RMOL. Pemerintah diharapkan bertindak bijaksana atas demo-demo bila harga bahan bakar minyak (BBM) dinaikkan awal April mendatang.
“Menangkapi kelompok yang kritis, tentunya tidak bijakÂsana. Mendiamkan juga tidak bijaksana,’’ kata Sekjen PDI PerÂjuangan Tjahjo Kumolo kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Seperti diketahui, Menko PolÂhukam Djoko Suyanto mengataÂkan, ada gerakan-gerakan yang memanfaatkan keputusan pemeÂrintah menaikkan harga BBM bersubsidi pada April mendatang untuk menggulingkan Presiden. “Sudah mencium,†kata Djoko beberapa waktu lalu.
Tjahjo Kumolo selanjutnya mengatakan, Djoko Suyanto pasti mempunyai jaringan intelijen dari berbagai lembaga. Tapi berÂbagai gerakan masyarakat tidak akan mengarah untuk menurunÂkan kekuasaan saat ini.
Berikut kutipan selengkapnya:
Bila BBM naik tentu ada geÂrakan-gerakan. Saya rasa terus bergerak dan berkembang sebaÂgai bentuk kekuatan rakyat yang protes.
Kita harus melihat dengan cermat strategi-strateginya dan elemen strategis mana yang berÂmain dan bermanuver.
Sejauhmana bisa menganÂtisiÂpasi itu?
Dalam perkembangannya, kita harus bisa melihat sejauhmana antisipasi pemerintah dalam mengatasi berbagai himpitan problematika yang terjadi.
Unjuk rasa yang akan dilaÂkuÂkan masyarakat itu murni karena harga BBM naik atau ada tujuan politis?
Berbagai elemen masyarakat yang ada, lingkungan strategis akan sangat mempengaruhi geÂrakan-gerakan ketidakpuasan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah.
Bukankah unjuk rasa itu maÂsih wajar, kenapa dinilai ada upaya menjatuhkan pemerinÂtah?
Ya wajar dong masyarakat demo kalau tidak puas dengan kebijakan pemerintah. Gelagat tersebut wajar dan sudah sehaÂrusnya Menko Polhukam menÂcium adanya gerakan tersebut dari berbagai data informasi intelijen di bawah koordinasinya.
Apa yang sehaÂrusÂnya dilakuÂkan pemeÂrinÂtah, setelah mengeÂtahui adaÂnya gelagat itu?
Dengan adanya dinamika terÂsebut, tidak cukup pemerintah hanya mengatakan suÂdah menÂcium gelaÂgat tersebut. AcÂtion-nya apa. MeÂnangkapi kelompok yang kritis, tentunya tidak biÂjakÂsana. Mendiamkan juga tidak biÂjaksana.
Bagaimana solusinya?
Harusnya ada langkah kebijaÂkan pemerintah yang cepat tanggap dalam menyelesaikan persoalan ini. Saya yakin Djoko Suyanto sebagai Menko PolhuÂkam sudah melaporkan hal-hal dinamika gelagat di masyarakat kepada Presiden.
Sebagai masyarakat Indonesia wajar kita menunggu apa langkah pemerintah selanjutnya. MenÂcerÂmati gelagat dan dinamika yang berkembang akhir-akhir ini di beberapa wilayah Indonesia, meÂnurut saya banyak penyebabnya.
Apa saja penyebabnya?
Pertama, semakin menurunnya tingkat kepuasan dan kepercaÂyaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang tidak cepat mengÂambil keputusan terhadap permaÂsalahan yang menyangkut hajat hidup masyarakat.
Apa pemerintah lamban daÂlam mengambil keputusan?
Ya, adanya jenjang birokrasi yang panjang, sehingga pemerinÂtah lamban mengambil keputuÂsan. Bisa juga lambannya kepuÂtusan ini karena menunggu perintah atasan.
Mempercepat reformasi biroÂkrasi menjadi sebuah kebutuhan mendesak. Kalau tidak bisa, akan terjadi revolusi sosial karena keÂtidakberpihakan birokrasi kepada masyarakat.
Penyebab lainnya?
Tentunya keputusan politik pemÂbangunan yang akan dilakuÂkan pemerintah, seperti rencana kenaikan harga BBM bersubsidi sangat tidak realistis jika melihat kemampuan masyarakat pada umumnya yang serba kekuÂrangan.
Pengambilan keputusan dari sebuah kebijakan politik pemÂbangunan pemerintah dirasakan kurang berpihak kepada kepenÂtingan atau kebutuhan masyaÂrakat.
Apa kebijakan yang kurang berpihak pada rakyat ini terjadi di semua bidang?
Tentunya di berbagai bidang dan cenderung membangun biroÂkrasi baru. Tidak ada fokus dan arah pembangunan di berbagai daerah saat ini. Banyak tantangan ke depan yang harus dicermati pemerintah.
Misalnya apa?
Masalah lapangan kerja dan tingkat pengangguran serta keÂmiskinan yang semakin tinggi. Ancaman terhadap kebhinekaan dan integrasi bangsa.
Kemudian, merebaknya pemaÂhamam liberalisme atau neo pragÂmatisme. Proses penegakan huÂkum yang masih belum berkeaÂdilan. Masalah kelembagaan dan pranata reformasi birokrasi yang masih tanggung atau belum cepat dituntaskan.
Selain itu, telaahan strategis nasional-regional dan internaÂsional dari intelijen harusnya diÂambil sebagai salah satu pertimÂbangan utama birokrasi dalam pengambilan keputusan dengan cepat. Kuncinya pada kepekaan dan kepedulian serta antisipasi dini. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: