Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

“Ya Ampun Sudah Dorong Jauh-jauh, Premium Habis”

Pertamina Ngirit Salurkan BBM Bersubsidi

Jumat, 30 November 2012, 09:04 WIB
Pertamina Ngirit Salurkan BBM Bersubsidi
ilustrasi

rmol news logo Stok premium diperkirakan hanya sampai 22 Desember 2012. Untuk itu, Pertamina dan BPH Migas mulai mengirit-irit menyalurkan BBM bersubsidi itu. Akibatnya banyak SPBU yang kehabisan premium.

SPBU 3413909 yang terletak di Jalan KRT Radjiman Widyo­di­ning­rat, Jakarta Timur sudah ti­dak menjual premium dan solar se­jak pukul 9 pagi. Karton putih bertuliskan “Premium dan Solar habis” se­n­gaja di letakkan di mu­lut masuk SPBU.

Saat dikunjungi Rakyat Mer­deka Rabu siang (28/11), suasana SPBU tampak sepi. Hanya be­berapa kendaraan roda empat dan roda dua saja yang terlihat me­ngisi bahan bakar.

Hanya dua dari tiga mesin pe­ngi­­si bahan bakar yang ber­fung­si. Satu mesin untuk pengisian ken­da­raan roda dua kosong tan­pa ada pe­t­u­gasnya. Rantai dan pembatas j­alan dipasang me­nu­tup mesin tersebut.

Terlihat petugas SPBU hanya duduk-duduk tidak jauh dari kan­tor dan toilet umum. Mereka baru bekerja, bila ada kendaraan yang datang untuk mengisi ba­han bakar.

Beberapa pengendara roda dua tampak kecewa ketika masuk ke SPBU karena bensin habis. Me­reka pun putar balik ke­n­da­ra­an­nya. Tapi tidak sedikit juga yang terpaksa membeli BBM non sub­sidi jenis Pertamax.

Hendro menuntun sepeda mo­tor Honda Supra Fit miliknya dari arah Jalan Raya Bekasi, Cakung, Jakarta Timur. Langkahnya ber­henti setelah berada persis di de­pan SPBU ini.

Diambilnya posisi ancang-an­cang untuk mendorong kend­a­ra­an­nya masuk ke SPBU yang le­taknya agak meninggi dari jalan. Sampai di pelataran dia kecewa.

“Ya ampun premium habis. Sudah dorong jauh-jauh sampai SPBU malah nggak ada bensin,” keluh Hendro begitu membaca pe­ngumuman di depan SPBU.

“Padahal sudah tidak ada lagi SPBU di sepanjang jalan sini. Nanti baru ada di depan sana yang jaraknya masih sekitar 10 kilometer dari sini,” katanya.

Seorang petugas keamanan SPBU berjalan menghampiri Hendro yang terlihat kebi­ngu­ngan. Dengan ramah, petugas itu menjelaskan kalau persediaan premium sudah habis sejak pagi.

“Yang ada tinggal Pertamax dan Pertamax Plus. Harganya se­suai yang ada di tiang sana,” jelas petugas tersebut sambil me­nun­juk tiang iklan SPBU. Pertamax dan Pertamax Plus tidak termasuk BBM bersubsidi. Harganya dua kali lipat dari harga premium.

Usai melihat pengumuman, Hen­dro pun menuntun ken­da­ra­an­nya ke mesin pengisian khusus Per­tamax dan Pertamax plus. Sam­bil menyebutkan jumlah pengisian pada petugas, Hendro bergegas membuka jok belakang motornya.

Setelah jok terbuka, gagang sel­ang berwarna biru langsung diarahkan ke lubang tangki mo­tor. Warna biru menunjukkan Per­tamax. Warna merah Per­tamax Plus. Sedangkan premium ku­ning. Hanya hitungan detik, proses pe­ngisian bahan bakar pun selesai.

“Kalau setiap hari begini, bisa bang­krut deh. Isi Rp 20 ribu ha­nya dapat dua literan. Coba kalau premium, sudah luber pasti,” kata pria yang tinggal di Bekasi, Jawa Barat ini.

Berbeda dengan Hendro, Heru warga Cakung, Jakarta Timur me­milih batal mengisi bahan ba­kar setelah tahu SPBU ini ke­habisan premium. Ia langsung me­mutar motor Honda Blade yang ditungganginya keluar SPBU.

“Saya isi di SPBU lain saja. ben­sin saya masih cukup. Nggak ba­gus, kalau bentar-bentar ben­sin­nya di­campur. Mahal juga kalau harus isi bukan premium,” tambahnya.

Pemandangan sama terjadi di SPBU 3412806, Jalan Sahardjo, Jakarta Selatan. Sejak pagi, SPBU ini sudah tak menjual pre­mium dan solar lagi. Pen­gu­mu­man premium habis dipasang di pintu masuk SPBU.

Sehari sebelumnya, beberapa SPBU di wilayah Jakarta Timur su­dah kehabisan premium dan solar. Walaupun begitu, SPBU te­tap buka untuk melayani pem­belian Per­ta­max dan Pertamax plus.

SPBU yang kehabisan bahan ba­kar tersebut yakni di Jalan DI Panjaitan, Jalan Otista dan Pi­nang Ranti, Jakarta Timur. Pe­ngawas SPBU Pinang Ranti Arif Triyono mengaku kali ini ke­ha­bisan premium.

Lantaran belum dapat pengi­ri­man lagi dari Pertamina, per­se­dia­an premium di dua dom­bak (tang­­ki timbun) di SPBU pun ludes. “Kami punya dua dombak, ma­sing-masing isinya 31 ton dan 24 ton. Yang 24 ton sudah habis jam 12 malam. Lalu kami alihkan ke dom­bak satunya lagi, dan tadi subuh sudah benar-benar habis,” terangnya.

Arif mengaku pihaknya rugi ka­rena premium habis. Penjualan BBM berkurang, pendapatan juga berkurang. Sementara biaya operasional SPBU tetap.

“Pegawai tetap bekerja, tidak libur meskipun premium habis. Memang dari segi pekerjaan agak berkurang. Tapi pembayaran kan tetap sama,” katanya.

‘Kencing’ Di Darat, Ngocor Di Laut

Perbedaan harga yang lebar antara BBM subsidi dengan non-subsidi memicu maraknya pe­nye­lundupan. Walaupun jumlah yang diselundupkan belum di­ketahui, namun dianggap turut membuat kuota BBM subsidi cepat habis.

Ada banyak modus penyelun­dupan BBM subsidi. Yang paling sering ditemukan adalah “ken­cing” di jalan. Truk tangki me­nu­runkan sebagian BBM subsidi sebelum diantar ke SPBU. BBM sub­sidi itu lalu dijual ke industri atau dijual eceran. Industri dila­rang menggunakan BBM subsidi. Penggunaan BBM subsidi di­anggap bisa menekan biaya ope­rasional industri.

Modus “kencing”  juga disi­nya­lir terjadi di laut. Seperti ter­jadi di Terminal Lawe-lawe, Ka­li­mantan Timur. Minyak di te­r­mi­nal penampungan terapung itu di­turunkan. Diperkirkan sekitar 12.600 ton minyak diturunkan lalu dibawa ke luar negeri.

Yang terbaru kasus penang­ka­pan kapal MT Martha Global oleh aparat Bea Cukai Riau, Sep­tember lalu. Sedianya,  kapal trans­porter minyak Pertamina itu membawa 35 ribu kiloliter (KL) minyak dari Dumai ke kilang di Ci­lacap, Jawa Tengah. Tapi ma­lah ber­belok ke perairan Ma­lay­sia. Ka­pal ini diduga hendak me­nye­lun­dupkan minyak ke luar negeri.

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) curiga maraknya penye­lun­dupan minyak yang membuat kuota BBM subsidi 40 juta KL --yang ditetapkan di APBN-- cepat habis. Bahkan di beberapa daerah kuota setahun tandas dalam hitu­ngan bulan saja.

Untuk itu, BPK akan me­ng­audit produksi minyak maupun pendistribusiannya. “Kami akan audit dari hulu sampai hilir akibat banyak kasus penyelundupan mi­nyak,” kata anggota BPK Ali Masy­kur Musa.

Program Sehari Tanpa BBM Subsidi Ditunda

Bisa Picu Kerusuhan

Untuk menghemat BBM ber­subsidi, BPH Migas men­ca­nang­kan program sehari tanpa pre­mium. Waktu uji cobanya sudah ditetapkan: Minggu, 2 Desember 2012.  Hari Minggu dipilih ka­rena hari libur. Hampir semua kantor tutup. Kalaupun ada ak­tivitas kerja, hanya sedikit.

Belakangan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik meminta agar program itu di­tunda. Alasannnya bisa memi­cu masalah sosial. Setelah di­hi­tung-hitung, peng­he­ma­tan­nya juga tak seberapa.  “Re­pot­nya luar biasa, hasilnya sedikit,” katanya.

Tahun ini kuota BBM ber­subsidi ditetapkan 40 juta ki­lo­liter (KL). Pada September lalu, DPR menyetujui penambahan 4,04 juta KL. Kuota ini hampir habis. Stok premium diper­ki­ra­kan hanya cukup sampai 22 De­sember. Pemerintah dan DPR be­lum membicarakan soal pe­nam­bahan kuota lagi.

Lalu bagaimana cara meng­he­mat BBM bersubsidi? Jero Wacik mengatakan pihaknya akan mengimbau kepada masya­rakat yang mampu agar tidak menggunakan BBM bersubsidi.

Cuma imbauan? “Ini me­mang imbauan. Tidak ada atu­ran dan sanksi. Tetapi kalau di­lakukan oleh semua, pasti akan ada hasilnya,” ujar menteri asal Partai Demokrat itu.

Direktur Pemasaran dan Nia­ga Pertamina Hanung Budya mengatakan kuota BBM ber­sub­sidi hampir habis. Kuota so­lar subsidi untuk Jakarta habis 30 November. Premium 19 Desember.

Setiap bulan Pertamina mem­beri jatah setiap provinsi untuk BBM bersubsidi maupun BBM nonsubsidi. Di akhir tahun ini permintaan terhadap BBM sub­sidi terus melonjak.

Pertamina memperkirakan hingga akhir tahun konsumsi BBM bersubsidi mencapai 45,24 juta KL. Melampaui kuota yang disepakati DPR dan pemerintah: 44,04 juta KL.

Rencananya, Pertamina akan meminta pemerintah me­nam­bah kuota BBM bersubsidi se­kitar 1,2 juta KL agar cukup sampai akhir tahun. Dana yang perlu dikeluarkan Rp 5 triliun.

Boro-boro menyetujui per­min­taan ini. Menteri Keuangan Agus Martowardojo malah me­nyuruh Pertamina dan BPH Mi­gas jangan melebihi kuota 44 juta KL. “Kita menghendaki agar kuotanya tetap terkendali,” katanya.

Order 24 Ton,Cuma Dikirim 16 Ton

Effendi, pengawas SPBU 3413909 di Jalan KRT Radji­man Widiodiningrat, Jakarta Ti­mur, mengatakan, pihaknya tak menjual premium karena stok­nya habis. Sementara belum ada kiriman lagi dari Pertamina.

Setiap hari, SPBU-nya me­ngorder 24 ton premium ke Per­tamina. “Kami sudah pesan se­jak pagi hari. Tapi pihak Pe­r­ta­mina mengaku juga banyak SPBU yang kosong. Makanya pengiriman jadi terlambat ka­rena mobil tangki harus mengisi ke SPBU yang lain,” kata Effendi.

Arif Triyono, pengawas SPBU Pinang Ranti, Jakarta Timur juga mengatakan sama. Pe­ngiriman dari Pertamina ter­sendat. Akibatnya, SPBU ini kehabisan premium.

“Sehari biasanya diisi 16 ton. Itu sebenarnya cukup untuk satu hari. Tapi sekarang benar-benar habis. Belum ada ada pe­ngi­riman dari Plumpang,” katanya.

Biasanya, pengiriman pre­mium dari Depo Pertamina Plum­pang, Jakarta Utara di­lakukan malam hari, pukul dua. Namun hingga jam 9 pagi, truk tangki yang mengangkut BBM belum datang.

Menurut Arif, SPBU-nya ha­nya dijatah mengorder 16 ton pre­mium per hari. Berapa pun yang dipesan, Pertamina hanya menyalurkan 16 ton. “Kalau kita nebus 24 ton, yang delapan ton disimpan. Baru dikirim besok harinya,” jelas dia.

Ahmad Fauzi, Pengawas SPBU di Jalan Raya Otista membenarkan adanya pem­ba­ta­san pengiriman premium. Ini su­dah terjadi sejak dua hari lalu.

Kenapa Pertamina mem­ba­tasi pengiriman BBM ke SPBU? Wakil Presiden Korporat Ko­mu­nikasi Pertamina menga­ta­kan penyaluran BBM ke ma­syarakat sudah melebihi kuota. Per 20 November, kelebihan kuota premium sudah 1,1 per­sen. Solar 4 persen. “Jakarta saja sudah over 2,3 persen un­tuk premium dan 3,2 persen un­tuk solar,” katanya.

Karena itu, Pertamina perlu menyusun lagi kuota per daerah sesuai dengan BBM bersubsisi yang tersisa. Apalagi, DPR be­lum memberi persetujuan pe­nam­bahan kuota BBM ber­subsidi. September lalu, DPR ha­nya menyetujui penambahan kuota 4,04 juta kiloliter (KL). “Jadi Pertamina salurkan saja sesuai kuota ditetapkan,” te­gasnya. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA