WAWANCARA

Said Aqil Siradj: Saya Tidak Tertarik Tawaran Politik...

Senin, 30 Juli 2012, 11:20 WIB
Said Aqil Siradj: Saya Tidak Tertarik Tawaran Politik...
Said Aqil Siradj

rmol news logo Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj mengaku tidak pernah berpikir menjadi capres atau cawapres dalam Pemilu 2014.

“Saya tidak tertarik tawaran po­litik. Saya fokus membesarkan NU saja,’’ ujar  Said Aqil Siradj ke­­pada Rakyat Merdeka, kemarin.

Seperti diketahui, pengamat politik M Qodari menilai ada to­koh yang akan diperhitungkan un­tuk maju pada pemilu presiden, yai­tu Said Aqil Siradj dan Din Syam­suddin (Ketum PP Mu­ham­madi­yah). Alasannya karena me­mimpin organisasi kemasya­ra­katan yang jumlah pengikutnya le­bih banyak dari kader dan sim­patisan partai.

“Saya kira secara umum ke­dua­­nya pasti diperhitungkan. Pengikut NU lebih besar dari PKB, bahkan lebh besar dari se­mua partai yang ada. Muhamma­diyah juga lebih besar dari PAN,” kata Qodari.

Said Aqil Siradj selanjutnya mengatakan, jabatan presiden atau raja sebagai amanat.

“Bahkan kalau presiden itu amanat langsung dari Allah SWT. Tuhan itu memberikan keper­ca­yaan sesuai dengan kehendak­nya,” ucapnya.

Berikut kutipan selengkapnya:

Apa sudah ada partai yang mendekati Anda?

Nggak ada.

Sepengetahuan saya nggak ada partai yang menyebut nama saya. Insya Allah saya tidak tertarik dengan tawaran politik. Saya fokus membesarkan NU saja.

    

Ada yang menilai Anda layak menjadi capres?

Hingga saat ini belum ada yang menyebut nama layak untuk maju pada Pilpres 2014. Jika ada yang menginginkan, harus jelas berapa orang dan siapa yang meng­ingin­kannya.

Jadi pemimpin atau presiden atau juga raja itu tidaklah gam­pang. Kalau ada yang meng­ingin­kan saya maju pada Pemilu 2014, ukurannya apa. Berapa juta yang menginginkan saya, kan belum bisa diperhitungkan.


Barangkali warga NU meng­inginkan Anda maju Pilpres 2014?

Tidak ada. Jabatan saya se­bagai Ketua Umum PBNU seba­gai jabatan tertinggi. Harus dike­tahui bahwa presiden itu adalah seorang yang dipercaya penuh oleh Tuhan sebagai man­dataris­nya untuk mengimplementasikan nilai-nilai luhur, rahman dan ra­him-Nya, adil dan bijak, tegas, dan tidak pandang bulu.

   

Seorang pemimpin wajib memiliki sifat tersebut?

Ya dong. Nilai-nilai sifat Allah SWT harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Karena itulah jadi pemimpin atau presiden itu tidak gampang.

   

Bagaimana jika ada partai yang meminang Anda sebagai capres atau cawapres?

Saya tidak pernah mengingin­kannya. Menjadi seorang yang am­bisi itu tidaklah baik. Tapi ka­lau membiarkan juga tidak baik.


Maksudnya?

Misalnya saja ketika ada sese­orang yang berambisi ingin men­jadi imam masjid, itu tidak baik. Tapi kalau membiarkan masjid diimami oleh orang yang tidak me­menuhi syarat, kita akan men­dapatkan dosa juga.

Kalau memang satu masjid ini tidak ada yang memenuhi syarat ke­cuali saya, maka saya ha­rus maju. Jangan sampai mem­biar­kan imam masjid sa­lah. Sebab, ka­lau dibiarkan ma­ka saya akan ikut dosa kan. Se­­per­ti waktu saya maju jadi Ke­tua Umum PBNU.

   

Waktu Anda maju jadi Ke­tum PBNU karena sudah tidak ada lagi yang layak?

Bukan seperti itu. Saya ini tidak pernah punya ambisi atau keinginan. Tetapi setelah dipikir-pikir, sayalah yang paling sedikit kekurangannya di antara calon yang lain.

Kalau yang maju saat itu Gus Mus (Mustofa Bisri) atau Kiai Haji Ma’ruf Amin, saya nggak mau mencalonkan diri.

   

Kenapa begitu?

Karena saya nggak mau ber­saing dengan beliau sebagai kiai besar. Tetapi waktu itu beliau-be­liau ini nggak mau. Bukan saya som­bong, tetapi karena di NU saya ini memang lebih senior dari yang ada di tanfidziyah. karena yang lainnya sudah tua.

   

Artinya, kalau tidak ada yang memenuhi syarat jadi presiden, Anda siap maju?

Bukan hanya saya. Siapa saja yang memenuhi syarat untuk jadi presiden, ya harus maju. Jangan sampai negara ini dipegang  se­orang pemimpin yang tidak me­menuhi syarat.

   

Dalam pendangan Anda, apa syarat untuk jadi presiden?

Syaratnya, dia harus punya ilmu, berpendidikan, bisa berbuat adil, berani, tidak rakus, tidak berlatar belakang korupsi, sehat fisiknya.

Sifat-sifat itulah yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, termasuk presiden atau raja. Jika seorang pemimpin tidak meme­nuhi syarat tersebut, maka ne­ga­ra ini bisa hancur. Yang pasti, NU akan tetap bersikap kritis ke­­pada pemerintah sebagai ba­gian dari tugas membangun bang­sa yang beradab dan ber­karakter.


Sikap kritis seperti apa yang dilakukan NU?

Sikap kritis yang disampaikan ke pemerintah itu didasari atas pertimbangan etis, bukan politis. NU akan mendukung kebijakan pe­merintah yang adil dan benar. Namun kami akan mengkritik se­tiap kebijakan yang tidak adil ba­gi bangsa Indonesia.

Sebagai organisasi sosial ke­agamaan, NU memiliki tugas mem­­bangun mental dan karakter ma­syarakat, tugas membangun bangsa dan membangun sikap kritis. NU memang bukan partai po­litik, namun sebagai orga­ni­sasi masyarakat berbasis ke­aga­maan tetap memiliki tugas mo­ral. [Harian Rakyat Merdeka]


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA