RMOL. Mobil Esemka yang dibuat siswa salah satu sekolah menengah kejuruan (SMK) di Solo, Jawa Tengah ternyata tak lolos uji emisi. Ini tak membuat semangat para pelajar kendor untuk membuat kendaraan roda empat. SMK Negeri 4 Jakarta berhasil merakit mini truk. Kendaraan jenis pick up ini lolos uji emisi.
Senin lalu (30/4) Rakyat MerÂdeka berkunjung ke sekolah yang terletak di Jalan Rorotan 4, CilinÂcing, Jakarta Utara ini. SeÂkoÂlah beÂrada di tengah pemuÂkiÂman penÂduduk. Berhadap-hadaÂpan deÂngan rawa dan empang.
Melintas pintu gerbang besi yang terbuka sebagian, terdapat hamparan lapangan parkir yang lantainya dilapisi dengan coneÂblock. Seorang petugas keÂamaÂnan keluar dari pos yang letaknya dekat gerbang sekolah.
Ketika ditanya dimana tempat pembuatan mobil, satpam yang sudah paruh baya ini mengaku tiÂdak tahu sekolah tempatnya beÂkerja sedang merakit mini truk.
“Di bagian dalam memang ada bengkel yang hampir setiap hari siswanya melakukan praktek bongkar-muat mobil di situ,†ujar petugas satpam itu.
Ruangan yang ditunjuk satpam tersebut berada di kanan sekolah. Tiga mobil pick up berwarna silÂver parkir di depan pintu masuk ruangan tersebut.
Stiker berwarna biru dan kuÂning ditempel di pintu kanan moÂbil tersebut. Stiker itu mÂeÂnyeÂbutkan mobil ini dijual Rp 132 juta. “Itu adalah mobil mini truk yang sudah jadi dan siap dipakai atau dijual. Mobil tersebut adalah hasil rakitan para siswa di sini,†jelas Eko Ariadi, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum.
Menurut Eko, mobil yang suÂdah selesai dibuat akan dibawa ke depan untuk menjalani beberapa tahap pemeriksaan. Mulai peÂngeÂcekan fisik body, mesin hingga tes jalan. Setelah itu kendaraan akan dibawa untuk uji emisi.
Pria yang mengenakan pakaian safari hitam ini mengajak Rakyat Merdeka masuk ke dalam ruaÂngan perakitan mobil. RuaÂnganÂnya cukup besar. Dipenuhi deÂngan berbagai spare part kendaraan.
Di beberapa sudut ruangan terlihat beberapa rangka mobil. Mulai rangka kabin, rangka body dan rangka belakang. Berbagai peralatan bengkel dan kompresor juga memenuhi ruangan berlantai satu itu.
Eko Wicaksono, siswa Kelas II JuÂrusan Otomotif dan seorang reÂkannya sibuk mengutak-atik meÂsin kendaraan yang bentuknya maÂsih setengah jadi. Berulang kali dirinya keluar-masuk kenÂdaÂraÂan sambil memegang kunci pass.
Di bagian belakang, sebuah kabel hitam yang mengÂhuÂbungÂkan baut mesin kendaraan kerap diputarnya ke kiri dan ke kanan menggunakan kunci pass yang dipegangnya. Kalau yakin sudah seÂsuai, Eko lantas menuju ke daÂlam mobil sambil menginjak saÂlah satu pedal di bagian bawah.
“Saya sedang pasang kopling. Untuk mengerjakan ini kami haÂnya berdua saja dan itu pun kalau memang siswanya tidak kebeÂraÂtan dan mau belajar,†kata Eko.
Hari Senin, kata Eko, meruÂpaÂkan jadwal bagi kelasnya meÂlaÂkuÂkan praktik. Pihak sekolah meÂnyediakan waktu praktik hingga jam 12. “Tapi bagi yang masih ingin belajar silakan tetap berada di sekolah dan guru tidak melaÂrangÂnya. Dan bagi saya itu tidak masalah karena yang penting bisa dapat ilmu dari merakit yang saya lakukan,†ujarnya.
Kepala Sekolah SMK Negeri 4 Jakarta Wahidin Ganef meneÂgaskan, para siswanya bukanlah membuat atau merancang kenÂdaÂraÂan. Para siswa hanya merakit kendaraan. Rangka, mesin dan suku cadang sudah disiapkan. UnÂtuk merakit kendaraan mini truk ini pihak sekolah bekerÂjasama dengan PT Focus TulÂsindo dari Cina.
“Sementara untuk proses peÂngadaan barang seperti spare part, mesin dan sebagainya itu dari PT Tulsindo. Karena perusahaan terÂsebut merupakan ATPM (agen tunggal pemegang merk), maka penjualan juga mereka yang meÂlakukan,†jelasnya.
Menurut Wahidin, merupakan hal luar biasa siswa SMK Negeri 4 diberi kesempatan merakit dari mulai nol hingga berbentuk kenÂdaraan. Selama ini, siswa hanya praktik bongkar-pasang mesin kendaraan saja.
“Tentunya diberi kesempatan secara langsung untuk riil meÂlakukan perakitan, itu sesuatu yang luar biasa bagi kami. SeluÂruh siswa yang sesuai dengan bidangnya bisa langsung terlibat dalam proses perakitan itu,†ujarnya.
Wahidin mengungkapkan pada 27 April 2012 lalu mini truk ini rakitan siswanya lolos uji emisi di Laboratorium Balai TeÂrÂmoÂdiÂnamika, Motor dan Propulsi (BTMP), Serpong, Jawa Barat.
Dalam uji coba tersebut, mini truk dipasang mesin bersrandar Euro 2. Mini truk ini berhasil meÂlewati tiga aspek pengujian emisi gas buang. Pertama, hasil uji kaÂdar karbon monoksida (CO) haÂnya 1,14 gram per kilometer. LeÂbih rendah dari standar yang diÂtetapkan 1,25 gram per kilometer.
Kedua, hasil uji kadar hidroÂkarÂbon dan nitrogen 1,26 gram per kilometer. Lebih rendah dari standar yang ditetapkan 1,30 gram per kilometer.
Berikutnya uji emisi gas buang lainÂnya yakni uji particulate (parÂtikel lain). Hasilnya hanya 0,139 gram per kilometer. Lebih rendah dibandingkan batas yang diteÂtapÂkan 0,14 gram per kilometer.
Keberhasilan dalam ujicoba ini ditegaskan dalam surat keputusan Menteri Perhubungan Nomor 70/MP-JTK/BTMP/04/12. KeberÂhasilan tersebut menegaskan mini truk ini menjadi mobil buatan siswa SMK yang pertama lolos uji emisi.
Berapa mobil yang sudah seleÂsai? Menurut Wahidin, sejak muÂlai perakitan beberapa bulan lalu, sudah 17 mini truck yang selesai dibuatnya. Dalam waktu dekat ini, kata dia, ada beberapa mobil yang sudah tahap penyelesaian final.
“Sampai saat ini sudah ada dua unit mobil yang laku terjual. PemeÂsannyadari kalangan pribaÂdi bukan perusahaan yang ingin memanfaatkannya untuk usaha rumahan,†bebernya.
Berapa harganya? Untuk mini truck berbahan bakar standar diÂbanderol Rp 125 juta (on the road). Sedangkan, mini truck hibÂrida Rp 132 juta (on the road). “Dan yang terjual itu adalah mini truck hibrida seharga Rp 132 juta,†katanya.
Dapat fee dari hasil penjualan? “Kalau sekadar uang lelah pihak sekolah dapat. Namun yang meÂnaÂrik dalam kerjasama ini adalah kami diberikan kesempatan untuk membuat salah satu bahan baku dalam pembuatan mobil nanti,†ujarnya.
Konsumsi BBM 1 Banding 13
Pihak SMK Negeri 4 Jakarta belum tahu apakah mini truk haÂsil rakitan siswanya akan diÂproduksi secara massal setelah lolos uji emisi.
“Peran kami untuk merakit bahan-bahan yang sudah diseÂdiakan. Apakah nanti akan diÂproduksi secara massal, itu terÂgantung dari PT Focus Tulsindo selaku pihak yang meÂnyeÂdiaÂkan bahan-bahan dan juga ATPM-nya,†kata Kepala SekoÂlah SMKN 4 Wahidin Ganef.
Namun dengan dinyatakan lulus uji emisi oleh KemenÂteÂriÂan Perhubungan, lanjut dia, teÂlah membuka jalan bagi kenÂdaraan hasil rakitan siswa ini bisa digunakan masyarakat.
Mini truk ini memiliki dua varian. Yakni berbahan bakar standar dan berbahan bakar hibrida. Konsumsi BBM di varian berbahan bakar standar 1 liter untuk jarak tempuh 13 kilometer. Atau, 1 banding 13. Cukup irit.
Sementara konsumsi bahan bakar varian hibrida adalah 1 liter untuk 20 kilometer. DeÂngan demikian, varian ini lebih hemat bahan bakar 40 persen. Bahan bakarnya 60 persen solar dan sisanya hidrogen.
Pemerintah DKI Jakarta berÂjanji akan mengalokasikan dana riset pengembangan keÂpada SMK Negeri 4. TuÂjuanÂnya agar mobil yang telah lolos uji emisi tersebut bisa segera diÂpasarkan.
Jangan Politisir Mobil Karya Siswa SMK
Pihak SMK Negeri 4 Jakarta berharap mobil rakitan para siswanya tidak dibawa ke ranah politik. Karena itu sejak proses perakitan hingga lulus emisi, piÂhaknya sekolah enggan memÂpublikasinya.
Wakil Kepala Sekolah SMK NeÂgeri 4 Eko Ariadi mengaÂtaÂkan, tujuan sekolahnya melaÂkuÂkan perakitan mobil semata-mata untuk memberi pengeÂtaÂhuan bagi para siswa. Tentunya yang terpenting dari perakitan mobil ini adalah pada proses pembelajaran, bukan pada penÂcitraannya.
“Ini bagian dari akademis, bukan politik. Apa yang dilaÂkuÂkan para siswa tentunya harus menghasilkan sesuatu yang berÂmanfaat bagi siswa,†ujarnya.
Demi menghindari proses peÂraÂkitan mobil ini dibawa ke raÂnah politik, pihak sekolah meÂmilih untuk tertutup kepada pubÂlik. Agar dalam proses peÂraÂkitan hingga lulus uji emisi, sekolah bisa fokus pada apa yang dikerjakan.
“Bagi kami bukan publikasi yang akhirnya menimbulkan poÂleÂmik, tapi hasil yang dicaÂpai. Dan Alhamdulillah kita berÂhasil melakukannya hingga bisa diÂnyatakan lolos uji emÂiÂsi,†tegasnya.
Hal senada juga disampaikan Kepala Sekolah SMKN 4 WaÂhidin Ganef. Menurutnya, tidak adanya gembar-gembor dalam perakitan mobil ini lebih diÂfoÂkusÂkan pada hasil dan efekÂtiÂfiÂtas bekerja, bukan pencitraan.
Lagipula, untuk sekadar meÂraÂkit kendaraan di Jakarta itu buÂkanlah sesuatu hal yang luar biasa. “Kalau di daerah, mungÂkin merakit itu sesuatu hal yang luar biasa. Tapi di Jakarta kami menganggap itu hal yang biasa. Makanya kami tidak ingin memÂbesar-besarkannya,†tegasnya.
Menurut Wahidin, selain SMKN 4 Jakarta masih ada 23 seÂkolah lain yang sedang meÂraÂkit kendaraan. “Dalam prakÂtekÂnya mayoritas dari 23 sekoÂlah ini memilih untuk fokus bekerja ketimbang publikasi,†tegasnya.
Untuk diketahui, selain Solo dan Jakarta, SMKN 2 Manado juga sedang sibuk merakit mobil pick up. Dalam setahun ini, para siswa yang mengambil jurusan otomotif sedang belajar merakit mobil sendiri.
“Sekolah mulai dalam tahaÂpan penjajakan merakit mobil dan kami telah menandatangani Memorandum of UnderÂstanÂding (MoU) dengan Perusahaan Fodai PT Tosuro Technology dengan SMK Perakit Komputer di Guangzhou, Cina,†kata KeÂpala Sekolah SMKN 2 Manado Julian Watung.
Dengan MOU itu, SMKN 2 Manado bakal mendapat banÂtuan 3 unit mobil pick up double ban bertenaga diesel yang beÂlum diberi merk. Nantinya siÂsÂwa jurusan otomotif belajar membongkar pasang mobil ini.
“Tujuannya akhirnya adalah siswa dapat mengetahui bagaiÂmana cara merakit sendiri seÂbuah mobil,†jelas Watung yang ditemui di ruang kerjanya.
Upaya tadi, lanjut Watung, diÂlakukan menyusul SMKN 2 MaÂnado menjadi 1 dari 10 SMK di Indonesia yang menÂdapat banÂtuan dari Kementerian PenÂdiÂdiÂkan dan Kebudayaan (KemÂdikÂbud) RI senilai Rp 1,950 Miliar.
“Program ini dimulai dari KeÂmdikbud yang memberikan baÂntuan dana bagi 10 SMK peÂrakit di Indonesia, salah satunya SMKN 2 Manado. Masing-maÂsing sekolah menerima Rp 1,950 Miliar langsung ke rekening sekolah,†lanjutnya. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.