Industri dalam negeri sudah mampu memproduksi berbagai persenjataan militer. Mulai dari munisi, senjata hingga tank ringan. Kualitasnya tak kalah dari buatan negara maju.
Sejak beberapa tahun terakhir, PT Pindad telah memproduksi kenÂdaraan tempur (ranpur) jenis panÂser. Panser ini diberi nama Anoa. Panser ini merupakan peÂngemÂbangan dari panser VAB (Vehicule de l’Avant Blind) buatan Perancis. Panser produksi BUMN itu sudah dipakai TNI dan dan pasukan misi perdamaian PBB di Lebanon.
Pindad memproduksi enam jeÂnis Panser Anoa 6x6 yakni ComÂmando, APC (Armoured PerÂsoÂnÂnel Carrier), Mortar 81, AmbÂuÂlance, Logistic, dan Recovery.
Sebagai kendaraan tempur, panser ini dirancang anti peluru. Body kiri dan kanan panser ini terbuat dari baja dengan ketÂeÂbaÂlan 10 milimeter. Untuk body baÂgian atas dan bawah panser diÂtuÂtupi baja setebal 8 milimeter.
Rakyat Merdeka sempat menÂjajal Anoa 2 tipe APC, panser buaÂtan terbaru Pindad. Panser ini berfungsi sebagai kendaraan angÂkut pasukan.
Panser ini memiliki tiga pintu. Dua pintu di depan, satu di belaÂkang. Pintu depan di sisi kanan unÂtuk masuk pengemudi. SeÂdangÂkan di sisi kiri untuk masuk navigator atau komandan regu (danru). Letaknya di sisi atas baÂdan panser.
Untuk sampai ke pintu masuk ini perlu naik ke ban bagian deÂpan. Di atas ban disediakan piÂjaÂkan kaki. Di samping kiri terÂdaÂpat pegangan tangan. Karena pinÂtu ini hanya selebar badan, cara masuknya dengan kedua kaki dulu. Pintu bisa dikunci dari luar maupun dalam dengan cara meÂmutar pengait pengunci. Untuk meÂlihat situasi luar, pintu diÂlengÂkapi kaca anti peluru.
Pintu belakang (ramp door) untuk keluar-masuk pasukan ke kabin. Ukurannya lebar. Pintu moÂdel rebah ini dibuka dan dituÂtup dengan hidrolik. Tombol buka dan tutup ada kabin di samping kiri pintu. Juga bisa dari panel peÂngendali di kabin pengemudi. Jika hidroliknya macet, ada pintu kecil yang bisa dibuka secara manual.
Ramp door ini dilengkapi dua kaca anti peluru yang bisa dibuka tutup dari dalam. Untuk keluar-masuk ke dalam kabin, pasukan perlu sedikit membungkukkan badan agar kepala tak terbentur dinding belakang panser.
Kabin penumpang kendaraan tempur yang memiliki panjang 6 meter dan lebar 2,5 meter ini teraÂsa lega. Kabin bisa memuat 10 orang tanpa perlu duduk berÂhimÂpitan. Bangku lengkap dengan sanÂdarannya untuk pasukan terÂletak di sisi kanan dan kiri kabin. PaÂsukan duduk berhadap-hadapan.
Ruang di atas sandaran bangku bisa dipakai untuk menaruh peÂralaÂtan pasukan. Begitu juga ruang di tengah kabin dua di anÂtara bangku. Kabin ini dilengkapi enam kaca anti peluru yang bisa diÂbuka dan ditutup dari dalam. SuaÂsana kabin tampak terang karena dicat dengan warna hijau muda.
Di bagian atas kabin terdapat kisi-kisi yang menghembuskan udara dingin dari air conditioner (AC). Kabin terasa sejuk walauÂpun siang hari. Pasukan yang meÂngenakan rompi anti peluru tak akan merasa kegerahan.
Kabin ini juga dilengkapi dua kuÂbah terbuka (copula) di bagian belakang. Juga dua pintu darurat di bagian tengah. Pintu ini terÂdaÂpat di dinding kanan dan kiri kaÂbin. Beberapa alat pemadam keÂbakaran ringan disediakan di dinding kanan dan kiri kabin.
Kabin pengemudi dan kabin peÂnumpang dipisahkan ruang meÂsin. Suara mesin diesel ReÂnault enam silinder yang bisa meÂnyemburkan 320 tenaga kuda ini terdengar bising di kabin. TingÂkat kebisiÂnganÂnya mencapai 60 deÂsiÂbel. “Tapi lebih rendah 20 deÂsiÂbel dari buatan luar,†klaim Herry MochÂtady, Kepala DeparÂtemen II, DiviÂsi Kendaraan KhuÂsus PT Pindad.
Di samping ruang mesin terÂhaÂdap lorong yang menghubungkan kabin pengemudi dengan peÂnumÂpang. Di atas lorong ini terdapat copula yang bisa berputar 360 deÂrajat untuk senapan mesin berat (SMB) kaliber 12,7 mm atau peÂlontar granat otomatis (automatic grenade launcher/AGL). Juru temÂbak berdiri di lorong ini.
Saat panser melaju di medan bergelombang, pasukan yang berada di dalam kabin tak terasa terguncang-guncang. Panser ini menggunakan suspensi indepÂenÂden yang bisa meredam gunÂcaÂngan dengan baik. Suspensi moÂdel ini juga memudahkan panser melalui sejumlah rintangan.
Rakyat Merdeka pun sempat meÂnjajal duduk di samping peÂngemudi. Sudut pandang terasa luas baik ke depan maupun samÂping. Layar monitor yang meÂnamÂpilkan peta wilayah dan radio komunikasi frekuensi AM dan FM ditempatkan di depan jok danru. Juga terdapat lampu baca.
Dari sini juga bisa menjangÂkau panel untuk mengaktifkan peÂÂluncur granat asap (smoke grenaÂde launcher). Peluncur graÂnat asap Anoa 2 berada di samping panser. Sedangkan tipe sebeÂlumÂnya, Anoa 1, berada di atas kabin depan.
Suasana kabin depan juga teÂrasa sejuk. Dua kisi yang berada di anÂtara jok pengemudi dan danÂru menghembuskan udara dingin dari AC. Di atas kabin ini terdapat pintu kecil yang bisa dibuka untuk peÂmantauan maupun sirÂkulasi udara.
Panser ini menggunakan setir kaÂnan. Cocok dengan kondisi jaÂlan di Tanah Air. Mengintip ke deÂpan seÂtir, terlihat panser ini suÂdah mengÂgunakan speedometer digital. Indikator jarak tempuh dan posisi transmisi juga sudah diÂgital. Namun indikator isi tanki bahan bakar masih analog alias pakai jarum petunjuk.
Tongkat transmisi ditempatkan persis di samping kiri pengemudi. Di depan tongkat transmisi terÂdapat panel pengendali. Panel ini untuk menyalakan mesin, head lamp, lampu sign, hazard, GPS, CCTV, wiper dan buka-tutup ramp door. Di panel ini juga terÂdaÂpat monitor untuk meÂnamÂpilkan gambar situasi di belakang panser.
Setir kemudi tampak ringan saat diputar ke kiri maupun kaÂnan. Power steering meÂmÂperÂmudah pengemudi meÂngeÂnÂdaÂliÂkan laju kendaraan yang memiliki berat kosong 12 ton ini.
Dengan transmisi otomatis buaÂtan ZF Jerman, Anoa 2 bisa meÂlaju hingga kecepatan 90 kiloÂmeter per jam di jalan raya dan 40 kilometer per jam di medan tak rata. Transmisi dengan pengÂgerak enam roda ini memiliki enam percepatan dan satu gigi mundur. Transmisi bisa dikunci unÂtuk melalui medan lumpur.
Panser melaju mulus melewati sejumlah rintangan di tempat uji coba di kompleks PT Pindad BanÂdung, Jawa Barat. Tanjakan tinggi dengan sudut kemiringan 45 derajat bisa dilalui dengan mudah. Rintangan-rintangan itu sengaja dibuat untuk melihat keÂmampuan panser ini mengÂhaÂdapi semua jenis medan.
Menurut Herry, dalam kondisi tempur panser ini masih bisa meÂlaju dua jam dalam kondisi semua ban tertembak peluru. “Cukup waktu untuk mencari tempat aman,†kata dia. Ban Continental yang dipakai panser Anoa mÂeÂmiÂliki beberapa lapisan di daÂlamÂnya. Sehingga ban tak langsung kempis total begitu kena tembak.
Panser Anoa 2 memiliki dua tanki bahan bakar dengan kaÂpaÂsitas 400 liter. Dengan perÂbanÂdiÂngan 1:4 (1 liter BBM untuk emÂpat kilometer), panser ini mampu menjelajah seribu kilometer tanÂpa mengisi bahan bakar. Dalam situasi tempur, panser ini bisa meÂngangkut pasukan dan peralatanÂnya hingga dua ton.
Berawal Dari Hanggar 84
Kendaraan tempur (ranÂpur) seperti panser Anoa mauÂpun kendaraan taktis (rantis) diproduksi di fasilitas milik Pindad di Bandung, Jawa Barat.
BUMN ini menempati lahan seluas 66 hektar yang terÂbenÂtang dari Jalan Gatot Subroto hingga ke Jalan Soekarno-Hatta (by pass) Bandung.
Produksi panser Anoa berÂawal di gedung bernomor 84. BaÂngunannya lebih mirip hangÂgar. Dinding bangunan tua buaÂtan Belanda ini ditutupi kaca kotak-kotak. Beberapa kacanya terlihat pecah.
Hanggar bercat hijau ini meÂmiliki empat pintu. Dua di deÂpan, dua dibelakang. Pintunya seÂlebar enam meter. Terbuat dari besi yang dicat biru tua. Dibuka dan ditutup dengan cara digeser.
Rakyat Merdeka sempat berÂkunjung ke fasilitas yang berada di bawah kendali Departemen I Divisi Kendaraan Khusus PinÂdad ini. Departemen ini meÂnaÂngani manufaktur pembuatan panser Anoa.
Proses pembuatan panser di departemen ini dimulai dari peÂngujian baja yang akan dipakai. “Baja dipasok dari Krakatau Steel. Sebagian dari Austria,†kata Iwan Kusdiana, Kepala SekÂretariat Perusahaan PT Pindad.
Dua crane yang mampu meÂngangkat 3 ton dan 5 ton berÂgerak mengangkut lempengan baja ke tempat pengujian. “UnÂtuk sisi kanan dan kiri panser kita pakai baja 10 milimeter. BaÂgian atas dan bawah 8 miÂliÂmeter,†jelas Iwan.
Setelah lolos uji, dilanjutkan dengan proses pemotongan. Lempengan baja dipotong-poÂtong sesuai bagian-bagian paÂnÂser. Suara gigi gerindra beradu dengan logam menggema di hanggar ini. Para pekerja yang mengenakan wear pack biru seÂdang menghaluskan pinggir pelat baja yang sudah dipotong.
Proses pengelasan juga diÂlaÂkukan di hanggar ini. Prosesnya tak boleh didokumentasikan. Pimpinan Pindad menganggap proÂses pembuatan panser di hanggar ini termasuk rahasia. Dua crane kuning berkekuatan 5 ton dan 10 ton mengangkut bagian-bagian panser untuk disambungkan.
Bentuk panser sudah terlihat ketika dibawa ke luar dari hangÂgar. Saat keluar hanggar ini, badan panser belum dilengkapi pintu-pintu.
Panser lalu dibawa ke hangÂgar pengecatan. Untuk panser pesanan TNI AD dicat dengan warna lorong. Sementara panser pesanan pasukan perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) diÂcat putih dengan tulisan “UN†di beberapa bagian badan panser.
Setelah dicat, panser dibawa ke Hanggar 100. Hanggar ini dibawa kendali Departemen II, Divisi Kendaraan Khusus PinÂdad. Departemen ini menangani perakitan (assembly) panser hingga jadi dan diuji coba. “Di sini bisa dirakit 28 panser seÂkaligus,†kata Herry Mochtady, Kepala Departemen II.
Saat Rakyat Merdeka berÂkunÂjung, di hanggar ini sedang meÂnyelesaikan perakitan panÂser-panÂser pesanan TNI AD. SeÂmua panÂser dicat warna loÂreng. “Kami sedang mengerÂjakan 40 panÂser pesanan TNI AD,†kata Iwan.
Sejumlah pekerja mengenaÂkan seragam wear pack terlihat siÂbuk dengan pekerjaannya maÂsing-masing. Ada yang meÂmaÂsang pintu, mengelem kaca maupun memasang pengunci pintu. “Pintu dan kaca dilapisi lem agar tak bocor,†kata Agus, peÂkerja di sini. Beberapa peÂkerja terlihat memasang kabel-kabel listrik di dalam panser.
Pemasangan mesin dan transÂmisi juga dilakukan di hanggar ini. “Mesinnya bisa pakai ReÂnault maupun Mercy (Mercedes Benz). Mesin bisa disesuaikan dengan pesanan user,†kata Iwan. Awalnya, Pindad bekerja sama dengan Texmaco untuk memaÂsok mesin panser Anoa. BelakaÂngan perusahaan yang dibangun Marimutu Sinivasan itu bangÂkrut. Kerja sama ini pun kandas.
Di samping panser-panser yang tengah dirakit itu terdapat rak-rak dengan tiang dari besi. Rak ini untuk menempatkan komponen-komponen yang henÂdak dipasangkan ke panser.
Dibanding Hanggar 84, HangÂgar 100 ini terlihat rapi. Cat merah yang melapisi bagian tengah hanggar tampak masih baru. Selain jadi tempat menyeÂlesaikan perakitan panser, hanggar ini ternyata digunakan untuk memamerkan peÂrÂsenÂjaÂtaÂan produksi.
Di pintu masuk hanggar diÂpasang beberapa banner meÂngeÂnai tipe-tipe panser Anoa dan rantis yang diproduksi Pindad. Di sini juga ada stand yang meÂmamerkan senjata-senjata prÂoÂduksi perusahaan ini. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.