Banjir besar yang yang melanda Jakarta melumpuhkan hampir seluruh transportasi massal. Termasuk beberapa rute commuter line karena beberapa stasiun dan rel terendam air.
“Commuter line hanya berÂhenti di Stasiun Manggarai. StaÂsiun Kota masih terendam air.†Pengumuman disampaikan petuÂgas di Stasiun Manggarai, Jaksel.
Lina, warga Bogor kaget bukan keÂpalang mendengar penguÂmuÂman itu. “Lho kok sampai MangÂgarai,†keluh perempuan berÂjilbab itu.
Lantaran perjalanan commuter line yang ditumpangi kemarin pagi hanya sampai Stasiun MangÂgarai, ia pun turun dari gerbong kereta itu.
Karyawan di bank pemerintah di Kota itu kebingungan untuk menÂcapai tempat kerjanya. SeÂbab, perjalanan harus dilanjutkan naik bus. Sementara dia menÂdaÂpat kabar bahwa sejumlah ruas di Jakarta terendam banjir.
“Kalau naik angkot atau taksi pasti terjebak banjir dan bisa diÂpastikan tidak sampai kantor,†keÂluh perempuan yang membawa tas kecil di tangan kanannya ini.
“Bila naik commuter line samÂpai (Stasiun) Kota saya tinggal jalan lima menit ke tempat kerÂjaÂnya, karena letaknya tak jauh dari stasiun,†kata karyawan muda berÂusia 25 tahun itu.
Karena kesulitan mencapai kanÂtornya, Lina meminta izin tak maÂsuk kerja lewat telepon. “Tadi suÂdah nelpon dan dapat izin. Soalnya bila tetap dipaksainpun tidak ada gunanya karena belum tentu juga bisa sampai kantor,†katanya.
Satu-satunya cara agar Lina bisa kembali ke Bogor adalah naik commuter line. Ia pun meÂmilih bertahan di Stasiun MangÂgarai menunggu kereta datang. Ia bersama ribuan penumpang lain yang tak bisa melanjutkan perÂjaÂlanan karena rel terendam banjir. “Paling dua jam lagi baru ada kereta ke Bogor,†harapnya.
Sama seperti Lina, Delvi karyawan bank swasta di HarÂmoni, Jakarta Pusat juga tak bisa melanjutkan perjalanannya deÂngan commuter line. Ia pun meÂmutuskan tak masuk. Setelah meÂminta izin atasannya, dia hendak kembali ke Depok dengan meÂnumÂpang kereta.
“Setelah turun di Stasiun MangÂgarai, Saya langsung meÂnungÂgu keÂreta ke Depok. DariÂpada meÂlanÂjutkan perjalanan darat dan tetap terÂjebak banjir,†katanya.
Ia mengatakan, beberapa peÂnumpang yang hendak di Stasiun Kota memutuskan tak masuk kerÂja karena kereta hanya berhenti di Stasiun Manggarai.
Retno termasuk penumpang yang resah karena commuter line hanya berhenti sampai Stasiun Manggarai. Tujuannya adalah StaÂsiun Gondangdia, Jakarta PuÂsat. Ia resah karena kereta tak bisa sampai ke stasiun yang dituju. PaÂdahal, dia hendak bekerja. KanÂtorÂnya di Gondangdia.
Di tengah resah, teleponnya berÂdering. Ia melihat di layar teÂlepon orang yang mengÂhuÂbuÂngiÂnya adalah bosnya. “Tak usah daÂtang ke kantor karena terkena banÂjir ,†kata Retno menirukan peÂrintah atasannya.
Retno pun memutuskan tak beranjak dari Stasiun Manggarai. Ia lalu menuju loket untuk meÂnukarkan tiket karena tak batal meÂlanjutkan perjalanan sampai stasiun tujuan. Setelah itu dia tinggal menunggu commuter line untuk pulang ke rumahnya, MeÂkarsari, Bogor.
“Alhamdulillah setelah lama-lama nunggu, akhirnya dapat kepastian libur dari atasan,†kata Retno tersenyum. Ia pun tak perlu kerepotan menuju tempat kerja melalui sejumlah jalan yang terendam banjir.
Pengamatan Rakyat Merdeka kemarin pagi, Stasiun Manggarai dipenuhi ribuan penumpang yang berasal dari kawasan pinggiran JaÂkarÂta seperti Bogor, Depok dan BeÂkasi. Rintik hujan menemani meÂreka yang akan berangkat kerja.
Beberapa jalur kereta yang terÂsedia di Stasiun Manggarai diÂpeÂnuhi commuter line yang datang dari arah Bogor dan Bekasi. HaÂnya satu jalur yang dibiarkan koÂsong untuk lalu lalang kereta jaÂrak jauh dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Lantaran kereta hanya sampai Stasiun Manggarai, banyak peÂkerja yang memutuskan untuk tidak masuk kerja dan memilih naik kereta untuk kembali ke ruÂmahnya masing-masing.
Namun ada beberapa penumÂpang mencoba tetap melanjutkan perjalanannya ke tempat kerÂjaÂnya. Salah satunya Ardi. “Saya lewÂat rel saja biar tidak terjebak macet. Lagian dekat,†kata dia. Ardi adaÂlah pegawai toko di Manggarai.
Biasanya, ia dari Stasiun MangÂÂgarai dia naik angkutan umum unÂtuk mencapai tempat kerjaÂnya. “KaÂÂlau naik angkot 10 meÂnit juga samÂÂpai,†kata pria berÂkulit gelap ini.
Namun kemarin tak angkutan umum yang bisa menganÂtarÂkanÂnya sampai tempat kerjanya. SeÂbab, beberapa ruas jalan mÂeÂnuju temÂpat kerjanya terendam banjir.
Bukan hanya penumpang commuter line dari Bogor dan DeÂpok yang tak bisa mencapai puÂsat kota Jakarta. Penumpang dari Serpong pun tak bisa menÂcapai Stasiun Tanah Abang. KeÂreta yang mereka tumpangi hanya sampai Stasiun Palmerah.
Puput memutuskan tak masuk kerja karena kereta yang ditumÂpanginya dari Serpong tak bisa sampai ke Stasiun Tanah Abang. “Terpaksa kembali lagi ke rumah karena (Stasiun) Tanah Abang banjir dan tidak bisa ke mana-mana,†katanya.
Ia menuturkan kereta yang ditumpangi sempat berhenti lama di Stasiun Pondok Ranji. Para penumpang tak diberitahu kenapa kereta berhenti lama. Padahal, sejumlah penumpang yang menunggu di stasiun sudah naik ke kereta.
Puput sempat waswas bakal telat sampai ke tempat kerjanya. Setelah 30 menit menunggu, kereta melanjutkan perjalanan ke arah Jakarta. Tapi hanya sampai Stasiun Palmerah.
Dari Stasiun Palmerah dia hendak naik angkutan umum untuk sampai tempat kerjanya di Tanah Abang. Tapi saat turun di Stasiun Palmerah, Puput menÂdapat informasi bahwa beberapa ruas jalan yang menuju Tanah Abang tak bisa dilalui karena terendam banjir.
“Sebetulnya mau naik angkot dari Palmerah ke Tanah Abang. Tapi setelah dipikir-pikir nggak jadi dilakukannya karena jalan tenÂggelam semua,†katanya.
Ojek Gerobak Dipakai Nembus Banjir
Banjir menyebabkan angkutan massal berhenti beroperasi. Untuk melintasi Warga pun meÂmanfaatkan angkutan alternatif untuk melintasi daerah-daerah yang banjir.
Misalnya, menggunakan ojek gerobak. Untungnya lumayan. “Dari Rabu kita sudah mengÂguÂnaÂkan gerobak untuk mengangÂkut orang-orang yang melintasi banjir. Paginya jam 6 kita juga sudah siaga lihat banjir belum surut,†kata Endang, pemilik gerobak.
Warga Gang Kober, Kampung MeÂlayu, Jakarta Timur ini meÂmanfaatkan gerobak yang sehari-harinya digunakan untuk meÂngangkut barang rongsokan. GeÂrobaknya bisa mengangkut maÂkÂsimal lima orang sekali meÂnyeÂberang. “Sehari saya bisa dapat Rp 500 ribu,†kata pria berumur 40 tahun ini.
Endang tidak mematok tarif keÂpada orang yang dibantunya meÂlintasi daerah banjir. Daerah yang terendam sepanjang 200 meter. “Biasanya bayar Rp10 ribu per orang. Paling banyak ibu-ibu sama nenek-nenek yang naik,†katanya.
Menurut dia, banjir yang meÂlanda kawasan Kampung Melayu yang memutus ruas jalan menuju Casablanca lebih rendah diÂbanding 2007.
Lima tahun lalu banjir yang menggenangi jalan Jalan AbÂdullah Syafei, Tebet lebih tinggi. “Jadi tarifnya lebih mahal. Sekali angkut Rp 25 ribu,†katanya. Endang pun mendapat rezeki nomplok.
Begitu juga Omar. Ia mengaku menawarkan gerobaknya kepada warga yang ingin menyeberang di Jalan Raya Tanjung Duren, JaÂkarta Barat sejak pukul 6 pagi. SeÂbab, pada pagi hari banyak orang yang hendak berangkat kerja maupun ke sekolah. “Saya suÂdah lebih dari 10 kali bolak-baÂlik untuk mengantar para warga yang ingin melintas,†katanya.
Omar mengenai traif Rp 20.000 untuk sepeda motor yang diangÂkutnya dengan gerobak. Kalau hanya orang tarifnya Rp 10 ribu. “Keuntungan belum dihitung. Kan nantinya juga dibagi 5 sama teman-teman lain,†katanya.
Sementara Aswan, menjadi ojek gerobak di wilayah Kota Bambu Palmerah, Jakarta Barat. “Sebenarnya saya nggak meÂnarÂgetkan berapa ongkosnya, ada yang ngasih Rp 10.000 sampai Rp 20.000 sekali diangkut. KeÂunÂtungan seharinya sekitar Rp 750.000,†katanya.
Tak hanya ojek gerobak, ada warga yang menyediakan ojek rakit untuk melintas daerah banÂjir. Ojek rakit dibuat dari bambu yang dasarnya diberi jerigen plasÂtik, batang pohon pisang, ataupun gabus. Di atas bambu diletakkan bangku kayu yang dapat diduduki maksimal tiga orang. Tarif nyaÂpun dipatok sama dengan ojek geÂrobak: Rp 10 ribu per orang.
“Daripada nganggur ngak ada kerjaan, mending ngojek rakit. Lumayan nggak bengong di peÂngungsian,†kata Ahmad, warga Kelurahan Bukit Duri.
Sugeng yang juga menyeÂdiaÂkan ojek rakit mengaku sejak pagi telah menyeberangkan puÂluÂhan orang yang ingin melintasi kawasan Tebet, Jakarta Selatan yang terendam banjir lebih dari satu meter.
“Tarifnya hanya Rp 10.000 per orangnya. Itu sudah termasuk buat motor maupun orang yang mau naik,†katanya.
Sugeng mengungkapkan, dia bisa mengantongi Rp 500 ribu seÂhari. Menurutnya, banyak orang yang menyeberang saat jam pulang kerja. Jarak tempuh untuk menyeÂberangkan tersebut cukup lama karena ketinggian banjir lebih kuÂrang masih seperut orang dewasa.
“Banjirnya masih dalam. Lima belas menit paling cepat, terganÂtung bawaannya. Kalau ada moÂtor biasanya lebih lama,†ujar pria yang mengaku profesi sÂeÂbeÂnarÂnya tukang tambal ban.
Khawatir Rel Amblas, Kereta Diminta Tidak Lalui Daerah Banjir
Menteri Perhubungan EE Mangindaan menganjurkan, commuter line tidak beroperasi dahulu sampai jalur yang tergeÂnang sudah dapat dilewati. MeÂnurutnya, tak perlu mengamÂbil risiko dengan tetap menÂjaÂlanÂkan rangkaian kereta di jalur yang masih terendam banjir.
“Sekarang bagaimana kita ikuti cuaca, tapi kalau belum bisa dilepas, karena kalau diÂleÂpas bisa ada kecelakaan karena kita terlalu teledor,†katanya.
Mangindaan mengatakan piÂhaknya sudah meminta laporan mengenai jalur-jalur mana saja yang belum bisa dilewati.
Menurutnya, bila rel sudah tergenang, kereta disarankan berhenti dahulu. Ia telah meÂmerintah Dirjen Perhubungan Darat dan Pos Komando untuk memantau terus menerus banjir yang melanda Jakarta.
“Kereta yang mau lewat kalau rel sudah tergenang maka harus stop dulu. Dengan beÂbeÂrapa rangkaian tidak (perlu) beÂrangkat, supaya tidak anjlok saat dilewati,†katanya
Kepala Humas Daops I PT KAI, Mateta Rizalulhaq, ada beberapa perlintasan rel dan staÂsiun yang terendam air. “StaÂsiun Jakarta Kota, Tanah Abang, Sudirman, dan KamÂpung BanÂdan terendam air,†katanya.
Ia menjelaskan, kereta sudah tidak bisa melintasi bila rel terÂgenang air mencapai 10 cenÂtimeter. “Dari pada bahaya bagi keselamatan penumpang, lebih baik tidak dilewati,†katanya.
Akibat kereta tak bisa meÂlanÂjutkan perjalanan sampai tujuan akhir, penumpang menumpuk di sejumlah stasiun. Walaupun seÂjumlah perlintasan kereta terendam banjir, PT KAI tetap mengoperasi kereta. Tapi ruÂtenya terbatas.
“Dari Bogor hanya bisa samÂpai Manggarai atau Pasar MingÂgu, jalur Bekasi hanya sampai Jakarta Timur dan SerÂpong haÂnya sampai Palmerah,†katanya.
Sementara perlintasan rel di Rawa Buaya, Jakarta Barat tidak bisa dilalui. Rel tak bisa dipakai bukan karena terendam banjir, tapi karena menjadi loÂkasi pengungsian warga yang rumahnya kebanjiran.
Mateta pun tak bisa meÂmasÂtikan kapan jadwal kereta api akan kembali normal. “Kita beÂlum tahu, karena curah hujan tiÂdak bisa kami prediksi,†katanya.
Untuk perjalanan kereta jarak jauh dari Jakarta ke Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur, kata Mateta, pihaknya belum melakukan pembatalan perjalanan. “Sampai saat ini beÂlum ada pembatalan untuk kereÂta jarak jauh. Semua masih berÂoperasi normal,†katanya.
Ia mengatakan semua perÂjalanan kereta masih beroperasi normal sampai saat ini. MesÂkiÂpun, ada sejumlah stasiun yang relnya terendam banjir. Namun, Mateta memastikan belum ada kendala teknis berarti yang mengÂhambat perjalanan kereta jarak jauh akibat banjir yang melanda Jakarta.
“Kami juga belum mengaÂlihÂkan stasiun-stasiun keÂbeÂrangÂkatan yang terdampak banjir, seÂmua masih terkendali,†kaÂtanya.
Halte Busway Jadi Tempat Mengungsi
Bus Transjakarta Tak Beroperasi
Banjir yang melanda Jakarta kemarin menyebabkan bus Transjakarta tak bisa berÂopeÂrasi. Di semua koridor busway ada bagian yang terendam banÂjir dan tak bisa dilalui.
Kepala Badan Layanan Umum (BLU) Transjakarta MuÂhammad Akbar mengunÂgÂkapkan, Koridor I Blok M-Kota terhalang genangan air di ThamÂÂrin. Koridor II Pulo GaÂdung-Harmoni terhalang geÂnangan di Pulo Mas dan seÂbaÂgian ruas jalan lainnya.
Adapun Koridor III KaliÂdeÂres-Pasar Baru merupakan koriÂdor yang mengalami banjir paÂling parah, yaitu di Daan MoÂgot, Dispenda, dan Rawa Buaya.
Koridor IV Pulo Gadung-Duku Atas, lanjutnya, terhalang banjir di Matraman dan MangÂgarai. Koridor V Ancol-KamÂpung Melayu terhambat geÂnaÂngan air di Pedongkelan Ancol dan sekitar Kampung Melayu yang tidak bisa dilalui bus Transjakarta. Koridor VI arah Duku Atas-Ragunan terhalang genangan air di Ragunan sehingga kenÂdaÂraan tidak bisa melintas di ruas jalan tersebut.
Koridor VII Kampung MeÂlayu-Kampung Rambutan terÂgenang air di ruas jalan KamÂpung Melayu sepanjang OtisÂta. Adapun Koridor VIII LeÂbak Bulus-Harmoni tak bisa dilalui karena juga melalui jaÂlan-jalan di Daan Mogot yang terpantau banjir.
Ia menambahkan, Koridor IX arah Pinang Ranti-Pluit tidak dapat dilalui karena genangan air di Grogol yang tingginya hampir 80 sentimeter. Koridor X arah Tanjung Priok-Cililitan tak dapat dilalui karena genaÂngan air di Plumpang dan KeÂbon Nanas. Terakhir, Koridor XI arah Kampung Melayu-Wali Kota Jakarta Timur tak dapat beroperasi karena genangan air di ruas jalan Otista.
Di beberapa koridor, bus Transjakarta tak bisa beroperasi karena ada halte yang dijadikan tempat mengungsi. Misalnya halte Jembatan Gantung, halte Jembatan Baru, dan halte TaÂman Kota, Jakarta Barat yang menjadi bagian Koridor 3.
Jika jalan sudah bisa dilalui, pengelola bus Transjakarta akan berkoordinasi dengan lurah dan camat setempat untuk meminÂdahkan warga dari halte.
“Nanti kita koordinasikan kepada lurah dan camat untuk memindahkan pengungsi ke temÂpat yang lebih layak jika jalur sudah bisa dilalui. Tapi untuk seÂmentara kita perbolehkan,†katanya.
Akbar mengatakan jika ketingÂgian air masih setinggi 20 sentimeter, bus Transjakarta masih bisa menerobos. Namun jika di atas tersebut maka sudah tidak bisa melintas. Sementara saat ini tercatat ketinggian air yang menggenangi jalan menÂcapai 60 sentimeter.
Akbar mengatakan pihaknya belum menghitung kerugian akiÂbat terhentinya operasi bus Transjakarta. Menurut dia, selama ini pemasukan operator didasarkan panjang kilometer yang dilalui bus Transjakarta.
Ia belum bisa memastikan hingga kapan operasional terÂhenti. Menurut dia, bus TransÂjakarta akan kembali beroperasi saat ruas-ruas jalan yang terÂgenang air sudah surut dan bisa diÂlalui bus. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.