Isuzu Panther hitam melaju dari Jalan Margonda Raya dari arah Citayam. Mendekati kantor Wali Kota Depok, pengemudinya menyalakan lampu sign kiri. Kemudi dibelokkan ke arah gerbang masuk kantor pemerintahan itu.
Namun mobil itu harus berÂhenti. Di pintu gerbang diÂbenÂtangÂkan traffic cone yang menuÂtup jalan. Kaca di pintu sopir diÂturunkan. Pengemudinya tampak celingukan karena mobilnya tak bisa masuk.
Dua orang lalu menghampiri. Salah satunya mengenakan seraÂgam Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). “Maaf Pak, hari ini karena ada program one day no car. Kendaraan roda empat tidak boleh masuk. Hanya sepeda moÂtor yang boleh parkir di dalam. Jadi silakan bapak cari tempat parkir lain,†kata petugas yang mengenakan seragam Satpol PP.
Pengemudi yang berusia sekiÂtar 40 tahun ini ngotot agar diÂperÂbolehkan masuk. “Saya meÂmang dengar ada kebijakan seÂperti itu. Tapi itu kan untuk PNS di sini, bukan untuk umum. Saya ini tamu yang punya urusan di dalam, bukan PNS. Kenapa saya juga kena,†kata pengemudi menÂcoba berdebat. Tapi petugas jaga gerbang tak bergeming. PeÂngÂhaÂlang jalan tetap tak dibuka.
Perdebatan berlangsung cukup lama. Lantaran Panther berhenti di badan jalan, arus lalu lintas jadi tersendat. Pengemudi lain yang mobilnya persis di belakang beÂberapa kali membunyikan klakÂson. Meminta agar Panther kemÂbali melaju atau menyingkir.
Setelah 10 menit, pengemudi Panther menyerah. Ia menyingkir dari depan gerbang. Pedal gas diÂtekan ringan, mobil melaju pelan. Ketika melihat bahu jalan yang kosong, pengemudi Panther menepikan kendaraannya. Ia pun parkir di tepi jalan dengan posisi serong.
Ada tiga mobil yang lebih dulu parkir di situ. Yakni Kijang Super warna merah yang parkir di deÂpan kompleks kantor Wali Kota atau biasa disebut Balai Kota ini. Di sebelahnya Avanza silver. Lalu ada truk polisi.
Petugas Satpol PP yang tadi berÂjaga di gerbang kembali mengÂÂhampiri. “Maaf pak, tidak boleh parkir di sini. Dilarang, kaÂrena bisa mengganggu perjalaÂnan kendaraan yang lain,†pintanya.
Malas berdebat lagi, pengeÂmudi Panther batal parkir di situ. Ia lalu mengarahkan mobil ke Mal ITC Depok. Akhirnya dia parkir di pusat perbelanjaan yang terletak persis di sebelah kantor wali kota.
Setiap Selasa, Pemerintah Kota DeÂpok memberlakukan one day no car. Pegawai negeri di lingÂkuÂngan pemerintah daerah ini diÂlarang membawa kendaraan roda empat ke kantor.
Program ini untuk menyukÂsesÂkan program hemat energi peÂmeÂrintah pusat. Juga untuk meÂnguÂraÂngi penggunaan BBM berÂsubÂsidi (premium dan solar) di kalaÂngan pemerintah daerah ini.
Setiap selasa, kantor Wali Kota tertutup untuk kendaraan roda empat. Ini juga berlaku untuk maÂsyarakat yang hendak mengurus izin di kantor ini.
Bagi maÂsyaÂrakat yang membaÂwa mobil, silakan mencari parkir di luar kanÂtor Wali Kota.
Ada yang parkir di bahu jalan di sekitar kantor wali kota. LainÂnya memilih parkir di pusat perÂbelanjaan terdekat, seperti peÂngemudi Panther tadi. Mereka yang parkir di pusat perbelanjaan tentu harus membayar tarif parkir yang dihitung per jam.
Pemantauan Rakyat Merdeka keÂmarin, tak semua warga mau parÂkir di pusat perbelanjaan. Irfan, misalnya. Warga SawaÂngan, Depok ini datang ke kantor Wali Kota membawa Nissan Grand Livina. Ketika ditolak maÂsuk, dia memilih parkir di bahu jalan beberapa meter dari kantor wali kota.
“Minggu kemarin saya datang ke sini. Karena ada program sehari tanpa mobil, kendaraan sayÂa tidak boleh masuk. Terpaksa parkir di dalam mal. Ribet mas parkir di mal. Sudah penuh, jalanÂnya jauh kalau mau ke wali kota,†tutur pria yang mengaku hendak meÂngurus Izin Mendirikan BaÂngunan (IMB) ini.
Lantaran banyak pengemudi yang parkir di bahu jalan, arus lalu lintas di Jalan Margonda pun tersendat. Sebab, sebagian badan dipakai untuk parkir mobil. KeÂmacetan sampai beberapa kiÂlometer.
Kemacetan parah selalu terjadi ketika diberlakukan one day no car pada hari Selasa. Mulai dari jam masuk kerja sampai siang hari. “Gimana ngga macet. Kan moÂbil yang mau ke dalam dilaÂrang masuk. Pemilik mobil akÂhirÂnya parkir di pinggir jalan. Belum lagi angkot yang berhenti. Parah deh,†kata Boy, pedagang asoÂngan yang mangkal tak jauh dari kantor Wali Kota Depok.
Arul, sopir Angkot D04 meÂngeÂluhkan kemacetan yang kerap terjadi di depan kantor Wali Kota Depok setiap Selasa. Kata dia, karena banyak kendaraan yang parkir sembarangan. Ia pun sulit menarik penumpang.
“Kalau sudah macet. JaÂnganÂkan ngetem, mau ambil peÂnumÂpang saja langsung diklaksonin mobil di belakang,†katanya.
Pemantauan Rakyat Merdeka, kemacetan di depan kantor Wali Kota menggila bukan hanya kaÂrena banyak mobil yang parkir di bahu jalan. Tapi juga karena ada proyek pelebaran jalan dan pemÂbuatan gorong-gorong.
Polisi Kecewa Karena Pemkot Tak Koordinasi Soal “One Day No Carâ€
Saat diberlakukan one day no car pada hari Selasa, kendaraan roda empat dilarang masuk kanÂtor Wali Kota Depok. Pengemudi lalu memarkir kendaraan di bahu jalan sekitar kantor Wali Kota. Kemacetan parah pun terjadi.
Kemacetan juga terjadi di jalan di depan Polres Depok. Kantor PolÂres terletak di seberang Wali Kota Depok. Polisi pun gerah.
Kepala Satuan Lalu Lintas (Kasat Lantas) Polres Depok, KoÂmisaris Kristanto Yoga kecewa Pemerintah Kota (Pemkot) meÂnerapkan one day no car tanpa meÂlibatkan kepolisian.
“Itulah yang kami sesalkan. Kenapa Pemkot Depok tidak perÂnah melakukan upaya koordinasi. Akibatnya kan seperti ini (macet parah). Masyarakat yang kena imbasnya,†ungkap Kristanto.
Kristanto heran kenapa proÂgram yang dibuat untuk jajaran PemÂkot tersebut juga diberlaÂkuÂkan pada masyarakat umum. PaÂdahal, sasaran dari program sehari tanpa kendaaan itu hanya untuk pegawai negeri sipil di lingÂkungan Pemkot saja.
“Yang tidak boleh kan PNS-nya. Kenapa masyarakat yang berkunjung juga dilarang memÂbawa mobil. Malah disuruh parÂkir di jalan,†kata dia.
“Seharusnya kalau mau buat kebijakan hari Selasa tidak boleh bawa mobil ke balai kota, ya unÂtuk PNS saja. Kalau orang umum harusnya boleh. Karena banyak yang ingin mengurus sesuatu ke Balai Kota. Fasilitas pengalihan parkir perlu dipersiapkan terlebih dahulu,†ujarnya.
Kepala Humas Kota Depok De Ricko justru heran bila polisi meÂrasa tak dilibatkan dalam prÂoÂgram one day no car. Pihaknya sudah memberitahukan kepada pimpinan Polres.
“Di tingkat Kota ini ada yang namanya Muspida (Musyawarah Pimpinan Daerah) yang juga meÂlibatkan Wali Kota dan Kapolres. Kegiatan ini sudah sering dibiÂcaÂrakan dalam Muspida. Kenapa dibilang tidak koordinasi,†kataÂnya saat ditemui Rakyat Merdeka di kantornya.
Lagipula, lanjut dia, Pemkot tiÂdak pernah menganjurkan tamu yang datang agar memarkirkan keÂndaraannya di bahu jalan. Pemkot mengarahkan pengemudi untuk parkir di tempat resmi.
“Petugas selalu kami siapkan di depan kantor. Mobil yang mau masuk diarahkan untuk parkir di depan mal, bukan bahu jalan,†terangnya.
Ricko mempersilakan polisi meÂnilang pengemudi yang meÂmarÂkir kendaraan di bahu jalan. “Itu keÂweÂnangan mereka selaku petugas. Kami mendukung itu, karena meÂmang melanggar,†katanya.
Dianggap Cari Sensasi, Nur Mahmudi Dikritik
Dianggap tak tepat sasaran dan memunculkan masalah baru, langkah Pemerintah Kota Depok menerapkan one day no car dikecam.
Pengamat kebijakan publik dari Universitas Indonesia AnÂdrinof Chaniago menilai keÂbiÂjakan ini hanya cari sensasi. MeÂnurut dia, sasaran dan kajian menerapkan one day no car sama sekali tidak kuat.
“ Itu cuma program yang diÂbuat sebagai upaya mencari perhatian. Wali Kota lebih baÂnyak show off -nya,†ujar AnÂdÂriÂnof. Menurut dia, kebijakan yang dicampur aduk dengan usaha mencari perhatian tidak bakal bertahan lama.
Ia menyarankan sebaiknya sebelum mengambil kebijakan, Pemkot Depok melakukan kaÂjiÂan terlebih dulu. Kajian itu meliputi kebutuhan masyarakat jangka pendek, menengah dan panjang.
Lewat kajian juga bisa dikÂeÂtahui risiko kebijakan itu. KeÂbijakan yang dipilih, yang paÂling sedikit risiko tapi memÂbawa kemaslahatan paling baÂnyak buat masyarakat.
“Buatlah program yang reaÂlistis, tidak terlalu sensasional tapi bermanfaat bagi keÂpenÂtiÂngan orang banyak,†saran AnÂdrinof. “Hilangkan yang nggak perlu.â€
Kasno, Koordinator LSM KoÂmite Aksi Pemberantasan OrÂgan Korupsi (Kapok) meniÂlai, one day no car tak menyenÂtuh akar persoalan kemacetan di Depok.
Menurut dia, program ini meÂmang bisa menghemat energi dan mengurangi penggunaan BBM bersubsidi. “(Tapi) yang dibuat wali kota sama sekali buÂkan yang diinginkan masyarÂaÂkatÂnya,†katanya.
Pasalnya, lanjut Kasno, baÂnyak warga yang jadi korban dari kebijakan ini. Dari tak bisa masuk ke kantor Wali Kota karena roda empat dilarang maÂsuk, hingga terjebak kemacetan akibat banyak mobil parkir di bahu jalan.
“Wali Kota Ngojek, Bawahan Kok Naik Mobilâ€
Berbagai cara dilakukan PNS Pemerintah Kota Depok untuk mengakali program one day no car yang diberlakukan setiap Selasa. Dari parkir di mal sampai meminta antar jemput keluarganya.
Pemantauan Rakyat MerÂdeÂka, pukul 3 sore ratusan peÂgaÂwai mulai bergerak meÂninÂgÂgalÂkan kantor Wali Kota Depok. Sebagian mengarah ke tempat parkir sepeda motor di dekat pintu gerbang maupun di belaÂkang kompleks perkantoran peÂmerintah daerah ini.
Lainnya berjalan kaki ke luar gerbang. Pulang naik angkutan umum? Ternyata tidak. BebeÂrapa PNS berdiri di pinggir jaÂlan menunggu dijemput.
Seorang pegawai setengah baya berjalan ke gerbang samÂbil berkomunikasi lewat telÂeÂpon genggam.
“Ya saya sudah menuju ke luar gedung ini. Nanti langsung ke depan saja biar tidak lama,†ujar wanita tersebut.
Sampai di depan pintu gerÂbang, wanita ini berjalan ke kaÂnan, melawan arah. Setelah berÂjalan 20 meter ke sebelah kaÂnan, ia berhenti.
Tidak sampai 10 menit berÂdiri menunggu, Kijang Innova putih berhenti persis di deÂpanÂnya. Tanpa membuang waktu, wanita ini membuka pintu deÂpan di sebelah kiri. Lalu ke duÂduk di samping pengemudi.
“Rumah saya jauh, repot kalau tidak dijemput. Sehari-hari, kadang saya bawa mobil kadang juga dijemput seperti ini,†kata pegawai yang tidak mau disebutkan namanya itu.
Rakyat Merdeka juga meÂmerÂgoki beberapa pegawai pria maÂsuk ke dalam mal ITC setelah lepas jam kantor. Pusat perÂbeÂlanjaan ini terletak persis di seÂbeÂlah kantor Wali Kota Depok.
“Saya bawa mobil di parkir di sana (Mal ITC). Yang penting kan tidak ke kantor atau parkir di pinggir jalan. Jadi nggak ada masalah,†kata pegawai bertuÂbuh gemuk itu sambil berlalu masuk ke dalam mal.
Kepala Humas Pemerintah Kota Depok, De Ricko memÂbanÂtah ada pegawai yang menÂcoba mengakali program one day no car. “Setiap Selasa pagi, kami terjunkan anak buah untuk berjaga-jaga di pintu gerbang,†katanya.
Namun dia berjanji akan menindaklanjuti temuan bahwa masih ada pegawai yang bawa kendaraan roda empat saat ngantor di hari Selasa. “Bila ada yang ketahuan, akan kami foto untuk jadikan barang bukti,†jelasnya.
Apa sanksinya bagi pegawai yang tetap bawa mobil? MenuÂrut dia, hingga saat ini memang belum ada sanksi tegas yang akan diberikan bagi para pegaÂwai yang tidak mendukung proÂgram ini. Pasalnya, proÂgram ini hanya imbauan, bukan paksaan.
“Hanya masalah etika saja. Masa Pak Walikota rela naik motor atau ojek, anak buahnya maÂsih naik mobil. Tapi kalau suÂdah beberapa kali naÂkal, tentu kami siapkan sanÂkÂsiÂnya,†ujarnya. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.