Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Tanjakan Curam Bisa Dilalui Dengan Mudah

Menjajal Panser Buatan Dalam Negeri

Senin, 22 Oktober 2012, 09:36 WIB
Tanjakan Curam Bisa Dilalui Dengan Mudah
Panser Buatan Dalam Negeri

rmol news logo Industri dalam negeri sudah mampu memproduksi berbagai persenjataan militer. Mulai dari munisi, senjata hingga tank ringan. Kualitasnya tak kalah dari buatan negara maju.

Sejak beberapa tahun terakhir, PT Pindad telah memproduksi ken­daraan tempur (ranpur) jenis pan­ser. Panser ini diberi nama Anoa. Panser ini merupakan pe­ngem­bangan dari panser VAB (Vehicule de l’Avant Blind) buatan Perancis. Panser produksi BUMN itu sudah dipakai TNI dan dan pasukan misi perdamaian PBB di Lebanon.

Pindad memproduksi enam je­nis Panser Anoa 6x6 yakni Com­mando, APC (Armoured Per­so­n­nel Carrier), Mortar 81, Amb­u­lance, Logistic, dan Recovery.

Sebagai kendaraan tempur, panser ini dirancang anti peluru. Body kiri dan kanan panser ini terbuat dari baja dengan ket­e­ba­lan 10 milimeter. Untuk body ba­gian atas dan bawah panser di­tu­tupi baja setebal 8 milimeter.

Rakyat Merdeka sempat men­jajal Anoa 2 tipe APC, panser bua­tan terbaru Pindad. Panser ini berfungsi sebagai kendaraan ang­kut pasukan.

Panser ini memiliki tiga pintu. Dua pintu di depan, satu di bela­kang. Pintu depan di sisi kanan un­tuk masuk pengemudi. Se­dang­kan di sisi kiri untuk masuk navigator atau komandan regu (danru). Letaknya di sisi atas ba­dan panser.

Untuk sampai ke pintu masuk ini perlu naik ke ban bagian de­pan. Di atas ban disediakan pi­ja­kan kaki. Di  samping kiri ter­da­pat pegangan tangan. Karena pin­tu ini hanya selebar badan, cara masuknya dengan kedua kaki dulu. Pintu bisa dikunci dari luar maupun dalam dengan cara me­mutar pengait pengunci. Untuk me­lihat situasi luar, pintu di­leng­kapi kaca anti peluru.

Pintu belakang (ramp door) untuk keluar-masuk pasukan ke kabin. Ukurannya lebar. Pintu mo­del rebah ini dibuka dan ditu­tup dengan hidrolik. Tombol buka dan tutup ada kabin di samping kiri pintu. Juga bisa dari panel pe­ngendali di kabin pengemudi. Jika hidroliknya macet, ada pintu kecil yang bisa dibuka secara manual.

Ramp door ini dilengkapi dua kaca anti peluru yang bisa dibuka tutup dari dalam. Untuk keluar-masuk ke dalam kabin, pasukan perlu sedikit membungkukkan badan agar kepala tak terbentur dinding belakang panser.

Kabin penumpang kendaraan tempur yang memiliki panjang 6 meter dan lebar 2,5 meter ini tera­sa lega. Kabin bisa memuat 10 orang tanpa perlu duduk ber­him­pitan. Bangku lengkap dengan san­darannya untuk pasukan ter­letak di sisi kanan dan kiri kabin. Pa­sukan duduk berhadap-hadapan.

Ruang di atas sandaran bangku bisa dipakai untuk menaruh pe­rala­tan pasukan. Begitu juga ruang di tengah kabin dua di an­tara bangku. Kabin ini dilengkapi enam kaca anti peluru yang bisa di­buka dan ditutup dari dalam. Sua­sana kabin tampak terang karena dicat dengan warna hijau muda.

Di bagian atas kabin terdapat kisi-kisi yang menghembuskan udara dingin dari air conditioner  (AC). Kabin terasa sejuk walau­pun siang hari. Pasukan yang me­ngenakan rompi anti peluru tak akan merasa kegerahan.

Kabin ini juga dilengkapi dua ku­bah terbuka (copula) di bagian belakang. Juga dua pintu darurat di bagian tengah. Pintu ini ter­da­pat di dinding kanan dan kiri ka­bin. Beberapa alat pemadam ke­bakaran ringan disediakan di dinding kanan dan kiri kabin.

Kabin pengemudi dan kabin pe­numpang dipisahkan ruang me­sin. Suara mesin diesel Re­nault enam silinder yang bisa me­nyemburkan 320 tenaga kuda ini terdengar bising di kabin. Ting­kat kebisi­ngan­nya mencapai 60 de­si­bel. “Tapi lebih rendah 20 de­si­bel dari buatan luar,” klaim Herry Moch­tady, Kepala Depar­temen II, Divi­si Kendaraan Khu­sus PT Pindad.

Di samping ruang mesin ter­ha­dap lorong yang menghubungkan kabin pengemudi dengan pe­num­pang. Di atas lorong ini terdapat copula yang bisa berputar 360 de­rajat untuk senapan mesin berat (SMB) kaliber 12,7 mm atau pe­lontar granat otomatis (automatic grenade launcher/AGL). Juru tem­bak berdiri di lorong ini.

Saat panser melaju di medan bergelombang, pasukan yang berada di dalam kabin tak terasa terguncang-guncang. Panser ini menggunakan suspensi indep­en­den yang bisa meredam gun­ca­ngan dengan baik. Suspensi mo­del ini juga memudahkan panser melalui sejumlah rintangan.

Rakyat Merdeka pun sempat me­njajal duduk di samping pe­ngemudi. Sudut pandang terasa luas baik ke depan maupun sam­ping. Layar monitor yang me­nam­pilkan peta wilayah dan radio komunikasi frekuensi AM dan FM ditempatkan di depan jok danru. Juga terdapat lampu baca.

Dari sini juga bisa menjang­kau panel untuk mengaktifkan pe­­luncur granat asap (smoke grena­de launcher). Peluncur gra­nat asap Anoa 2 berada di samping panser. Sedangkan tipe sebe­lum­nya, Anoa 1, berada di atas kabin depan.

Suasana kabin depan juga te­rasa sejuk. Dua kisi yang berada di an­tara jok pengemudi dan dan­ru menghembuskan udara dingin dari AC. Di atas kabin ini terdapat pintu kecil yang bisa dibuka untuk pe­mantauan maupun sir­kulasi udara.

Panser ini menggunakan setir ka­nan. Cocok dengan kondisi ja­lan di Tanah Air. Mengintip ke de­pan se­tir, terlihat panser ini su­dah meng­gunakan speedometer digital. Indikator jarak tempuh dan posisi transmisi juga sudah di­gital. Namun indikator isi tanki bahan bakar masih analog alias pakai jarum petunjuk.

Tongkat transmisi ditempatkan persis di samping kiri pengemudi. Di depan tongkat transmisi ter­dapat panel pengendali. Panel ini untuk menyalakan mesin, head lamp, lampu sign, hazard, GPS, CCTV, wiper dan buka-tutup ramp door. Di panel ini juga ter­da­pat monitor untuk me­nam­pilkan gambar situasi di belakang panser.

Setir kemudi tampak ringan saat diputar ke kiri maupun ka­nan. Power steering me­m­per­mudah pengemudi me­nge­n­da­li­kan laju kendaraan yang memiliki berat kosong 12 ton ini.

Dengan transmisi otomatis bua­tan ZF Jerman, Anoa 2 bisa me­laju hingga kecepatan 90 kilo­meter per jam di jalan raya dan 40 kilometer per jam di medan tak rata. Transmisi dengan peng­gerak enam roda ini memiliki enam percepatan dan satu gigi mundur. Transmisi bisa dikunci un­tuk melalui medan lumpur.

Panser melaju mulus melewati sejumlah rintangan di tempat uji coba di kompleks PT Pindad Ban­dung, Jawa Barat. Tanjakan tinggi dengan sudut kemiringan 45 derajat bisa dilalui dengan mudah. Rintangan-rintangan itu sengaja dibuat untuk melihat ke­mampuan panser ini meng­ha­dapi semua jenis medan.

Menurut Herry, dalam kondisi tempur panser ini masih bisa me­laju dua jam dalam kondisi semua ban tertembak peluru. “Cukup waktu untuk mencari tempat aman,” kata dia. Ban Continental yang dipakai panser Anoa m­e­mi­liki beberapa lapisan di da­lam­nya. Sehingga ban tak langsung kempis total begitu kena tembak.

Panser Anoa 2 memiliki dua tanki bahan bakar dengan ka­pa­sitas 400 liter. Dengan per­ban­di­ngan 1:4 (1 liter BBM untuk em­pat kilometer), panser ini mampu menjelajah seribu kilometer tan­pa mengisi bahan bakar. Dalam situasi tempur, panser ini bisa me­ngangkut pasukan dan peralatan­nya hingga dua ton.

Berawal Dari Hanggar 84

Kendaraan tempur (ran­pur) seperti panser Anoa mau­pun kendaraan taktis (rantis) diproduksi di fasilitas milik Pindad di Bandung, Jawa Barat.

BUMN ini menempati lahan seluas 66 hektar yang ter­ben­tang dari Jalan Gatot Subroto hingga ke Jalan Soekarno-Hatta (by pass) Bandung.

Produksi panser Anoa ber­awal di gedung bernomor 84. Ba­ngunannya lebih mirip hang­gar. Dinding bangunan tua bua­tan Belanda ini ditutupi kaca kotak-kotak. Beberapa kacanya terlihat pecah.

Hanggar bercat hijau ini me­miliki empat pintu. Dua di de­pan, dua dibelakang. Pintunya se­lebar enam meter. Terbuat dari besi yang dicat biru tua. Dibuka dan ditutup dengan cara digeser.

Rakyat Merdeka sempat ber­kunjung ke fasilitas yang berada di bawah kendali Departemen I Divisi Kendaraan Khusus Pin­dad ini. Departemen ini me­na­ngani manufaktur pembuatan panser Anoa.

Proses pembuatan panser di departemen ini dimulai dari pe­ngujian baja yang akan dipakai. “Baja dipasok dari Krakatau Steel. Sebagian dari Austria,” kata Iwan Kusdiana, Kepala Sek­retariat Perusahaan PT Pindad.

Dua crane yang mampu me­ngangkat 3 ton dan 5 ton ber­gerak mengangkut lempengan baja ke tempat pengujian. “Un­tuk sisi kanan dan kiri panser kita pakai baja 10 milimeter. Ba­gian atas dan bawah 8 mi­li­meter,” jelas Iwan.

Setelah lolos uji, dilanjutkan dengan proses pemotongan. Lempengan baja dipotong-po­tong sesuai bagian-bagian pa­n­ser. Suara gigi gerindra beradu dengan logam menggema di hanggar ini. Para pekerja yang mengenakan wear pack biru se­dang menghaluskan pinggir pelat baja yang sudah dipotong.

Proses pengelasan juga di­la­kukan di hanggar ini. Prosesnya tak boleh didokumentasikan. Pimpinan Pindad menganggap pro­ses pembuatan panser di hanggar ini termasuk rahasia. Dua crane kuning berkekuatan 5 ton dan 10 ton mengangkut bagian-bagian panser untuk disambungkan.

Bentuk panser sudah terlihat ketika dibawa ke luar dari hang­gar. Saat keluar hanggar ini, badan panser belum dilengkapi pintu-pintu.

Panser lalu dibawa ke hang­gar pengecatan. Untuk panser pesanan TNI AD dicat dengan warna lorong. Sementara panser pesanan pasukan perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) di­cat putih dengan tulisan “UN” di beberapa bagian badan panser.

Setelah dicat, panser dibawa ke Hanggar 100. Hanggar ini dibawa kendali Departemen II, Divisi Kendaraan Khusus Pin­dad. Departemen ini menangani perakitan (assembly) panser hingga jadi dan diuji coba. “Di sini bisa dirakit 28 panser se­kaligus,” kata Herry Mochtady, Kepala Departemen II.

Saat Rakyat Merdeka ber­kun­jung,  di hanggar ini sedang me­nyelesaikan perakitan pan­ser-pan­ser pesanan TNI AD. Se­mua pan­ser dicat warna lo­reng. “Kami sedang menger­jakan 40 pan­ser pesanan TNI AD,” kata Iwan.

Sejumlah pekerja mengena­kan seragam wear pack terlihat si­buk dengan pekerjaannya ma­sing-masing. Ada yang me­ma­sang pintu, mengelem kaca maupun memasang pengunci pintu. “Pintu dan kaca dilapisi lem­ agar tak bocor,” kata Agus, pe­kerja di sini. Beberapa pe­kerja terlihat memasang kabel-kabel listrik di dalam panser.

Pemasangan mesin dan trans­misi juga dilakukan di hanggar ini. “Mesinnya bisa pakai Re­nault maupun Mercy (Mercedes Benz). Mesin bisa disesuaikan dengan pesanan user,” kata Iwan. Awalnya, Pindad bekerja sama dengan Texmaco untuk mema­sok mesin panser Anoa. Belaka­ngan perusahaan yang dibangun Marimutu Sinivasan itu bang­krut. Kerja sama ini pun kandas.

Di samping panser-panser yang tengah dirakit itu terdapat rak-rak dengan tiang dari besi. Rak ini untuk menempatkan komponen-komponen yang hen­dak dipasangkan ke panser.

Dibanding Hanggar 84, Hang­gar 100 ini terlihat rapi. Cat merah yang melapisi bagian tengah hanggar tampak masih baru. Selain jadi tempat menye­lesaikan perakitan panser, hanggar ini ternyata digunakan untuk memamerkan pe­r­sen­ja­ta­an produksi.

Di pintu masuk hanggar di­pasang beberapa banner me­nge­nai tipe-tipe panser Anoa dan rantis yang diproduksi Pindad. Di sini juga ada stand yang  me­mamerkan senjata-senjata pr­o­duksi perusahaan ini. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA