RMOL. Sejak Senin DPR menggelar uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) calon anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
Uji ini akan berlangsung selama seÂminggu hingga Senin pekan deÂpan. Pesertanya 30 nama yang diÂsetor pemerintah ke DPR. Setiap hari, Komisi III menguji tujuh calon.
Bagaimana jalannya uji keÂlaÂyakan dan kepatutan itu? Rakyat Merdeka sempat mengintipnya pada hari kedua fit and propes test Selasa lalu (16/10).
Memasuki ruang Komisi III yang terletak di lantai dua gedung NuÂsantara II tampak lengang. Saat itu tengah berlangsung uji keÂlaÂyakan dan kepatutan terÂhaÂdap caÂlon bernama Ario DjatÂmiÂko. Ia menÂdapat gilira ketiga yang diuji hari itu.
Pemantauan Rakyat Merdeka, anggota Komisi III yang mengÂhadiri uji kelayakan dan keÂpaÂtuÂtan itu bisa dihitung dengan jari. Terlihat hanya ada empat anggota Dewan yang ada hadir. Itu pun dua di antaranya dari unsur pimÂpinan Komisi.
Jumlah anggota Komisi yang mengikuti fit and proper test ini semakin surut dibandingkan hari pertama. Pada Senin lalu, anggota Komisi yang hadir belasan orang.
Beberapa anggota Komisi III yang hadir terkesan hanya untuk setor muka. Setelah berada di daÂlam sebentar, mereka lalu pergi meninggalkan ruangan. Tidak kembali lagi.
Kenapa banyak anggota DeÂwan yang tidak hadir saat fit and proper test calon anggota KomÂnas HAM? Anggota Komisi III DPR dari Partai Persatuan PeÂmÂbangunan (PPP), Dimyati NataÂkuÂsumah yang hadir saat uji hari kedua mengatakan, banyak koleÂgaÂnya yang harus menghadiri raÂpat lain. Rapatnya digelar beÂrÂsamaan dengan fit and proper tes calon anggota Komnas HAM.
Kata dia, tidak sedikit anggota Komisi III yang juga terdaftar di alat kelengkapan DPR lainnya. Kerap terjadi, rapat di Komisi digelar bersamaan dengan di alat kelengkapan lainnya.
“Makanya kami terkadang haÂrus berlari dari ruang rapat yang satu ke ruang rapat yang lain. Apalagi, kalau dalam suatu rapat beÂlum ada dari fraksi yang meÂwakili,†ujar Dimyati beralasan.
Namun Dimyati menjamin, waÂlaupun tidak hadir, para angÂgota Komisi III tetap memantau jalanÂnya uji kelayakan dan keÂpatutan setiap calon anggota Komnas HAM. Apalagi, fraksi itu menemÂpatkan perwakilannya saat uji itu.
Anggota Komisi III dari Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Desmond J Mahesa juga menjamin Komisi III akan memilih anggota Komnas HAM yang memiliki kualitas bagus. Ketidakhadiran sejumlah anggota Komisi saat uji kelayakan dan kepatutan itu tak berarti mereka tidak mencermati proses yang sedang berjalan.
“Kalau kita tidak datang, biaÂsanya kami akan bertanya kepada teman-teman yang hadir. Tak jaÂrang kami membahasnya melalui BlackBerry Messenger terkait caÂlon yang baru saja menjalani tes,†kata dia.
Dede Oetomo Bakal Dicoret Komisi III?
Marak Penolakan Masyarakat
Setelah menuai banyak kritik dari masyarakat, peluang Dede OeÂtomo untuk jadi anggota KomÂnas HAM seujung jarum. KaÂbarnya, sejumlah anggota Komisi III tidak akan memilih dosen UniÂversitas Airlangga Surabaya itu.
Benarkah latar belakang Dede sebagai aktivis gay dan transÂgender yang menjadi alasan para anggota Komisi III untuk meÂnÂcoretnya?
Anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Gerindra Desmond J Mahesa mengatakan , Dede diÂanggap kurang memahami peÂrÂsoaÂlan Komnas HAM.
Meskipun keputusan ini belum final, di internal Komisi sudah meÂngerucut mengenai penilaian terhadap Dede. Ia dianggap tidak mumpuni bila dipilih jadi anggota Komnas HAM.
“Ini bukan terkait masalah peÂnolakan dari masyarakat yang seÂlama ini begitu besar datang keÂpada kami terhadap Dede OeÂtoÂmo. Tetapi ini lebih kepada figure Dede sendiri berdasarkan keÂmamÂpuan dan pemahamannya terÂhadap masalah HAM,†ujarmya.
Menurut Desmond, pemapaÂran yang disampaikan Dede saat fit and proper test sama sekali tiÂdak menyinggung persoalan HAM. Padahal, sambung dia, bila meÂlihat sejarah berdirinya Komnas HAM itu karenanya baÂnyaknya kasus pelanggaran HAM di Indonesia.
“Menurut sebagian teman-teÂman, Dede ini tidak menguasai seÂjarah Komnas HAM itu sendiri. Apa terobosannya tentang maÂsalah HAM yang selama ini terjadi dan bagaimana solusiÂnya,†ujarnya.
Hal senada juga disampaikan politisi Golkar Nudirman Munir. Dia menilai, paparan yang diÂsampaikan Dede cenderung di luar konteks masalah HAM. Bagi Nudirman, Dede terlalu terpaku pada isu transgender yang ramai ditolak masyarakat.
“Bagi saya, pemikirannya itu tidak sesuai dengan konteks keÂhidupan bernegara saat ini. Dia berpikiran 20 tahun lebih jauh, dimana agama dan Pancasila itu sudah tidak dianggap penting daÂlam pemaparannya soal kehiÂduÂpan kaum gay dan lesbi,†ujarnya.
Kendati demikian, Nudirman tidak mau berandai-andai tentang peluang Dede menjadi anggota Komnas HAM.
“Setiap fraksi pasÂtinya akan melakukan rapat masing-masing untuk memÂbahasnya. Lantas dibawa dalam rapat komisi dan diputuskan. Jadi kami masih perlu melihat peserta yang lain,†ujarnya.
Aktivis Gay Ingin Perjuangkan Hak Aliran Sesat
Mendapat banyak kritik dari masyarakat tak membuat Dede Oetomo mengurungkan niat untuk maju jadi calon anggota Komnas HAM. Aktifis dan penÂdiri LSM GAYA Nusantara ini tetap mengikuti uji kelayakan dan kepatutan di DPR.
Dede mendapat giliran pada hari kedua, Selasa malam lalu (16/10). Hari itu, dia menjadi calon kelima yang diuji Komisi III DPR.
Dede terlihat berjalan santai memasuki ruang rapat Komisi III di lantai dua gedung NuÂsantara II. Langkahnya terhenti, ketika melihat pintu ruangan rapat masih tertutup.
Melihat Dede berdiri di deÂpan pintu ruang rapat, seorang petugas Pengamanan Dalam (Pamdal) DPR menghamÂpiÂriÂnya. Petugas itu mempersilakan Dede masuk ke ruang tunggu yang terletak persis sebelah kiri pintu masuk ruangan.
“Sekarang masih istirahat Pak. Nanti uji kelayakan akan diÂmulai kembali pukul tujuh. KaÂlau anggota (Komisi III) suÂdah datang, Bapak akan diberi tahu,†ujar petugas Pamdal itu.
Menjelang pukul tujuh maÂlam, satu per satu anggota KoÂmisi III mulai memasuki ruang rapat. Nasir Djamil dari PKS terÂlihat mengambil duduk di meja pimpinan. Saat ini, dia masih menjabat wakil ketua Komisi III sebelum dipindah ke Komisi VIII pada masa sidang mendatang.
Pantauan Rakyat Merdeka, tidak sampai 15 orang anggota Komisi III DPR yang sudah beÂrada di ruang rapat. Dengan alasan masih ada dua calon yang akan diuji pada malam itu, Nasir segera membuka rapat tersebut.
Politisi PKS ini meÂmÂperÂsiÂlaÂkan Dede masuk ke dalam ruaÂngan rapat dan mengambil poÂsisi berhadap-hadapan dengan meja pimpinan. Dede sendiri duduk di bangku paling tengah, persis berhadap-hadapan deÂngan Nasir Djamil yang menÂjadi pimpinan rapat.
“Silakan Pak Dede, kami beri waktu setengah jam untuk meÂmaparkan paper yang sudah dibuat minggu kemarin di hÂadaÂpan peserta rapat. Selanjutnya acara akan dimulai dengan tanya jawab dengan para angÂgota,†ujar Nasir yang melihat Dede sudah siap di mejanya.
Sambil memegang tumpukan kerÂtas, Dede mulai memaÂpaÂrÂkan makalah dan visi-misinya menÂjadi anggota Komnas HAM.
“Salah satu tujuan saya menÂjadi anggota Komnas HAM yakÂni untuk memperjuangkan hak beragama kelompok AhÂmaÂdiyah, Syiah dan aliran-aliran yang dinilai sesat oleh umat Islam,†kata Dede mengawali peÂmaparannya.
Pria berbadan tambun ini meÂnilai, setiap orang berhak untuk menjalankan keyakinannya masing-masing. “Saya berharap orang-orang yang melakukan kekerasan atas nama agama menjadi malu atas periÂlakuÂnya,†tambahnya.
Sambil membuka lembaran kertas berikutnya, dosen UniÂverÂsitas Airlangga, Surabaya ini akhirnya menyinggung soal kehidupan kelompok gay yang seÂlama ini ditolak keras maÂsyaÂrakat. Menurutnya, hoÂmoÂsekÂsualitas dan transgender sudah ada di Indonesia sejak lama.
“Ketika kita bicara hak asasi maÂnusia kita tidak bisa meÂngaitkannya dengan dosa tapi kita harus mengaitkannya deÂngan hak hidupnya,†kata Dede yang selama ini dikenal sebagai aktivis gay dan transgender ini.
Usai Dede menyampaikan pemaparan, dilanjutkan dengan penajaman visi dan misi caÂlon. Anggota Komisi III diÂperÂsiÂlaÂkan bertanya apa saja kepada calon.
“Silakan teman-teman meÂnyampaikan pertanyaannya keÂpada peserta. Singkat, padat dan tidak perlu mengulang perÂtaÂnyaan yang sudah diÂsamÂpaiÂkan,†ujar Nasir.
Akhirnya secara bergantian, anggota Komisi III mulai meÂlontarkan pertanyaannya. PaÂnÂtauan Rakyat Merdeka, mÂaÂyoÂritas fraksi yang melontarkan pertanyaan tidak menyinggung soal latar belakang Dede seÂbaÂgai aktivis gay yang menuai peÂnoÂlakan keras dari masyarakat.
Catatan Rakyat Merdeka, saat Komisi III membuka uji publik terÂhadap 30 calon anggota KomÂnas HAM yang akan menÂjalani fit and proper test, Dede Oetomo yang paling banyak mendapatkan kritik dari masyarakat.
Sebagian besar masyarakat yang menyampaikan masukan berharap Komisi III DPR tidak meloloskan Dede. Ada 500 suÂrat elektronik (e-mail) dan puÂluhan surat dari masyarakat yang menyampaikan kebÂeÂraÂtanÂnya terhadap Dede.
Namun saat fit and proper test, tak ada anggota Komisi III yang menyinggung soal penoÂlaÂkan ini. Mayoritas anggota DeÂwan membahas masalah substansi pelanggaran HAM dan komitmen Dede bila jadi angÂgota Komnas HAM.
Fraksi Golkar yang diwakili Nudirman Munir misalnya, lebih memilih untuk bertanya masalah pelanggaran HAM yang pernah terjadi namun beÂlum ditindakÂlanjuti. Tak hanya itu, Nudirman juga bertanya soal komitmen Dede tentang peÂran dan fungsi Komnas HAM bila dirinya terÂpilih sebagai komisioner.
Ahmad Dimyati NatÂaÂkuÂsuÂmah, politis dari PPP juga mengÂkiritisi Dede dengan masalah yang lain. Dimyati lebih memÂpertajam komitmen Dede yang tidak akan menjadikan jabatan Komnas HAM sebagai batu loncatan. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.