Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Anggota DPR Pilih Tanya Teman Via BlackBerry

Ngintip Fit And Proper Test Komnas HAM

Kamis, 18 Oktober 2012, 09:56 WIB
Anggota DPR Pilih Tanya Teman Via BlackBerry
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).

RMOL. Sejak Senin DPR menggelar uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) calon anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).

Uji ini akan berlangsung selama se­minggu hingga Senin pekan de­pan. Pesertanya 30 nama yang di­setor pemerintah ke DPR. Setiap hari, Komisi III menguji tujuh calon.

Bagaimana jalannya uji ke­la­yakan dan kepatutan itu? Rakyat Merdeka sempat mengintipnya pada hari kedua fit and propes test Selasa lalu (16/10).

Memasuki ruang Komisi III yang terletak di lantai dua gedung Nu­santara II tampak lengang. Saat itu tengah berlangsung uji ke­la­yakan dan kepatutan ter­ha­dap ca­lon bernama Ario Djat­mi­ko. Ia men­dapat gilira ketiga yang diuji hari itu.

Pemantauan Rakyat Merdeka, anggota Komisi III yang meng­hadiri uji kelayakan dan ke­pa­tu­tan itu bisa dihitung dengan jari.  Terlihat hanya ada empat anggota Dewan yang ada hadir. Itu pun dua di antaranya dari unsur pim­pinan Komisi.

Jumlah anggota Komisi yang mengikuti fit and proper test ini semakin surut dibandingkan hari pertama. Pada Senin lalu, anggota Komisi yang hadir belasan orang.

Beberapa anggota Komisi III yang hadir terkesan hanya untuk setor muka. Setelah berada di da­lam sebentar, mereka lalu pergi meninggalkan ruangan. Tidak kembali lagi.

Kenapa banyak anggota De­wan yang tidak hadir saat fit and proper test calon anggota Kom­nas HAM? Anggota Komisi III DPR dari Partai Persatuan Pe­m­bangunan (PPP), Dimyati Nata­ku­sumah yang hadir saat uji hari kedua mengatakan, banyak kole­ga­nya yang harus menghadiri ra­pat lain. Rapatnya digelar be­r­samaan dengan fit and proper tes calon anggota Komnas HAM.

Kata dia, tidak sedikit anggota Komisi III yang juga terdaftar di alat kelengkapan DPR lainnya. Kerap terjadi, rapat di Komisi digelar bersamaan dengan di alat kelengkapan lainnya.

“Makanya kami terkadang ha­rus berlari dari ruang rapat yang satu ke ruang rapat yang lain. Apalagi, kalau dalam suatu rapat be­lum ada dari fraksi yang me­wakili,” ujar Dimyati beralasan.

Namun Dimyati menjamin, wa­laupun tidak hadir, para ang­gota Komisi III tetap memantau jalan­nya uji kelayakan dan ke­patutan setiap calon anggota Komnas HAM. Apalagi, fraksi itu menem­patkan perwakilannya saat uji itu.

Anggota Komisi III dari Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Desmond J Mahesa juga menjamin Komisi III akan memilih anggota Komnas HAM yang memiliki kualitas bagus. Ketidakhadiran sejumlah anggota Komisi saat uji kelayakan dan kepatutan itu tak berarti mereka tidak mencermati proses yang sedang berjalan.

“Kalau kita tidak datang, bia­sanya kami akan bertanya kepada teman-teman yang hadir. Tak ja­rang kami membahasnya melalui BlackBerry Messenger terkait ca­lon yang baru saja menjalani tes,” kata dia.

Dede Oetomo Bakal Dicoret Komisi III?

Marak Penolakan Masyarakat

Setelah menuai banyak kritik dari masyarakat, peluang Dede Oe­tomo untuk jadi anggota Kom­nas HAM seujung jarum. Ka­barnya, sejumlah anggota Komisi III tidak akan memilih dosen Uni­versitas Airlangga Surabaya itu.

Benarkah latar belakang Dede sebagai aktivis gay dan trans­gender yang menjadi alasan para anggota Komisi III untuk me­n­coretnya?

Anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Gerindra Desmond J Mahesa mengatakan , Dede di­anggap kurang memahami pe­r­soa­lan Komnas HAM.

Meskipun keputusan ini belum final, di internal Komisi sudah me­ngerucut mengenai penilaian terhadap Dede. Ia dianggap tidak mumpuni bila dipilih jadi anggota Komnas HAM.

“Ini bukan terkait masalah pe­nolakan dari masyarakat yang se­lama ini begitu besar datang ke­pada kami terhadap Dede Oe­to­mo. Tetapi ini lebih kepada figure Dede sendiri berdasarkan ke­mam­puan dan pemahamannya ter­hadap masalah HAM,” ujarmya.

Menurut Desmond, pemapa­ran yang disampaikan Dede saat fit and proper test sama sekali ti­dak menyinggung persoalan HAM. Padahal, sambung dia, bila me­lihat sejarah berdirinya Komnas HAM itu karenanya ba­nyaknya kasus pelanggaran HAM di Indonesia.

“Menurut sebagian teman-te­man, Dede ini tidak menguasai se­jarah Komnas HAM itu sendiri. Apa terobosannya tentang ma­salah HAM yang selama ini terjadi dan bagaimana solusi­nya,” ujarnya.

Hal senada juga disampaikan politisi Golkar Nudirman Munir. Dia menilai, paparan yang di­sampaikan Dede cenderung di luar konteks masalah HAM. Bagi Nudirman, Dede terlalu terpaku pada isu transgender yang ramai ditolak masyarakat.

“Bagi saya, pemikirannya itu tidak sesuai dengan konteks ke­hidupan bernegara saat ini. Dia berpikiran 20 tahun lebih jauh, dimana agama dan Pancasila itu sudah tidak dianggap penting da­lam pemaparannya soal kehi­du­pan kaum gay dan lesbi,” ujarnya.

Kendati demikian, Nudirman tidak mau berandai-andai tentang peluang Dede menjadi anggota Komnas HAM.

“Setiap fraksi pas­tinya akan melakukan rapat masing-masing untuk mem­bahasnya. Lantas dibawa dalam rapat komisi dan diputuskan. Jadi kami masih perlu melihat peserta yang lain,” ujarnya.

Aktivis Gay Ingin Perjuangkan Hak Aliran Sesat

Mendapat banyak kritik dari masyarakat tak membuat Dede Oetomo mengurungkan niat untuk maju jadi calon anggota Komnas HAM. Aktifis dan pen­diri LSM GAYA Nusantara ini tetap mengikuti uji kelayakan dan kepatutan di DPR.

Dede mendapat giliran pada hari kedua, Selasa malam lalu (16/10). Hari itu, dia menjadi calon kelima yang diuji Komisi III DPR.

Dede terlihat berjalan santai memasuki ruang rapat Komisi III di lantai dua gedung Nu­santara II. Langkahnya terhenti, ketika melihat pintu ruangan rapat masih tertutup.

Melihat Dede berdiri di de­pan pintu ruang rapat, seorang petugas Pengamanan Dalam (Pamdal) DPR mengham­pi­ri­nya. Petugas itu mempersilakan  Dede masuk ke ruang tunggu yang terletak persis sebelah kiri pintu masuk ruangan.

“Sekarang masih istirahat Pak. Nanti uji kelayakan akan di­mulai kembali pukul tujuh. Ka­lau anggota (Komisi III) su­dah datang, Bapak akan diberi tahu,” ujar petugas Pamdal itu.

Menjelang pukul tujuh ma­lam, satu per satu anggota Ko­misi III mulai memasuki ruang rapat. Nasir Djamil dari PKS ter­lihat mengambil duduk di meja pimpinan. Saat ini, dia masih menjabat wakil ketua Komisi III sebelum dipindah ke Komisi VIII pada masa sidang mendatang.

Pantauan Rakyat Merdeka, tidak sampai 15 orang anggota Komisi III DPR yang sudah be­rada di ruang rapat. Dengan alasan masih ada dua calon yang akan diuji pada malam itu, Nasir segera membuka rapat tersebut.

Politisi PKS ini me­m­per­si­la­kan  Dede masuk ke dalam rua­ngan rapat dan mengambil po­sisi berhadap-hadapan dengan meja pimpinan. Dede sendiri duduk di bangku paling tengah, persis berhadap-hadapan de­ngan Nasir Djamil yang men­jadi pimpinan rapat.

“Silakan  Pak Dede, kami beri waktu setengah jam untuk me­maparkan paper yang sudah dibuat minggu kemarin di h­ada­pan peserta rapat. Selanjutnya acara akan dimulai dengan tanya jawab dengan para ang­gota,” ujar Nasir yang melihat Dede sudah siap di mejanya.

Sambil memegang tumpukan ker­tas, Dede mulai mema­pa­r­kan makalah dan visi-misinya men­jadi anggota Komnas HAM.

“Salah satu tujuan saya men­jadi anggota Komnas HAM yak­ni untuk memperjuangkan hak beragama kelompok Ah­ma­diyah, Syiah dan aliran-aliran yang dinilai sesat oleh umat Islam,” kata Dede mengawali pe­maparannya.

Pria berbadan tambun ini me­nilai, setiap orang berhak untuk menjalankan keyakinannya masing-masing. “Saya berharap orang-orang yang melakukan kekerasan atas nama agama menjadi malu atas peri­laku­nya,” tambahnya.

Sambil membuka lembaran kertas berikutnya, dosen Uni­ver­sitas Airlangga, Surabaya ini akhirnya menyinggung soal kehidupan kelompok gay yang se­lama ini ditolak keras ma­sya­rakat. Menurutnya, ho­mo­sek­sualitas dan transgender sudah ada di Indonesia sejak lama.

“Ketika kita bicara hak asasi ma­nusia kita tidak bisa me­ngaitkannya dengan dosa tapi kita harus mengaitkannya de­ngan hak hidupnya,” kata Dede yang selama ini dikenal sebagai aktivis gay dan transgender ini.

Usai Dede menyampaikan pemaparan, dilanjutkan dengan penajaman visi dan misi ca­lon. Anggota Komisi III di­per­si­la­kan bertanya apa saja kepada calon.

“Silakan teman-teman me­nyampaikan pertanyaannya ke­pada peserta. Singkat, padat dan tidak perlu mengulang per­ta­nyaan yang sudah di­sam­pai­kan,” ujar Nasir.

Akhirnya secara bergantian, anggota Komisi III mulai me­lontarkan pertanyaannya. Pa­n­tauan Rakyat Merdeka, m­a­yo­ritas fraksi yang melontarkan pertanyaan tidak menyinggung soal latar belakang Dede se­ba­gai aktivis gay yang menuai pe­no­lakan keras dari masyarakat.

Catatan Rakyat Merdeka, saat Komisi III membuka uji publik ter­hadap 30 calon anggota Kom­nas HAM yang akan men­jalani fit and proper test, Dede Oetomo yang paling banyak mendapatkan kritik dari masyarakat.

Sebagian besar masyarakat yang menyampaikan masukan berharap Komisi III DPR tidak meloloskan Dede. Ada 500 su­rat elektronik (e-mail) dan pu­luhan surat dari masyarakat yang menyampaikan keb­e­ra­tan­nya terhadap Dede.

Namun saat fit and proper test, tak ada anggota Komisi III yang menyinggung soal peno­la­kan ini. Mayoritas anggota De­wan membahas masalah substansi pelanggaran HAM dan komitmen Dede bila jadi ang­gota Komnas HAM.

Fraksi Golkar yang diwakili Nudirman Munir misalnya, lebih memilih untuk bertanya masalah pelanggaran HAM yang pernah terjadi namun be­lum ditindak­lanjuti. Tak hanya itu, Nudirman juga bertanya soal komitmen Dede tentang pe­ran dan fungsi Komnas HAM bila dirinya ter­pilih sebagai komisioner.

Ahmad Dimyati Nat­a­ku­su­mah, politis dari PPP juga meng­kiritisi Dede dengan masalah yang lain. Dimyati lebih mem­pertajam komitmen Dede yang tidak akan menjadikan jabatan Komnas HAM sebagai batu loncatan. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA