Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Warga Ramai-ramai Ke Kenari Beli Genset

Banjir Sudah Surut, Listrik Masih Padam

Rabu, 23 Januari 2013, 09:36 WIB
Warga Ramai-ramai Ke Kenari Beli Genset
ilustrasi, Genset
rmol news logo Banjir di Jakarta sudah surut. Beberapa wilayah di ibu kota masih gelap gulita. Aliran listriknya masih padam. Tanpa setrum, warga pun tak bisa beraktivitas normal.

Ahmad, warga RT 01 RW 03 Jalan Tanah Abang II, Jakarta Pu­sat hanya bisa pasrah listriknya di rumahnya masih padam. Hing­ga kemarin, wilayah tempat ting­galnya sudah mengalami pe­ma­da­man listrik selama enam hari. Untuk penerangan di malam hari, keluarganya menggunakan lam­pu minyak dan lilin.

“Mau gimana lagi Mas. Semua ru­mah di sini mati lampu dan ti­dak ada yang punya genset. Mau beli, duit dari mana? Kalau ada duit pun, mending untuk ke­bu­tu­han lain,” kata bapak dua anak ini.

Meskipun tidak punya pe­ra­latan elektronik mewah di ru­mahnya, pemadaman listrik yang berlangsung lama ini benar-benar merepotkan keluarganya. Apa­lagi, dia memiliki bayi yang be­lum genap berusia sebulan.

“Saya kasihan, bentar-bentar na­ngis terus karena kepanasan. Mau dibawa keluar, selain masih bayi, cuacanya juga tidak me­n­dukung. Takut kehujanan di ja­lan,” katanya merana.

Kerepotan juga dialami Hesti, yang tinggal masih satu RT dengan Ahmad. Sebagai kar­ya­wan swasta, dia harus kembali kerja setelah banjir di Jakarta su­rut. Lantaran listrik padam, dia pun sulit memperoleh air bersih.

Selama ini, dia memanfaatkan air tanah untuk kebutuhan sehari-hari. Karena listrik padam, pom­pa air di rumahnya pun tak bisa di­nyalakan. “Mau mandi dan buang air repot. Masak harus num­­pang terus di pom besin di se­berang jalan sana karena krisis air,” katanya kesal.

Ia bisa memahami bila gardu listrik PLN belum bisa dinya­la­kan setelah tergenang air. Namun dia berharap ada perhatian ter­ha­dap warga yang kesulitan akibat pemadaman listrik yang sudah berlangsung lama.

“Bila gardu belum bisa di­nya­lain, bantu dong masyarakat kecil kayak kita. Misalnya disediakan genset atau beri pasokan air buat kebutuhan sehari-hari,” ujarnya.

Hingga kemarin, sebanyak 196 gardu distribusi listrik PLN yang masih padam. Gardu itu belum di­nyalakan karena masih teren­dam banjir. Ada wilayah yang su­dah surut, namun listriknya masih padam. Sebab, gardunya masih di­bersihkan dari sisa-sisa banjir.

Sihombing tak tahan listrik di rumahnya terus menerus padam. Ia pun pergi ke Plaza Kenari Mas, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat untuk mencari genset. Di tempat ini banyak toko yang menjual gen­­set. Genset ini hendak di­gu­na­kan­nya untuk memasok listrik di ru­mahnya di Cideng, Jakarta Pusat.

Ia terlihat memperhatikan de­ngan cermat ketika karyawan toko memperagakan menyalakan genset. Beberapa kali pria ber­pa­kaian necis itu bertanya me­nge­nakan cara kerja mesin menghasil listrik berbahan bakar bensin itu.  

“Bensinnya tadi sudah sekalian saya isi. Nanti, di rumah Bapak tinggal langsung starter aja. Ka­lau genset sudah nyala, choke di­tu­runkan. Lalu kabel yang ada di­hubungkan pada stop kontak di rumah, genset langsung bisa ber­fungsi,” jelas karyawan toko.

Merasa genset ini bisa meme­nuhi kebutuhan listrik di ru­mah­nya, Sihombing masuk ke dalam toko menemui bagian kasir. Ia mengeluarkan kartu kredit dari dompet dan diserahkan kepada karyawan bagian kasir.

“Sudah lima hari listrik di ru­mah padam. Padahal keseha­rian, kita tidak bisa jauh dari listrik. Ka­sihan juga sama anak-anak, maka­nya saya beli genset ini, takut lis­trik masih lama nya­lanya,” kata Si­hombing usai bertransaksi.

Karyawan swasta di Jakarta ini sempat mendengar kabar bahwa pemadaman listrik berlangsung sampai perkan depan. Hingga memutuskan membeli genset, dia belum melihat upaya dari PLN untuk mengatasi persoalan warga yang tidak mendapat aliran listrik.

Tak mau lama-lama kehidupan keluarga terganggu akibat listrik padam, dia pun merogoh kocek agar penerangan di rumahnya bisa menyala. Caranya dengan mem­beli genset ini.

“Listrik itu kebutuhan pokok orang, baik miskin atau kaya. Kacau kalau sampai listrik tidak nyala-nyala,” katanya.

Permintaan warga terhadap genset meningkat sejak Jakarta dilanda banjir Kamis pekan lalu. Bersamaan dengan itu, PLN me­la­kukan pemadaman listrik di wi­layah-wilayah yang terendam air. Wilayah yang tidak kebanjiran juga mengalami pemadaman lis­trik jika ada gardu listrik yang te­rendam air.

Jo, pemilik Toko Budi Teknik di Kenari Mas Plaza ini me­ngung­kapkan, warga ramai-ramai mencari genset pada Sabtu dan Minggu. Pada akhir pekan lalu itu, hampir semua toko di pusat perbelanjaan ini didatangi warga yang ingin mencari mesin peng­hasil setrum.

“Toko saya sampai hari ini (ke­marin—red) bisa menjual lebih dari 20 genset,” aku pria bertubuh besar ini. “Ini jauh di atas target penjualan pada hari-hari biasa. Bahkan sudah melampaui target penjualan selama sebulan.”

Ia mengungkapkan, sebelum banjir jarang warga yang datang ke tokonya untuk mencari genset. Dalam sebulan, dia hanya bisa men­jual genset paling banyak lima unit.  “Maklum, genset itu kan bukan barang yang dipakai sehari-hari. Makanya jarang war­ga yang beli. Nah, saat mati lam­pu berkepanjangan seperti seka­rang, genset menjadi kebutuhan penting,” katanya.

Selain jarang dipakai, harga gen­set juga tak murah. Menurut Jo, harga genset tergantung me­rek dan kemampuannya me­ng­ha­sil­kan daya listrik. Semakin besar daya listrik yang bisa dihasilkan, makin mahal harganya. Harga genset paling murah sudah di atas Rp 1 juta termahal bisa mencapai bela­san juta rupiah.

Pembangkit Listrik Di Muara Karang Mulai Beroperasi

Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Muara Ka­rang, Jakarta Utara turut te­ren­dam banjir sejak Jumat lalu. Lantaran tak beroperasi, paso­kan listrik di beberapa wilayah ibu kota pun terputus.

Menurut Manajer Senior Ko­munikasi Korporat PLN Ba­m­bang Dwiyanto, PLTGU Muara Karang mulai dioperasikan secara bertahap. Senin malam, satu unit PLTGU berkapasitas 240 megawatt sudah dinya­la­kan. Menyusul satu unit lagi pada kemarin siang. Unit itu bisa memasok listrik 240 MW.

“Dengan demikian pasokan lis­trik ke gardu induk Budi Ke­mu­liaan dan Gardu Induk Ke­bon Sirih normal kembali,” katanya.

Selama ini, kedua gardu in­duk tersebut mengalirkan listrik ke sejumlah daerah seperti Abdul Muis, Tanah Abang, Bank Indonesia, Merdeka Ba­rat, Thamrin, Kebon Kacang, Pe­tojo, Pasar Raya Sarinah, Mo­­nas, Jati Baru, Wahid Ha­syim, dan Agus Salim, Kebon Sirih, Menteng Raya, Cikini, Kramat Raya, Fakultas Kedok­teran Uni­versitas Indonesia, Kwitang, Pa­sar Senen dan sekitarnya.

Bambang mengungkapkan, sebelumnya, kedua gardu induk itu dipadamkan karena PLTGU yang menjadu sumber utama pemasok listrik terendam ban­jir. Saat Gardu Induk Budi K­e­mu­liaan dan Kebon Sirih dipa­damkan, wilayah yang selama ini mendapat aliran listrik dari kedua gardu induk itu dipasok dari gardu lain. Namun tak se­mua wilayah bisa mendapat pa­sokan listrik secara penuh.

Meskipun PLTGU Muara Karang sudah kembali di­ope­ra­sikan, Bambang berharap ma­syarakat bisa bijak dalam meng­gunakan listrik. Maklum, pa­so­kan listrik dari kedua gardu in­duk tersebut belum normal.

Satu unit Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Muara Karang ma­sih dalam proses pemulihan se­belum dioperasikan kembali. Pembangkit itu terendam air le­bih dalam dan lebih lama. Se­hingga perlu waktu lama untuk pembersihan, pengeringan dan p­e­ngecekan sebelum dinyalakan.

Menurut Bambang, PLN be­lum bisa menyalakan aliran lis­trik di beberapa wilayah yang ma­sih terendam banjir. Ini demi keamanan dan keselamatan ma­syarakat. Walaupun banjirnya sudah surut, listriknya belum bisa dinyalakan. Sebab, pihak­nya perlu waktu untuk me­nge­cek kondisi gardu listrik di wi­la­yah itu. Bila gardunya turut te­rendam, perlu dilakukan pem­be­rsihan dan pengecekan. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA