Benarkah banyak ruang kerja anggota DPR yang rusak seÂhingga perlu direnovasi? Berikut penelusuran Rakyat Merdeka.
Ruang-ruang kerja anggota DPR terletak di gedung NusanÂtara I. Gedung ini memiliki 23 lantai. Dua lantai dipakai untuk ruang rapat komisi dan alat keÂlengkapan dewan lainnya.
Di lantai 1 dan 2 terdapat ruang rapat Komisi VI, Komisi VII, KoÂmisi IX dan Komisi XI. Alat keÂlengkapan dewan yang juga meÂmiÂliki ruang rapat di gedung ini yakni Badan Legislasi. Sebelum pindah ke gedung Nusantara II, Badan Anggaran (Banggar) memiliki ruang rapat di gedung Nusantara I.
Lantai tiga ke atas dipakai unÂtuk ruang kerja anggota DPR dari semua fraksi. Rakyat Merdeka menelusuri dari lantai tiga. Lantai ini ditempati Fraksi Partai KeÂadilan Sejahtera (PKS). Fraksi yang beranggotakan 57 orang ini juga menempati lantai empat dan lima gedung Nusantara I.
Ruang-ruang kerja yang diÂtempati anggota Fraksi PKS maÂsih standar. Tidak ada yang diÂrombak. Ini bisa dilihat wallpaper yang melapisi dinding-dinding ruang kerja anggota fraksi itu. Wallpapernya yang bercorak kembang dengan dominasi warna putih, belum diganti.
Begitu pula dengan pintu ruang-ruang kerja di sini. Masih menggunakan pintu aluminium yang dilengkapi dengan kaca. Kusen pintu juga dari aluminium.
Perubahan bentuk ruangan haÂnya terlihat di lantai tiga yang diÂtemÂpati pimpinan Fraksi PKS. BuÂkan saja bentuk ruangannya, tapi interiornya sudah banyak berubah.
Umumnya, ruang kerja anggoÂta DPR berada di samping kiri dan kanan empat koridor. Namun di lantai tiga hanya ada tiga koÂridor. Ruang kerja anggota Fraksi PKS berada di sisi kanan dan kiri koridor.
Biasanya ruangan kerja angÂgota DPR disekat menjadi dua. Bagian depan untuk staf. Bagian dalam untuk ruang pribadi angÂgota Dewan. Kedua ruangan diÂpisahkan oleh dinding yang lurus. Nah, ruang anggota Fraksi PKS disekat dengan bentuk huruf L.
Bagian depan tetap untuk staf dan tenaga ahli. Sementara baÂgian belakang untuk anggota DPR. Di ruang staf dan tenaga ahli terdapat dua sampai tiga meja kerja, lemari, perangkat kompuÂter dan printer. Furnitur di ruang anggota DPR terdiri dari meja kerÂja, meja dan sofa untuk meneÂrima tamu, dan lemari.
Rakyat Merdeka lalu beranjak ke lantai lebih atas yang ditempati Fraksi PDIP, Demokrat, Golkar, PPP, Hanura, Gerindra, PKB dan PAN. Hampir semua lantai yang dijadikan sekretariat fraksi itu sudah dirombak.
Perubahan disesuaikan dengan ciri khas partainya masing-maÂsing. Misalnya lantai 20 yang dijadikan sekretariat Fraksi PAN. Dindingnya dilapisi wallpaper dan cat biru dan putih, sama seÂperti warna logo partai yang diÂpimpin Hatta Rajasa itu.
Demikian pula dengan lantai yang dijadikan sekretariat Fraksi PDIP, Golkar, Demokrat, dan PPP. Ruangannya didesain deÂngan simÂbol dan warna khas parÂtai masing-masing. Bahkan, FrakÂsi Hanura yang sekreÂtarÂiatÂnya bercampur deÂngan sebagian anggota DPR dari Fraksi PPP di lantai 16 juga ingin memiliki ciri khas.
Dinding di lantai ini dihiasi dengan berbagai ornamen partai. Dindingnya merupakan perpaÂduan tembok dengan papan berÂwarna cokelat oak. Sepanjang penelusuran Rakyat Merdeka di gedung Nusantara I, beÂlum terliÂhat ada renovasi terÂhaÂdap ruang-ruang kerja anggota DPR.
Hampir semua ruang kerja angÂgota DPR dalam kondisi terkunci. Saat ini, DPR sedang reses siÂdang. Biasanya masa reses ini diÂgunakan anggota DPR untuk berÂkunjung ke daerah pemilihannya.
Beberapa anggota Pamdal yang ditemui tak tahu akan ada reÂnovasi terhadap ruang-ruang kerja anggota DPR. “Saya belum dengar ada rencana renovasi ruaÂngan. Kebetulan semua anggota seÂdang tidak ada di tempat jadi ruangannya di kunci,†kata anggota Pamdal yang ditemui di lantai tiga.
Kepala Biro Pemeliharaan BaÂnguÂnan dan Instalasi Sekretaris Jenderal DPR Erry S Achyar juga tak mau merinci ruang-ruang kerja anggota DPR yang akan direnovasi.
Ia hanya mengatakan ada 192 ruang kerja yang direnovasi. “Satu ruangan diberikan maksiÂmal Rp 50 juta. Terserah mereka mau perbaiki mana saja,†ujarnya.
Menurut Erry, banyak wakil rakyat yang mengeluhkan kondisi ruang kerjanya. Menyikapinya, Setjen DPR pun mengajukan anggaran perbaikan.
“Ada pergantian interior. WallÂpaper yang diganti karena ada kebocoran air atau dindingnya yang sudah rusak karena terkena matahari lalu pergantian partisi,†ujarnya. Juga ada pelapis lantai ruang kerja yang bakal diganti dengan parket.
Erry mengungkapkan gedung Nusantara I dipakai sejak 1997. SeÂlama 14 tahun belum pernah direnovasi. “Jadi wajar jika kami sudah perlu melakukan renoÂvasi,†katanya.
Ternyata, banyak anggota DPR yang tak tahu proyek renovasi ruang kerja ini. “Emang ada renÂcana renovasi?†kata Indra, angÂgota Fraksi PKS, heran.
Menurut dia, renovasi ruang kerja anggota DPR bukanlah hal yang mendesak. Ruang kerja yang ada masih layak untuk diÂtempati. “Buat saya ruangan yang ada sudah lebih dari cuÂkup,†kataÂnya.
Namun tak sedikit anggota DPR yang menganggap ruang kerjanya tidak layak. Tapi mereka tak menuntut Setjen untuk diperbaiki.
Anggota Fraksi Gerindra DesÂmond J Mahesa, misalnya. Saat duduk di DPR, dia menganggap ruang kerja yang disediakan untuknya tak layak. Desmond pun merenovasinya dengan duit sendiri.
“Kondisi ruangan kerja cukup mempengaruhi efektifitas kerja seorang anggota dewan. Karena merasa kurang bagus, saya di awal masa jabatan sudah melaÂkukan perombakan total. Itu tidak dibiayai Setjen DPR, tapi dari kantong pribadi,†katanya.
Habis berapa? Anggota Komisi III ini mengaku mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk meÂrombak ruangan kerjanya. KaÂtanya mencapai ratusan juta. Itu sudÂah termasuk membeli berÂbaÂgai peralatan di ruang kerjanya.
“Sekarang ruangan saya sudah bagus, tidak perlu direnovasi. KaÂlau pun dapat jatah untuk diÂreÂnoÂvasi, saya akan menolaknya. TeÂlat kalau sekarang baru mau meÂngerjakannnya,†tegasnya.
Anggota Fraksi Partai Golkar Bambang Soesatyo juga melakuÂkan hal sama saat awal duduk di parlemen. Dia merogoh kocekÂnya untuk merombak total ruaÂngan kerjanya di lantai 12 gedung Nusantara.
Rakyat Merdeka diberikan keÂsempatan melihat ruang kerjanya. Dari tampilan depan saja, ruaÂngan kerja politisi yang akrab diÂsapa Bamsoet ini sudah berbeda. Pintu bukan berasal dari kaca biasa. Ukurannya lebih tebal.
Kusen tempat menempelnya pintu juga sudah diganti. Bukan dari aluminium, tetapi dari batu alam yang dicat warna hitam. KaÂrena pintunya yang khas, ruangan Bamsoet mudah dikenali.
Bagaimana kondisi dalamnya? Sama seperti ruangan kerja angÂgota DPR lainnya, bagian dalÂamÂnya terdiri dari dua ruangan. BaÂgian depan untuk ruangan staf dan tenaga ahli. Bagian dalam unÂtuk ruangan kerja Bamsoet sekaÂligus tempat menerima tamu.
Kedua ruangan itu tidak diseÂkat dengan papan gipsum. Tapi dengan kaca tebal yang didesain layaknya akuarium. Dinding pemÂbatas itu terdiri dari dua kaca bening yang dijadikan satu, tapi tidak tembus pandang.
Dalam dinding kaca itu diletakÂkan berbagai benda-benda berÂnuansa pantai dan laut. Ada pasir putih, kerang hingga tanaman laut yang bila sekilas diperÂhatÂiÂkan mirip suasana di dasar laut.
Bukan hanya dinding pembatas yang berbeda. Wallpaper yang ada di dinding ruangan ini juga suÂdah diganti dengan jenis dan warna yang berbeda.
Warna dan coraknya sama seperti furnitur yang ada di ruaÂngan ini, yakni kecoklatan. Warna itu yang dipakai untuk melapisi meja kerja dan lemari yang terÂbuat dari kayu Olimpic tebal.
“Semua barang-barang yang diÂberikan Setjen DPR kami kemÂbalikan. Yang kami pakai hanya komputer dan printer saja. Selain dari itu, saya bawa sendiri dari luar,†jelas Bamsoet.
Mereka pun menganggap reÂnovasi ruang kerja yang diÂlaÂkuÂkan di penghujung 2012 ini muÂÂbazir. Pasalnya, masa jabatan angÂgota DPR periode 2009-2014 tinggal setahun lagi.
“Kami Tak Pernah Minta Renovasi Ruang Kerjaâ€
Khawatir mendapat hujatan dari masyarakat, Ketua DPR MarÂzuki Alie dan beberapa frakÂsi menyatakan sikap meÂnoÂlak proyek renovasi ruangan kerja anggota dewan.
Menurut Marzuki, ruang kerÂja para anggota DPR pada daÂsarnya masih layak diguÂnakan. Paling tidak sampai masa jaÂbatan anggota DPR periode 2009-2014 berakhir.
Apalagi, kata dia, di akhir masa jabatan, anggota DPR leÂbih banyak menghabiskan wakÂtu di daerah. Jarang ada di ruang kerjanya.
“Saya minta untuk perbaikan ruang anggota sebaiknya ditunÂda saja. Karena anggota tinggal setahun,†ujar Marzuki yang juga Ketua Badan Urusan RuÂmah Tangga (BURT) DPR.
Mengamini sikap Ketua DPR, beberapa fraksi seperti PKS, PAN dan Gerindra juga meÂnyatakan menolak proyek renovasi ruang kerja anggota Dewan. Proyek ini dianggap bisa memperburuk citra DPR di mata rakyat.
“Batalkan saja! Dalam rapat paripurna secara resmi kami minta BURT untuk meneliti dan mengkritisi proyek-proyek di Setjen DPR yang tidak jalan, seÂperti kasus pembangunan parÂkir motor. Juga proyek yang terÂkesan menghabiskan angÂgaran di akhir tahun,†kata SeÂkÂreÂtaris Fraksi PAN Teguh Juwarno.
Anggota Fraksi Partai GeÂrinÂdra Martin Hutabarat mengaku terkejut dengan proyek renovasi yang disebutkan atas perÂminÂtaan anggota Dewan. Kata MarÂtin, selama ini anggota fraksinya tak pernah mengeluh dan meÂminta agar ruangan kerjanya direnovasi.
“Bagi kami, renovasi itu tidak terlalu urgen. Sekjen DPR harus membatalkan proyek tersebut. Jangan sampai anggota tidak tahu proyek itu malah nanti menÂdapatkan hujatan lagi dari masyarakat,†ujarnya.
Menanggapi kritik ketua DPR dan fraksi, Sekjen DPR Nining Indra Saleh berjanji meninjau akan ulang proyek ini. Ia siap mematuhi instruksi Ketua DPR.
Namun sebelum membatalÂkan proyek ini, Nining akan berÂkonsultasi lebih dulu dengan KeÂtua DPR. Sebab, menurut dia, Sekjen hanya melaksanakan kebijakan BURT yang dipimpin Marzuki Alie.
“Kita siap saja (memÂÂbatalÂkan). Kita kan pelaksana tekÂnis,†ujar Nining enteng. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.