Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Commuter Line Merah-Putih Siap Dijalankan Ke Jakarta

Nengok Pabrik Kereta Di Madiun

Senin, 10 Desember 2012, 09:07 WIB
Commuter Line Merah-Putih Siap Dijalankan Ke Jakarta
Commuter Line
rmol news logo Indonesia menjadi pemasok beberapa negara di Asia. Semua kereta itu diproduksi di PT Industri Kereta Api (Inka), BUMN yang bergerak di bidang pembuatan gerbong dan lokomotif.

Pekan lalu, Rakyat Merdeka me­ngintip proses pembuatan ke­reta di pabrik PT Inka di Madiun, Jawa Timur.  Berikut laporannya.

Suara mesin bergemuruh ter­dengar dari beberapa bangunan berbentuk hanggar di kompleks PT Inka di Jalan Yos Sudarso, Madiun. Perusahaan pelat merah ini me­nem­pati lahan seluas 22,5 hektar.

Di kompleks ini ada beberapa hanggar. Masing-masing me­mi­liki fungsi yang berbeda. Ada yang jadi tempat pembuatan pe­lat, pengelasan, pemasangan kom­ponen dan mesin, dan pe­nyi­m­panan kereta yang sudah jadi.

Percikan bunga api dan suara logam yang dipukul palu me­nyam­but ketika Rakyat Merdeka menginjakkan kaki di hanggar pe­ngelasan dan pembuatan lem­pe­ngan. Puluhan orang yang me­nge­nakan helm proyek terlihat de­ngan pekerjaannya masing-masing.

Ada yang menyambungkan lempengan logam dan alat las. Lainnya mengutak-atik kom­po­nen listrik. Di bagian lain pekerja melakukan pengecatan gerbong.

Beranjak ke hanggar Pema­sa­ngan Komponen III, suara bising sedikit berkurang.

Hanggar ini memproduksi ger­bong penumpang dan barang. Lo­komotif pesanan dalam dan luar negeri juga dibuat di sini.

Di hanggar ini, chassis dan roda disambungkan dengan ger­bong. Namun belum dipasang me­sin. Juga belum dicat. Di ba­risan lain, tampak gerbong yang sudah selesai. Gerbong diba­ris­kan di atas rel baja.

Di antara gerbong yang sudah jadi dicat merah dan putih, mirip warna bendera negara kita. “(Ke­reta) itu memang dipesan oleh PT KAI. Nantinya akan dipakai untuk KRL di Jabodetabek untuk jenis commuter line,” kata Bam­ba­ng Soenjaswono, Direktur Ad­mi­nistrasi dan Keuangan PT Inka.

Mengintip ke dalam, gerbong­nya tampak lapang. Kursi pe­num­pang terletak di sisi kiri dan kanan gerbong kereta. Gerbong sengaja didesain lapang agar bisa menam­pung banyak penumpang.

Giliran menengok ke gerbong untuk kereta antar kota. Desain da­lam gerbong tentu berbeda de­ngan gerbong untuk commuter line. “Perjalanan antar kota itu kan lama. Kasihan kalau untuk du­duk mereka berdesakan. Kalau di­buat nyaman, penumpang tentunya bisa istirahat,” terang Bambang.

Kursi untuk penumpang dibuat em­puk dengan bentuk yang pas de­ngan tubuh manusia. Kursi-kur­si itu disusun rapi agar pe­num­pang tak duduk berdesak-desa­kan. Satu baris terdiri dari dua kursi.

Lantaran gerbong penumpang ini untuk perjalanan jauh, maka di­lengkapi dengan toilet. Di da­lam toi­let tersedia closet duduk, dan sem­protan untuk membilas. Juga was­tafel untuk mem­ber­si­h­kan ta­ngan atau sekad­ar me­m­basuh muka.

Saat ini PT Inka mendapat or­der pembuatan 280 kereta. “PT Inka menyanggupi (membuat kereta) itu dan akan menye­le­sai­kan pesanan tersebut secara ber­tahap. Tahun ini sudah 50 kereta. Sudah disebar ke seluruh Ind­o­nesia,” kata Bambang.

Walaupun menyanggupi, rupa­n­ya PT Inka keteteran untuk me­nyelesaikan pemesan sesuai teng­gat waktu. Ini lantaran ke­ku­rangan bahan baku dan sumber daya manusia.

“Berangsur-angsur kita akan selesaikan (pembuatan kereta­nya) karena banyak kereta yang ha­rus diganti karena bahaya,” ujar Bambang. Kereta baru ini bakal menggantikan kereta lama yang sudah berusia puluhan tahun tapi masih dioperasikan.

Selain kereta penumpang, saat ini PT Inka sedang mengerjakan kereta barang, kereta rel diesel (KRD) dan lokomotif.  “Hampir 94 persen dibuat di sini dan me­makai bahan lokal. Cuma ban dan mesin yang sampai saat ini masih impor dari luar,” ujar pria berk­a­ca­mata itu.

Monorel Digarap Keroyokan 4 BUMN

PT Inka siap mengerjakan mono­rel dan mass rapid transit (MRT) di Jakarta. Kedua angkutan itu diyakini bisa mengurangi ke­ma­cetan di ibu kota.

“Solusi angkutan perkotaan sangat mendesak. Monorel dan MRT segera direalisasikan. Ka­rena busway tidak dapat me­nye­lesaikan tranformasi ke­ma­ce­tan secara cepat,” ujar Di­rektur Ke­uangan dan Adm­i­nis­trasi PT Inka, Bambang Soen­djaswono.

Bambang mengatakan monorel dan MRT menggunakan tek­no­logi yang sama. Hanya saja, k­a­pa­sitas dan kecepatan kedua ke­reta berbeda. “Gerbong MRT le­bih banyak,” imbuhnya.

Untuk pembuatan kereta mo­norel, PT Inka bekerja sama dengan BUMN lain seperti PT Adhi Karya, PT Telkom dan PT Len Industri.

“Kami sudah punya konsep ten­tang kereta api untuk proyek monorel tersebut. Pastinya kereta tersebut tetap mengambil model dasar dari kereta api,” terangnya.

Hingga saat ini, lanjut Bam­bang, pihaknya masih melakukan kajian terhadap proyek monorel ini. Hanya seperti apa kajian ter­sebut, Bambang enggan membe­berkannya saat ini.

Rencananya, PT Inka bakal di­tunjuk sebagai penyedia armada monorel. Monorel dapat me­ngang­kut sebanyak 308.102 orang per arah per hari. Se­men­tara itu, PT Len bertindak se­bagai penyedia perangkat sinyal. Se­dangkan Telkom penyedia te­lekomunikasi. Adhi Karya konstruktor.

“Sarananya saja bisa namun infrastruktur kita nggak mampu sendirian. Biayanya besar. Oleh karena itu memang harus bekerja sama dengan Jepang,” kata Bambang.

Direktur Utama Len Industri Abraham Mose pernah berujar, siap membangun persinyalan monorel. Len Industri memiliki anak perusahaan khusus trans­portasi, yakni PT Len Railway Systems, yang juga fokus pada pembangunan mass rapid transit (MRT), light rail transit (LRT), serta monorel.

“Karena memang sesuai de­ngan kompetensi kita, jadi kita diajak dan berkomunikasi untuk coba lakukan evaluasi desain dan pengembangan sistem per­si­nya­lan monorel,” tutur Abraham.

Ia mengatakan dalam proyek mo­norel Jakarta pihaknya men­ge­r­jakan 15-20 persen sistem si­nyal. Sedangkan populsi (PT Inka) 25 persen, sipil dan tel­e­komunikasi 60 persen. Kendati demikian, ia menginginkan keter­libatan BUMD agar investasi proyek dapat ditekan.

Untuk keperluan monorel, Adhi Karya telah menyusun em­pat prioritas. Jalur pertama Pal­merah-Tanah Abang sepanjang 14,6 kilometer yang ber­sing­gungan dengan busway koridor I (Blok M-Kota) dan koridor VI (Blok M-Kuningan).

Lokomotif Kereta Made In Madiun Bisa Terobos Banjir

Tak lama lagi PT Inka melun­cur­kan produk terbarunya: Lo­ko­motif Diesel Hidrolik. Peru­sa­haan pelat merah itu meng­klaim lokomotif produksinya me­miliki beberapa keunggulan di­banding buatan luar negeri.

“Tinggal menunggu penge­ce­kan akhir dari Tim Pemeriksa Kementerian Perhubungan De­sember ini diharapkan sudah mendapat sertifikasi dan siap beroperasi,” kata Direktur Ad­ministrasi dan Keuangan PT INKA Bambang Soenjaswono.

Menurut Bambang, loko­mo­tif ini sudah melakukan se­rang­kaian ujicoba. Mulai dari uji statis hingga uji dinamis. Ot­o­motif ini bahkan sudah me­la­ku­kan perjalanan Surabaya-Ma­lang dan berhasil menarik 10 ran­gkaian kereta.

Lokomotif seharga Rp 35 mi­liar ini mulai dikembangkan ta­hun 2010. Diawali dengan studi diskusi dengan vendor mesin di Eropa. Desain dan integrasi sis­tem lokomotif asli kreasi PT Inka.

Mesin Caterpillar buatan men­jadi sumber tenaga loko­motif yang memiliki panjang 19 meter, lebar 2,8 meter, dan bo­bot 87 ton itu. Untuk sistem pe­ngereman menggunakan pr­o­duk Webtec. Sedangkan kontrol utama memakai produk Woojin dari Korea Selatan. Tujuh puluh persen komponen lainnya me­ru­pakan buatan dalam negeri.

“Keunggulan lokomotif ini adalah tahan banjir dan tak perlu menyertakan kereta pemasok lis­trik karena sudah bisa me­nyuplai (listrik) sendiri,” kata Bambang.

Menurut dia, lokomotif ini me­miliki sejumlah keunggulan dibandingkan lokomotif buatan Cina yang banyak dipakai PT Ke­reta Api Indonesia (KAI).  Lokomotif buatan Cina hanya memiliki kabin dengan mesin di depan. Sementara buatan PT Inka memiliki dua kabin di de­pan dan di belakang. Sehingga lokomotif tak perlu berbalik arah dulu untuk menarik gerbong.

Bambang juga menyebutkan perawatan lokomotif yang mampu melaju sampai 120 ki­lo­m­eter per jam itu sangat mudah.

Untuk tahap awal, Kemen­terian Perhubungan memesan lima unit. Tiga unit prototipe su­dah siap pakai. Dua unit lagi ma­sih pengerjaan.

Bambang bertekad dalam setahun pihaknya bisa mem­pro­duksi hingga 15 unit lokomotif ini. “Sejumlah negara lain bah­kan sudah tertarik dengan pro­duk ini,” kata Bambang.

Menurut dia, kebutuhan ke­reta di wilayah Sumatera dan Jawa masih sangat tinggi, ter­uta­­ma di kota-kota besar. Maka­nya kebutuhan terhadap lok­o­motif juga sangat tinggi.

“Bisa dikatakan, kereta api merupakan moda paling cocok untuk sistem transportasi di per­kotaan dan efektif mengurangi kemacetan,” katanya.

Direktur Produksi dan Tek­no­logi Yunendar Aryo Handoko me­nambahkan, lokomotif ini juga bisa dipakai untuk menarik gerbong barang.

Ia optimistis produknya bisa me­nembus pasar luar negeri. “Ke depan, PT Inka bisa men­jadi pemasok untuk pasar Asia,” katanya. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA