengikuti ujian nasional paket C kemarin. Kepala Kepala  Lapas Anak Heni Yowono berharap, anak didiknya bisa lulus semua.

“Mudah-mudahan lulus semua dan dapat ijazah. Dengan ijazah itu, anak binaan dapat hidup lebih baik, seperti dapat pekerjaan,” katanya.

Heni juga berharap, anak didik (andik) yang lulus ujian nasional paket C bisa diterima di masyarakat kelak setelah mereka bebas.

“Jangan ada lagi stigma terhadap anak didik saya. Kalau sudah lulus pasti sudah baik. Tidak pernah ada yang kembali sebagai tahanan,” ujarnya.

Pria yang baru dua bulan menjabat Kepala Lapas anak ini mengatakan, berbagai program dibuat agar warga binaan bisa lebih baik. Dengan program pendidikan formal dan non formal.

Dijelaskan Heni, target utama dari proses pembinaan anak didik di lapas ini adalah mengubah perilaku dan membangun kepribadian. Termasuk membangun kesadaran beragama, berbangsa dan bernegara, kemampuan intelektual berupa pendidikan formal SD, SMP, dan SMA, pendidikan non formal kejar paket A, B, dan C.

“Yang informal juga ada, seperti melukis, pramuka, pesantren dan rumah pintar andikpas. Komputer, nyablon, jahit, las, perkebunan, dan otomotif juga ada,” terang Heni.

Lapas juga punya program penyaluran minat bidang olahraga dan kesenian. Untuk olahraga, anak didik bisa memilih bulutangkis, bola voli, catur, tenis meja, sepakbola, senam, sepak takraw, dan futsal. Sedangkan yang berminat terhadap kesenian ada program drama puisi, band, dan nasyid.

Henni mengatakan, lapas ini dihuni 225 orang. Kapasitas penjara yang dibangun sejak zaman Belanda dan baru pada 1964 dijadikan lapas anak ini hanya 220 orang. Agar bisa menampung lebih banyak anak didik, bangunan di lapas ini ditambah.
 
“Ada tiga ruangan yang lagi dibangun. Kita siap menampung hingga 300 orang,” ujarnya.

Dikeluarkan Dari SMA, Lanjutkan Pendidikan Paket C Di Penjara


Azan Dzuhur berkumandang. Sebanyak 225 penghuni Lembaga Permasyarakatan Anak Pria Tangerang, masuk sel masing-masing. Setelah makan siang dan istirahat sejenak, Dika Anggara bergegas menuju tempat ujian nasional paket C di bagian depan lapas ini.

Ia mencari-cari namanya di daftar peserta yang ditempel di pintu tiga ruangan yang dipakai untuk ujian nasional. Ia ditempatkan di ruangan 54.

Masih ada 10 menit sebelum ujian dimulai tepat pukul 1 siang.  Dia menyandarkan diri sejenak di pintu berterali besi di depan ruang kelas ini.

Dika telah menjalani separuh dari masa hukumannya. Ia divonis 4 tahun dalam kasus narkoba. Pendidikannya terputus. Ia dikeluarkan dari SMA tempatnya bersekolah setelah terjerat kasus dua tahun silam.

Tak ingin pendidikannya mandek, begitu menghuni lapas anak, Dika langsung mendaftarkan diri jadi peserta pendidikan paket C setara SMA. Seperti siswa di sekolah biasa, dia pun belajar di kelas dari jam 8 pagi sampai 12 siang. Bedanya hari belajarnya lebih pendek. Hanya Senin sampai Kamis.

Merasa waktu belajar di kelas tak cukup, malam hari seusai apel jam tujuh, dia membaca lagi buku-buku pelajaran. “Dapat buku paket panduan dari guru, boleh disimpan di kamar,” ujar Dika.

Seminggu sebelum ujian, Dika belajar giat. Bersama dua rekannya satu sel, mereka belajar kelompok menjelang tidur. Tujuannya mereka satu: lulus ujian.

“Sekamar ada lima orang, tapi yang ujian tiga. Optimis lulus, tapi deg-degan juga. Terutama Bahasa Inggris sama Matematika,” akunya.

Tidak banyak keinginan yang diraih Dika jika nanti dinyatakan lulus Paket C. Sebab, dia masih harus melakoni dua tahun sisa masa hukumannya.

“Saya hanya ingin menjadi orang baik,” ujar pria berusia 19 tahun ini.

Ia mengaku banyak perubahan yang terjadi di dirinya sejak menjadi penghuni lapas. Ia jadi rajin beribadah. “Shalat, jadi sering. Kalau ngaji jarang, tapi merasa dekat dengan Allah, begitu masuk sini,” ujarnya.

Narapidana Wanita 45 Tahun Ikut UN

Tak hanya Lapas Anak Tangerang yang menggelar ujian nasional untuk narapidana. Andi Darmawan, pelajar SMK Teknologi Balung, Kabupaten Jember, Jawa Timur, terpaksa mengikuti ujian nasional di Lapas Kelas 2A Jember.

Ia dijebloskan ke penjara karena aksi pencurian sepeda motor. Kasi Pembinaan Dan Anak Didik Lapas Jember, Alip Haryanto, mengatakan, pihaknya menyediakan sebuah ruangan lengkap dengan meja kursi untuk ujian. Selama ujian, Andi dijaga dua pengawas dan seorang polisi.

Di Kediri, Jawa Timur, ada dua pelajar yang mengikuti ujian nasional di Lapas Kelas II A.  Yakni D, warga Desa Tales, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri. Pelajar asal sebuah SMK swasta di Kecamatan Ngadiluwih itu menjadi narapidana kasus tabrakan dengan pejalan kaki hingga tewas. Ia dihukum 21 bulan penjara.

Peserta lainnya R, warga Desa Puhjajar, Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri.

Pelajar sekolah negeri di Kecamatan Purwoasri, Kabupaten Kediri itu terlibat pengeroyokan. Kasusnya masih disidangkan di PN Kabupaten Kediri.

Kepala Lapas Kelas II A Kediri Pargiyono mengatakan, keduanya mengikuti ujian nasional di ruang perpustakaan lapas.

“Sesuai dengan jadwal, UN akan berlangsung sampai Kamis. Kami juga memberikan mereka kesempatan untuk belajar, termasuk jika ingin belajar di ruang tersendiri,” katanya.

Ujian di lapas dilakukan bersamaan dengan ujian di sekolahan umum lainnya. Untuk jadwal masuk, pukul 07.30 WIB sampai 09.30 WIB dengan mata ujian Bahasa Indonesia.

Tiga narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II Semarang yakni FT (25), LZ (45), dan SLM (30) mengikuti Ujian Nasional (UN) paket C.

Kasubsi Pembinaan dan Pendidikan Utami mengatakan, dua narapidana menjalani pidana umum, sedangkan satu orang menjalani pidana khusus.

“LZ tersangkut kasus pembunuhan, sedangkan SLM tersangkut kasus perlindungan anak, dan FT tersangkut kasus narkoba,” papar Utami.   [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA