Seorang mahasiswi di India meninggal setelah menjadi korban pemerkosaan. Negara itu pun terguncang. Di tanah air, seorang bocah berusia 11 tahun meninggal kemarin. Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mencurigai bocah itu korban pemerkosaan.
Sunyoto, 55 tahun, tidak henÂti-hentinya mengucurkan air mata. Saat turun dari sepeda moÂtor dia harus dipapah dua keraÂbatnya. Beberapa kali, pria peÂrawakan kurus ini tak kuat berdiri menyaksikan pemakaman anak bungsunya.
Kondisi Astri, istri Nyoto lebih memÂprihatinkan lagi. Wanita berkulit hitam ini bahkan pingsan selama beberapa jam ketika meÂngetahui anaknya meninggal duÂnia. Saat jenazah anaknya diÂkeÂbuÂmikan, Astri hanya tergolek lemas di rumahnya.
Nyoto dan Astri adalah orang tua dari RI, anak perempuan berÂusia 11 tahun yang masih duduk di kelas V SD. Ia diduga menjadi korÂban pemerkosaan. Sehari-hari, Nyoto dan istrinya jadi peÂmulung berbagai barang bekas di sekitar kediaman mereka di Kampung Rawa Bebek RT 02/01, Kelurahan Pulo Gebang, Cakung, Jakarta Timur.
Rumah yang ditinggali keluarÂga Nyoto berada di perbatasan anÂtara Jakarta Timur dan Kota BeÂkasi. Beberapa langkah dari tempat tinggalnya sudah masuk wilayah Bekasi, Jawa Barat. PemÂbatasnya kali kecil yang pingÂgirannya dipenuhi lapak peÂmulung dan tanah lapang.
Untuk mencapai rumah Nyoto, rumahnya, harus melalui jalan sempit selebar 1 meter dari arah jalan raya Rawa Bebek. Pasangan yang memiliki 6 orang anak ini tinggal di rumah sempit berÂukuÂran 5x5 meter.
Rumah itu tanpa pagar. DiÂnÂdingÂnya terbuat dari batako yang belum diplester semen, apalagi diÂcat. Atapnya terbuat dari asbes yang suÂdah rusak di beberapa tempat. SeÂdangkan lantainya, perÂpaduan anÂtara semen dan keÂramik putih.
Ruangan di dalam rumah yang menjadi tempat kumpul keluarga dilapisi keramik putih. Sementara teras yang lebarnya tidak sampai 1 meter hanya sebagian yang dilapisi keramik. Sisanya hanya plesteran semen.
Tidak ada barang mewah yang di rumah keluarga Nyoto. Di ruang untuk tamunya, hanya teÂrÂdapat lemari kayu tanpa pintu deÂngan kondisi yang sudah lapuk dimakan usia. Yang tampak baru hanya lemari plastik yang bisa dibongkar pasang.
Di tengah-tengah ruangan terÂdapat dipan kayu yang dilapisi dengan kain batik warna coklat. Di dipan inilah jenazah RI sempat disemayamkan sebelum akhirnya di makamkan di TPU Aster III, Harapan Baru Bekasi. Tak jauh dari rumah Nyoto.
Menurut Nyoto, putri bungsuÂnya anak yang mandiri dan tidak nakal. Hampir setiap hari, dia dan istrinya meninggalkan buah hÂaÂtinya di rumah untuk memulung.
Saat Nyoto dan istrinya menÂcari nafkah, RI diawasi oleh para kakaknya. Terkadang para teÂtangga yang tinggalnya berÂdemÂpetan ikut mengawasi anak itu.
“Kadang main sendirian. KaÂdang-kadang masak-masakan, main dengan teman wanitanya yang seumuran. Dia pun jarang keÂluar jauh,†kata Nyoto.
Nyoto tak pernah tahu sakit yang diderita RI. Sebab, sebelumÂnya anakanya itu selalu terlihat ceÂria dan sehat. “Terakhir bilang dia sakit itu sekitar 3 bulan lalu. Saat itu dia muntah-muntah dan hampir tiap malam dan badannya panas. Dia hanya mengeluhkan sakit, tapi tidak bilang penyeÂbabÂnya apa,†kata Nyoto.
Karena itu, Noyot ak pernah cuÂriga kalau anaknya diduga menÂjadi korban perkosaan. SeÂbab, selama ini tidak ada peruÂbaÂhan sikap sang anak.
Namun bila benar anaknya terÂsebut menjadi korban perkosaan, dia berharap ada proses hukum. Pelakunya harus ditangkap dan dijatuhi hukuman berat.
“Memang sampai saat ini polisi belum memberikan keterangan siÂapa pelakunya, polisi hanya biÂlang sedang dalam proses peÂnyeÂlidikan,†ungkapnya.
Untuk diketahui, sejak 29 DeÂsember lalu, RI di rawat di ruang intensive care unit (ICU) RS PerÂsahabatan. Kemarin pagi, dia meÂninggal. Namun hingga meÂngÂhemÂbuskan nafas terakhir, sakit apa yang diderita RI ini masih beÂlum jelas. Pihak RS Persahatan, tempat RI dirawat menduga keÂmatian bocah itu karena radang otak yang dideritanya.
Ketika mulai dirawat, pihak rumah sakit menemukan bekas luka di kemaluan dan anus bocah tersebut. Namun pihak rumah sakit tak berakhir menyimpulkan bahwa RI pernah mengalami pemerkosaan.
“Secara klinis, radang otak menÂjadi sebab kematiannya. Kami masih tunggu hasil laÂboratorium,†kata Dirut RSUPP Priyanti.
Namun Priyanti tidak mau meÂmastikan dahulu, apakah radang otak itu memang benar penyakit yang diderita bocah tersebut sehingga akhirnya meninggal duÂnia. Karena itu, pihak kepolisian dan keluarga membawa jenazah boÂcah itu ke RS Cipto MangunÂkusumo (RSCM) untuk diotopsi.
RS Persahabatan sendiri, kata Priyanti, sudah melakukan visum yang hasilnya sudah dikirimkan ke Polres Jakarta Timur. NanÂtinya, hasil dari otopsi di RSCM dan RS Persahabatan akan diÂjelaskan oleh polisi.
Para tetangga dan rekan-rekan seÂkolah RI, hingga kemarin maÂlam terus berdatangan ke ruÂmahÂnya. Tidak sedikit dari tetangga yang datang berasal dari jauh.
Selain untuk nyelawat, keÂdaÂtangan tetangga yang didominasi ibu-ibu itu untuk mendengar langÂsung kabar tentang RI yang diÂduga diperkosa. Maklum seÂlama sepekan terakhir, kabar terÂsebut ramai menjadi pembicaraan banyak kalangan.
Komnas PA Bentuk Tim Investigasi
Komisi Nasional PerlinduÂngan Anak (Komnas PA) memÂbentuk tim investigasi untuk menyelidiki penyebab kematian RI. Pihak rumah sakit yang meÂrawat bocah enggan memÂbeÂriÂkan informasi.
Ketua Komnas PA Arist MerÂdeka Sirait mengatakan pihak RS Persahabatan sangat tertÂuÂtup untuk menjelaskan masalah ini. “Padahal, dengan UU KeÂterÂbukaan Informasi, konÂsuÂmen, dalan hal ini keluarga RI, berhak tahu apa yang terjadi,†ujar Arist.
Pihaknya tak bisa meminta keterangan dari RI karena dia tak sadarkan diri selama menÂjalani perawatan sampai akÂhirÂnya meninggal.
“Mereka (pihak rumah sakit) pasti bisa menganalisa luka di vagina itu karena apa, saÂyangÂnya mereka tidak menjelaskan kondisi RI dengan jelas. Bahkan untuk mengetahui vagina korÂban rusak saja harus didesak beÂberapa kali,†tambahnya.
Permadi, pengacara keluarga korÂban merasa ada keganjilan penyakit yang diderita RI. Dia menduga RI memang menjadi korban pemerkosaan karena beberapa hal yang cukup meÂnguatkan.
“Ada yang ganjil, seperti adaÂnya luka terbuka di kemaluan dan anus. Kami masih meÂnunggu kesimpulan tim medis untuk itu,†ujarnya.
Permadi menambahkan, meÂnurut keterangan keluarga pada awal Desember bocah itu lebih sering mencuci celana dalam. Hal itu tidak biasa dia lakukan dan dianggap sebagai keganjilan.
“Bila itu benar terjadi. PasÂtilah pelaku itu selain asusila, juga menularkan penyakit keÂlamin,†kata Permadi.
Sebelumnya, Kepala Humas Polda Metro Jaya Kombes RikÂwanto menyatakan bahwa boÂcah perempuan kelas 5 SD yang terbaring koma di RS PerÂsaÂhaÂbatan bukan merupakan korban kekerasan seksual. Dari hasil pemeriksaan dokter, si bocah meÂngalami infeksi di keÂmaluannya.
“Menurut keterangan keÂluarga, yang bersangkutan tidak pernah mengalami kekerasan seksual. Dan berdasar keÂteÂraÂngan dokter, luka pada keÂmaÂluanÂnya itu karena infeksi,†jeÂlas Rikwanto di Mapolda Metro Jaya (4/1).
Rikwanto bilang, pihaknya teÂlah menginterogasi keluarga korÂban. Berdasar keterangan ayah korban, Sunyoto, korban sudah menderita sakit selama 3 bulan.
“Korban mengeluh sakit pada bagian ketiak. Kemudian dibaÂwa ke Puskesmas Harapan Baru dan diduga sakit kelenjar getah bening,†kata Rikwanto.
Setelah itu, dua bulan keÂmudian, korban kembali meÂngeluh sakit. Keluarga keÂmuÂdian membawanya ke dokter Wawan di daerah Harapan Baru, Bekasi.
Karena tidak kunjung semÂbuh, korban kemudian dibawa ke dokter spesialis di Regency. Dokter spesialis setempat meÂnyatakan bahwa korban meÂnÂderita sakit typus.
Hingga akhirnya pada tangÂgal 29 Desember korban tidak sadarkan diri. Korban keÂmuÂdian dibawa ke RS PeÂrÂsaÂhaÂbaÂtan dan dirawati di Ruang ICU Cempaka Lantai 2.
Pelakunya Orang-orang Dekat
2012, Kasus Kekerasan Terhadap Anak Meningkat
Kekerasan yang menimpa anak-anak di bawah umur tiap tahun sangat memprihatinkan. Sepanjang tahun 2012, Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mencatat ada peningkatan dari 2.508 di tahun 2011menjadi 2.637 kasus.
Ketua Komnas Anak Arist Merdeka Sirait mengatakan, sebanyak 48 persen atau 1.075 di antaranya adalah kasus keÂkeÂrasan seksual. Kekerasan sekÂsual ada yang dilakukan dalam bentuk sodomi, pemerÂkosaan, pencaÂbulan, serta incest (huÂbuÂngan seks dengan keluarga sedarah).
Kekerasan fisik berada di uruÂtan berikutnya. Komnas Anak mencatat 819 kasus kekeÂrasan yang melibatkan anggota tubuh. Lalu posisi selanjutnya ditempati oleh kekerasan psikis sebanyak 743 kasus.
Jika dilihat dari lingÂkuÂnganÂnya, kata Arist, sekitar 82 perÂsen kasus kekerasan menimpa anak-anak dari kelompok ekoÂnomi menengah ke bawah. SiÂsaÂnya terjadi di kalangan ekoÂnomi menengah ke atas.
“Kekurangan ekonomi seÂakan dimanfaatkan untuk mengÂhalalkan tindak kekerasan terhadap anak-anak,†ucap dia.
Lebih memprihatinkan lagi, kasus kekerasan justru terjadi di lingkungan terdekat anak, seÂperti di lingkungan rumah tangÂga, sekolah, lembaga peÂnÂdiÂdiÂkan, dan lingkungan sosial anak. Pelakunya pun meruÂpaÂkan orang-orang terdekat anak.
“Mulai dari orang tua, ayah atau ibu tiri, maupun guru,†kaÂtaÂnya. Dengan banyaknya jumÂlah kasus ini, Komnas Anak mendesak keluarga agar menÂciptakan lingkungan yang raÂmah anak di sekitar rumah mauÂpun di dalam keluarga.
Selain itu, Komnas Anak menÂdorong agar kepolisian meÂningkatkan status Unit PeÂlaÂyanan Perempuan dan Anak yang saat ini melekat di Satuan Reserse Kriminal menjadi satuan tersenÂdiri yakni Satuan Perlindungan Perempuan dan Anak. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.