Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Dijual Rp 132 Juta, Sudah Laku Dua Unit

Yuk, Lihat Mini Truk Made In Cilincing

Rabu, 02 Mei 2012, 08:59 WIB
Dijual Rp 132 Juta, Sudah Laku Dua Unit
ilustrasi, SMK Negeri 4 Jakarta berhasil merakit mini tru

RMOL. Mobil Esemka yang dibuat siswa salah satu sekolah menengah kejuruan (SMK) di Solo, Jawa Tengah ternyata tak lolos uji emisi. Ini tak membuat semangat para pelajar kendor untuk membuat kendaraan roda empat. SMK Negeri 4 Jakarta berhasil merakit mini truk. Kendaraan jenis pick up ini lolos uji emisi.

Senin lalu (30/4) Rakyat Mer­deka berkunjung ke sekolah yang terletak di Jalan Rorotan 4, Cilin­cing, Jakarta Utara ini. Se­ko­lah be­rada di tengah pemu­ki­man pen­duduk. Berhadap-hada­pan de­ngan rawa dan empang.

Melintas pintu gerbang besi yang terbuka sebagian, terdapat hamparan lapangan parkir yang lantainya dilapisi dengan cone­block. Seorang petugas ke­ama­nan keluar dari pos yang letaknya dekat gerbang sekolah.

Ketika ditanya dimana tempat pembuatan mobil, satpam yang sudah paruh baya ini mengaku ti­dak tahu sekolah tempatnya be­kerja sedang merakit mini truk.

“Di bagian dalam memang ada bengkel yang hampir setiap hari siswanya melakukan praktek bongkar-muat mobil di situ,” ujar petugas satpam itu.

Ruangan yang ditunjuk satpam tersebut berada di kanan sekolah. Tiga mobil pick up berwarna sil­ver parkir di depan pintu masuk ruangan tersebut.

Stiker berwarna biru dan ku­ning ditempel di pintu kanan mo­bil tersebut. Stiker itu m­e­nye­butkan mobil ini dijual Rp 132 juta. “Itu adalah mobil mini truk yang sudah jadi dan siap dipakai atau dijual. Mobil tersebut adalah hasil rakitan para siswa di sini,” jelas Eko Ariadi, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum.

Menurut Eko, mobil yang su­dah selesai dibuat akan dibawa ke depan untuk menjalani beberapa tahap pemeriksaan. Mulai pe­nge­cekan fisik body, mesin hingga tes jalan. Setelah itu kendaraan akan dibawa untuk uji emisi.

Pria yang mengenakan pakaian safari hitam ini mengajak Rakyat Merdeka masuk ke dalam rua­ngan perakitan mobil. Rua­ngan­nya cukup besar. Dipenuhi de­ngan berbagai spare part kendaraan.

Di beberapa sudut ruangan terlihat beberapa rangka mobil. Mulai rangka kabin, rangka body dan rangka belakang. Berbagai peralatan bengkel dan kompresor juga memenuhi ruangan berlantai satu itu.

Eko Wicaksono, siswa Kelas II Ju­rusan Otomotif  dan seorang re­kannya sibuk mengutak-atik me­sin kendaraan yang bentuknya ma­sih setengah jadi. Berulang kali dirinya keluar-masuk ken­da­ra­an sambil memegang kunci pass.

Di bagian belakang, sebuah kabel hitam yang meng­hu­bung­kan baut mesin kendaraan kerap diputarnya ke kiri dan ke kanan menggunakan kunci pass yang dipegangnya. Kalau yakin sudah se­suai, Eko lantas menuju ke da­lam mobil sambil menginjak sa­lah satu pedal di bagian bawah.

“Saya sedang pasang kopling. Untuk mengerjakan ini kami ha­nya berdua saja dan itu pun kalau memang siswanya tidak kebe­ra­tan dan mau belajar,” kata Eko.

Hari Senin, kata Eko, meru­pa­kan jadwal bagi kelasnya me­la­ku­kan praktik. Pihak sekolah me­nyediakan waktu praktik hingga jam 12. “Tapi bagi yang masih ingin belajar silakan tetap berada di sekolah dan guru tidak mela­rang­nya. Dan bagi saya itu tidak masalah karena yang penting bisa dapat ilmu dari merakit yang saya lakukan,” ujarnya.

Kepala Sekolah SMK Negeri 4 Jakarta Wahidin Ganef mene­gaskan, para siswanya bukanlah membuat atau merancang ken­da­ra­an. Para siswa hanya merakit kendaraan. Rangka, mesin dan suku cadang sudah disiapkan. Un­tuk merakit kendaraan mini truk ini pihak sekolah beker­jasama dengan PT Focus Tul­sindo dari Cina.

“Sementara untuk proses pe­ngadaan barang seperti spare part, mesin dan sebagainya itu dari PT Tulsindo. Karena perusahaan ter­sebut merupakan ATPM (agen tunggal pemegang merk), maka penjualan juga mereka yang me­lakukan,” jelasnya.

Menurut Wahidin, merupakan hal luar biasa siswa SMK Negeri 4 diberi kesempatan merakit dari mulai nol hingga berbentuk ken­daraan. Selama ini, siswa hanya praktik bongkar-pasang mesin kendaraan saja.

“Tentunya diberi kesempatan secara langsung untuk riil me­lakukan perakitan, itu sesuatu yang luar biasa bagi kami. Selu­ruh siswa yang sesuai dengan bidangnya bisa langsung terlibat dalam proses perakitan itu,” ujarnya.

Wahidin mengungkapkan pada 27 April 2012 lalu mini truk ini rakitan siswanya lolos uji emisi di Laboratorium Balai Te­r­mo­di­namika, Motor dan Propulsi (BTMP), Serpong, Jawa Barat.

Dalam uji coba tersebut, mini truk dipasang mesin bersrandar Euro 2. Mini truk ini berhasil me­lewati tiga aspek pengujian emisi gas buang. Pertama, hasil uji ka­dar karbon monoksida (CO) ha­nya 1,14 gram per kilometer. Le­bih rendah dari standar yang di­tetapkan 1,25 gram per kilometer.

Kedua, hasil uji kadar hidro­kar­bon dan nitrogen 1,26 gram per kilometer. Lebih rendah dari standar yang ditetapkan 1,30 gram per kilometer.

Berikutnya uji emisi gas buang lain­nya yakni uji particulate (par­tikel lain). Hasilnya hanya 0,139 gram per kilometer. Lebih rendah dibandingkan batas yang dite­tap­kan 0,14 gram per kilometer.

Keberhasilan dalam ujicoba ini ditegaskan dalam surat keputusan Menteri Perhubungan Nomor 70/MP-JTK/BTMP/04/12. Keber­hasilan tersebut menegaskan mini truk ini menjadi mobil buatan siswa SMK yang pertama lolos uji emisi.

Berapa mobil yang sudah sele­sai? Menurut Wahidin, sejak mu­lai perakitan beberapa bulan lalu, sudah 17 mini truck yang selesai dibuatnya. Dalam waktu dekat ini, kata dia, ada beberapa mobil yang sudah tahap penyelesaian final.

“Sampai saat ini sudah ada dua unit mobil yang laku terjual. Peme­sannyadari kalangan priba­di bukan perusahaan yang ingin memanfaatkannya untuk usaha rumahan,” bebernya.

Berapa harganya? Untuk mini truck berbahan bakar standar di­banderol Rp 125 juta (on the road). Sedangkan, mini truck hib­rida Rp 132 juta (on the road). “Dan yang terjual itu adalah mini truck hibrida seharga Rp 132 juta,” katanya.

Dapat fee dari hasil penjualan? “Kalau sekadar uang lelah pihak sekolah dapat. Namun yang me­na­rik dalam kerjasama ini adalah kami diberikan kesempatan untuk membuat salah satu bahan baku dalam pembuatan mobil nanti,” ujarnya.

Konsumsi BBM 1 Banding 13

Pihak SMK Negeri 4 Jakarta belum tahu apakah mini truk ha­sil rakitan siswanya akan di­produksi secara massal setelah lolos uji emisi.

“Peran kami untuk merakit bahan-bahan yang sudah dise­diakan. Apakah nanti akan di­produksi secara massal, itu ter­gantung dari PT Focus Tulsindo selaku pihak yang me­nye­dia­kan bahan-bahan dan juga ATPM-nya,” kata Kepala Seko­lah SMKN 4 Wahidin Ganef.

Namun dengan dinyatakan lulus uji emisi oleh Kemen­te­ri­an Perhubungan, lanjut dia, te­lah membuka jalan bagi ken­daraan hasil rakitan siswa ini bisa digunakan masyarakat.

Mini truk ini memiliki dua varian. Yakni berbahan bakar standar dan berbahan bakar hibrida. Konsumsi BBM di varian berbahan bakar standar 1 liter untuk jarak tempuh 13 kilometer. Atau, 1 banding 13. Cukup irit.

Sementara konsumsi bahan bakar varian hibrida adalah 1 liter untuk 20 kilometer. De­ngan demikian, varian ini lebih hemat bahan bakar 40 persen. Bahan bakarnya 60 persen solar dan sisanya hidrogen.

Pemerintah DKI Jakarta ber­janji akan mengalokasikan dana riset pengembangan ke­pada SMK Negeri 4. Tu­juan­nya agar mobil yang telah lolos uji emisi tersebut bisa segera di­pasarkan.

Jangan Politisir Mobil Karya Siswa SMK

Pihak SMK Negeri 4 Jakarta berharap mobil rakitan para siswanya tidak dibawa ke ranah politik. Karena itu sejak proses perakitan hingga lulus emisi, pi­haknya sekolah enggan mem­publikasinya.

Wakil Kepala Sekolah SMK Ne­geri 4 Eko Ariadi menga­ta­kan, tujuan sekolahnya mela­ku­kan perakitan mobil semata-mata untuk memberi penge­ta­huan bagi para siswa. Tentunya yang terpenting dari perakitan mobil ini adalah pada proses pembelajaran, bukan pada pen­citraannya.

“Ini bagian dari akademis, bukan politik. Apa yang dila­ku­kan para siswa tentunya harus menghasilkan sesuatu yang ber­manfaat bagi siswa,” ujarnya.

Demi menghindari proses pe­ra­kitan mobil ini dibawa ke ra­nah politik, pihak sekolah me­milih untuk tertutup kepada pub­lik. Agar dalam proses pe­ra­kitan hingga lulus uji emisi, sekolah bisa fokus pada apa yang dikerjakan.

“Bagi kami bukan publikasi yang akhirnya menimbulkan po­le­mik, tapi hasil yang dica­pai. Dan Alhamdulillah kita ber­hasil melakukannya hingga bisa di­nyatakan lolos uji em­i­si,” tegasnya.

Hal senada juga disampaikan Kepala Sekolah SMKN 4 Wa­hidin Ganef. Menurutnya, tidak adanya gembar-gembor dalam perakitan mobil ini lebih di­fo­kus­kan pada hasil dan efek­ti­fi­tas bekerja, bukan pencitraan.

Lagipula, untuk sekadar me­ra­kit kendaraan di Jakarta itu bu­kanlah sesuatu hal yang luar biasa. “Kalau di daerah, mung­kin merakit itu sesuatu hal yang luar biasa. Tapi di Jakarta kami menganggap itu hal yang biasa. Makanya kami tidak ingin mem­besar-besarkannya,” tegasnya.

Menurut Wahidin, selain SMKN 4 Jakarta masih ada 23 se­kolah lain yang sedang me­ra­kit kendaraan. “Dalam prak­tek­nya mayoritas dari 23 seko­lah ini memilih untuk fokus bekerja ketimbang publikasi,” tegasnya.

Untuk diketahui, selain Solo dan Jakarta, SMKN 2 Manado juga sedang sibuk merakit mobil pick up. Dalam setahun ini, para siswa yang mengambil jurusan otomotif sedang belajar merakit mobil sendiri.

“Sekolah mulai dalam taha­pan penjajakan merakit mobil dan kami telah menandatangani Memorandum of Under­stan­ding (MoU) dengan Perusahaan Fodai PT Tosuro Technology dengan SMK Perakit Komputer di Guangzhou, Cina,” kata Ke­pala Sekolah SMKN 2 Manado Julian Watung.

Dengan MOU itu, SMKN 2 Manado bakal mendapat ban­tuan 3 unit mobil pick up double ban bertenaga diesel yang be­lum diberi merk. Nantinya si­s­wa jurusan otomotif belajar membongkar pasang mobil ini.

“Tujuannya akhirnya adalah siswa dapat mengetahui bagai­mana cara merakit sendiri se­buah mobil,” jelas Watung yang ditemui di ruang kerjanya.

Upaya tadi, lanjut Watung, di­lakukan menyusul SMKN 2 Ma­nado menjadi 1 dari 10 SMK di Indonesia yang men­dapat ban­tuan dari Kementerian Pen­di­di­kan dan Kebudayaan (Kem­dik­bud) RI senilai Rp 1,950 Miliar.

“Program ini dimulai dari Ke­mdikbud yang memberikan ba­ntuan dana bagi 10 SMK pe­rakit di Indonesia, salah satunya SMKN 2 Manado. Masing-ma­sing sekolah menerima Rp 1,950 Miliar langsung ke rekening sekolah,” lanjutnya. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA