Suara tawa anak perempuan terdengar dari dalam kontainer. Beberapa anak perempuan tamÂpak tengah bercanda. “Kami seÂdang istirahat. Masuk lagi jam tiga,†kata Fatiya.
Siswi kelas 1 paket C yang seÂtaÂra SMA ini memilih mengisi wakÂÂtu istirahat dengan membaca buku. Ia duduk di atas lantai konÂtainer yang sudah dilapisi keramik.
Di dalam kontainer berukuran 7x4 meter ini pula Fatiya dan teÂman-temannya belajar. Tak ada meja dan bangku untuk duduk siswa, seperti yang biasa ditemui di ruang kelas sekolah.
Peralatan belajar yang ada di sini hanya papan tulis putih (white board) untuk guru meÂneÂrangÂÂkan pelajaran. Papan tulis diÂsangkutkan di dinding konÂtaiÂner. Siswa-siswa duduk di lantai.
Dinding kontainer juga dipaÂsang jendela untuk ventilasi udaÂra. Dari jendela ini pula cahaya matahari masuk menerangi kelas.
Sekolah Masyarakat Terminal (Master) Depok memanfaatkan konÂtainer bekas untuk dipakai jadi ruang kelas. Sebelum dipaÂkai, kontainer ini dipermak dulu. Lantainya dilapisi keramik. DinÂdingnya dicat.
Sesuai namanya, sekolah ini meÂmang terletak di kawasan Terminal Terpadu Kota Depok, Jalan Arief Rahman Hakim noÂmor 25. Tak jauh dari pintu keluar terminal. Di lahan seluas 6 ribu meter ini terÂdapat 12 kontainer yang dipakai untuk ruang kelas, guru maupun laboratorium.
Memasuki area sekolah terdaÂpat gerbang selebar empat meter. Di gerbang ini dipasang plang berÂtuliskan, “Pusat Kegiatan BeÂlajar Masyarakat (PKBM) Bina Insan Mandiri.†Juga dicaÂnÂtumkan sekolah ini memberikan pendidikan gratis.
Kontainer-kontainer diletakkan mengelilingi lapangan futsal. Di sebelah kiri terdapat dua konÂtaiÂner yang ditumpuk menjadi ruaÂngan berlantai dua. Dinding luar kontainer dicat warna hijau. KonÂtainer ini dijadikan ruang guru. Guru-guru terlihat rapat di konÂtainer bawah.
Di sini juga terdapat empat konÂtainer yang dindingnya dicat putih. Kontainer-kontainer itu juga ditumpuk dua. Beberapa pekerja tampak mengelas dinding kontainer. Rencananya, ruang dalam kontainer bakal dipakai untuk ruang kelas.
Di depan kontainer yang teÂngah dipersiapkan untuk jadi keÂlas terdapat dua kontainer berÂwarna hijau yang juga ditumpuk. Kontainer bawah dipakai untuk ruang kelas. Sedangkan yang atas untuk laboratorium komputer. Di laboratorium ini terdapat tiga perangkat komputer.
Menengok ke belakang terlihat besi batangan yang dibentuk menÂjadi rangka bangunan berÂlantai dua. Sejumlah pekerja terÂlihat mengelas untuk meÂnyamÂbung batangan besi.
Nur Rohim, pendiri Sekolah MasÂter memanfaatkan kontainer untuk ruang kelas agar bisa cepat dipakai. Bila membangun ruang kelas dari tembok butuh waktu enam bulan sampai bisa dipakai. Sementara untuk mempermak kontainer jadi ruang kelas hanya butuh waktu kurang sebulan.
Menurut pengusaha warung Tegal (warteg) itu, kontainer-konÂtainer ini merupakan baÂntÂuan dari PT Aneka Tambang (Antam). SeÂmentara bangunan berlantai dua belakang yang maÂsih berÂbenÂtuk kerangka besi di belakang meÂrupakan bantuan Bank Mandiri.
Walaupun belajar di kelas dari kontainer bekas, siswa sekolah ini memiliki cita-cita yang tinggi. Fatiya misalnya. Anak sopir angÂkot ini berharap lulus dengan nilai tinggi sehingga bisa diterima di perguruan tinggi negeri. “Moga-moÂga bisa masuk UI dengan graÂtis pula, agar tidak menyulitkan orangtua,†kata siswi berusia 15 tahun ini.
Sekolah Master tak menarik biaÂya bagi siswa-siswi yang meÂnimÂba ilmu di sini. Ini sangat memÂÂbantu warga tak mampu untuk bisa memperoleh pendidikan.
Nur Rohim mengatakan siswa yang belajar di lembaga penÂdiÂdiÂkan ini mulai dari tingkatan TK sampai SMA. “Mereka yang seÂkoÂlah di sini tidak dipungut biaya sepeserpun. Malahan kami memÂberikan buku-buku sekolah buat mereka,†katanya.
Ini diakui Fatiya. “Buku pelaÂjaran gratis. Begitu juga ujian tiÂdak ditarik bayaran sepeserpun,†kata siswi yang tinggal di Beji, Depok ini.
Fatiya dan teman-temannya yang duduk di kelas 1 Paket C belajar dari pukul 1 siang sampai 5 sore. “Istirahat sekali saat ShaÂlat Ashar,†katanya.
Setiap hari siswa hanya belajar dua mata pelajaran. Pelajarannya sama seperti siswa SMA. Namun siswa di sini diberi pelajaran tamÂbaÂhan kewirausahaan seperti komÂputer, perbengkelan dan perÂtanian. “Jadi, kami bisa bekerja setelah jam sekolah selesai,†kata Fatiya yang mengenakan jilbab ini.
Biayai Operasional Sekolah Dari Untung Usaha Warteg
Tenaga pengajar di Sekolah Master berjumlah 130 orang. Sembilan puluh orang guru tetap. Sisanya guru magang.
Nur Rohim, pendiri sekolah ini mengatakan, guru tetap hanya mendapat honor Rp 20 ribu setiap kali datang untuk mengajar. Honor ini sebagai pengganti uang transpor semata.
“Para guru tidak ada yang komÂplain dengan honor. Karena meÂreÂka datang ke sini tujuannya unÂtuk mengabdi dan bukan mencari penghasilan,†kata Nur Rohim.
Lantaran sekolah ini tidak meÂmungut bayaran dari siswanya, semua biaya operasional ditangÂgung Nur Rohim. Ia menyebut dana operasional sekolah ini menÂcapai Rp 170 juta sebulan.
Dari mana dananya? Nur RoÂhim mengaku memiliki sejumlah usaha. Mulai dari warung Tegal (warteg), bengkel las, percetakan, tempat cuci kendaraan hingga peÂternakan. Keuntungan dari usaha dipakainya untuk membiayai sekolah ini.
Bila usahanya sedang sepi, tak jarang Nur Rohim mengutang unÂtuk membiayai sekolah ini. “PaÂling lama tiga bulan setelah itu utang kami bayar. Tidak sampai menunggak berbulan-bulan,†katanya.
Sejumlah pihak juga memÂbanÂtu sekolah ini. Biasanya bantuan dalam bentuk alat tulis dan buku-buku. Enam kontainer yang diÂpakai jadi ruang kelas merupakan bantuan PT Antam.
Nur Rohim tak terlalu berharap bisa menerima bantuan dana opeÂrasional sekolah (BOS) dari peÂmerintah.
“Itu bukan masalah beÂsar. Yang penting pemerintah tidak mengÂhalangi pendirian sekolah ini saja saya sudah sangat bersyukur,†katanya.
Dimulai Dari Emperan Masjid
Nur Rohim mendirikan SekoÂlah Masyarakat Terminal (MasÂter) lantaran prihatin melihat banyak anak jalanan yang tidak mendapat pendidikan.
Pada tahun 2000, pria asal Tegal, Jawa Tengah ini mulai meÂnyediakan pendidikan untuk anak jalanan. Awalnya di emÂperan masjid Al-Muttaqien yang berada di Terminal Depok.
Pengusaha warung Tegal (warteg) ini pun mengumÂpulÂkan 700 anak jalanan maupun anak dari kalangan tidak mamÂpu. Saat itu, anak-anak diajak ikut program pesantren kilat.
Dana untuk mengadakan proÂgram pesantren kilat itu berasal dari keuntungan empat warteg milik Nur Rohim.
Dari sini, Nur Rohim mulai mengembangkan lembaga pendidikan gratis untuk anak-anak jalanan dan kalangan tak mampu di wilayah Depok.
Setelah menempati emperan masjid selama lima tahun, Nur RoÂhim mulai membangun ruang kelas semi permanen di lahan yang tak jauh dari pintu keluar Terminal Depok.
Kabar mengenai sekolah graÂtis ini pun mulai menyebar di Depok. Banyak orang tak mamÂpu yang berminat untuk meÂnyeÂkoÂlahkan anaknya di sini.
Nur Rohim merasa perlu meÂnambah kelas untuk belajar sisÂwa. Lantaran dananya terbatas, sulit membangun gedung sekoÂlah dari tembok. Muncullah ide mengubah kontainer untuk diÂjadikan kelas. Tentu saja konÂtainer itu diubah dalamnya agar bisa dipakai.
Saat ini ada 2.500 siswa yang belajar di Sekolah Master. MuÂlai dari tingkatan TK, Paket A seÂtara SD, Paket B setara SMP dan Paket C setara SMA. SeÂmua sisÂwa berasal dari kalÂaÂngan tidak mampu.
Sekolah ini tidak mewajibÂkan siswa-siswa mengenakan seraÂgam saat belajar. “Yang penÂting mereka mau sekolah saja sudah sangat bersyukur,†kata Nur Rohim.
Beberapa murid yang belajar di sekolah terlihat mengenakan seragam. Menurut pria berusia 39 tahun ini, siswa itu tempat tinggalnya. Untuk ke sini mesti naik angkot. “Bila pakai seraÂgam sekolah naik angkot cuma bayar setengah dari penumpang biasa,†katanya.
Sekolah ini juga meÂmÂbeÂbasÂkan siswanya memilih waktu belajar. “Bisa memilih pagi, siang dan malam hari. TerganÂtung waktu kosong siswanya,†kata Nur Rohim.
Di sekolah ini siswa memÂpeÂlajari beberapa mata pelajaran yang masuk dalam ujian naÂsional. Yakni Matematika, BaÂhaÂsa IndoneÂsia, Bahasa Inggris, IPA dan IPS.
Sekolah ini juga membekali siswa dengan pelajaran kewÂiÂraÂuÂsahaan seperti perbengkelan, pertanian dan komputer. “Jadi mereka bisa belajar sambil meÂngasah keterampilan,†kata Nur Rohim.
Lulusannya Dapat Beasiswa Kuliah Di Al Azhar Mesir
Fasilitas Sekolah Master memang jauh di bawah sekolah umum. Namun banyak luluÂsannya yang diterima di perÂguruan tinggi negeri maupun luar negeri.
Menurut Nur Rohim, banyak lulusan sekolah ini yang diteÂrima di Universitas Indonesia (UI), Universitas Negeri JaÂkarta, Universitas Islam Negeri Jakarta dan Institut Pertanian Bogor (IPB).
Bahkan, kata dia, ada dua siswa yang mendapat beasiswa untuk menempuh pendidikan di Universitas Al-Azhar, Mesir dan di Afrika Selatan.
Tak hanya itu, siswa sekolah ini beberapa kali mengikuti perlombaan dan menyabet piala juara. Mulai dari juara olimpiaÂde matematika tingkat Depok sampai tingkat Jawa Barat.
Nur Rohim bangga dengan presÂtasi ini. Ia merasa langÂkahÂnya membuka akses pendidikan untuk anak jalanan dan keluarga tak mampu, telah menuai hasil.
Hasilnya tidak dinikmati Nur Rohim, tapi siswa-siswinya. Pendidikan yang diperoleh bisa menjadi bekal untuk kehidupan mereka.
Mau Bangun Kampus, Gandeng Negara Qatar
Setelah membuka pendidiÂkan mulai TK hingga SMA, Sekolah Masyarakat Terminal (Master) Depok berencana memÂbuka perguruan tinggi.
Pendiri Sekolah Master, Nur Rohim, mengatakan yayasan akan membangun perguruan tinggi bekerja sama dengan QaÂtar Charity. “Nanti akan diberi nama Universitas Islam Depok (UID),†katanya.
Menurutnya, pihak negara Timur Tengah sudah menyeÂtuÂjui pembangunan perguruan tinggi Islam di area sekolah ini. “Kami menyediakan tanah. Nanti bangunan fisik akan dilaÂkukan Qatar Charity,†katanya.
Nur Rohim menjelaskan, gedung perguruan tinggi akan dibangun di tanah yayasan seÂluas 1,2 hektare tak jauh dari TerÂminal Terpadu Kota Depok.
Saat ini di lokasi tersebut suÂdah telah berdiri lembaga penÂdidikan tingkat SD, SMP, dan SMA yang diselenggarakan seÂcara gratis bagi anak-anak tidak mampu.
“Kami ingin mereka yang mengenyam pendidikan di sini bisa melanjutkan ke perguruan tinggi,†katanya.
Dengan melanjutkan ke perÂguruan tinggi, kata Nur Rohim, diharapkan siswa bisa memÂpuÂnyai masa depan yang cerah. “MeÂreka tentunya mempunyai bekal ilmu yang cukup untuk me nyongsong masa depannya,†katanya. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.