WAWANCARA

Dewie Yasin Limpo: Saya Mau Laporkan ke Polisi Atas Pencemaran Nama Baik

Senin, 11 Juli 2011, 06:21 WIB
Dewie Yasin Limpo: Saya Mau Laporkan ke Polisi Atas Pencemaran Nama Baik
Dewie Yasin Limpo
RMOL. Dewie Yasin Limpo tidak pernah mengiming-iming uang kepada komisioner KPU, I Gusti Putu Arta agar terpilih menjadi anggota DPR.

“Pak Putu Arta di beberapa media menyebutkan saya mau memberikan uang suap sebesar Rp 3 miliar kepadanya, itu ke­bohongan besar dan fitnah,” ujar Ketua DPP Partai Hanura, Dewie Yasin Limpo, kepada Rakyat Merdeka, Jumat (8/7).

Dia mendatangi Putu Arta untuk memprotes mengapa di­batal­kan sebagai anggota DPR. Sebab, MK telah memutuskan dia terpilih.

Selain itu, lanjutnya, dalam per­temuan tersebut dia ditemani beberapa orang dekatnya.

“Kalau dibilang saya sendirian menemui dia, itu bohong. Pak Putu coba ingat-ingat, jangan-jangan ada Dewie lain yang ber­temu dengannya. Sebab, peris­ti­wanya sudah lama. Coba di­ingat,” papar bekas Ketua DPD Partai Hanura Sulawesi Selatan.

Seperti diketahui, I Gusti Putu Arta mengaku pernah didatangi Dewie Yasin Limpo yang me­minta bantuan agar bisa menda­pat kursi di DPR. Pertemuan itu berlangsung di kantor KPU.

Dewie, seperti yang disebutkan Putu, mengiming-imingi dirinya dengan sejumlah uang. Tapi de­ngan tegas dito­laknya. Bahkan Putu mengung­kapkan, dirinya langsung men­dorong Dewie untuk keluar ruangan.

Dewie se­lan­jutnya mengata­kan, Putu Arta bilang saat per­temuan itu bah­wa kasusnya unik. Sebab, su­ratnya sudah ke­­luar tetapi De­wie tidak duduk menjadi anggo­ta DPR.

Menurut De­wie, pada saat itu Putu Arta menepuk pundak­nya, seolah-olah menguatkan diri­nya menghadapi masalah ini.

“Saat itu dia bilang, sudahlah Bu lima tahun lagi bisa mencoba, sambil menepuk bahu saya. Jadi saya tegaskan bukan mendorong saya keluar, tetapi menepuk bahu saya,” paparnya.

Berikut kutipan selengkapnya;
 
Anda sering bertemu dan ber­komunikasi dengan Putu Arta?
O, tidak. Paling ketika rekap suara Pemilu di Hotel Borobudur kita ke­temu. Di sana kan banyak orang. Pada saat itu, semua caleg hadir untuk menunggu hasil perolehan suara.

Kalau tidak benar, kenapa Putu Arta bilang seperti itu?
Tadinya saya tidak ada kecuri­gaan apapun terhadap Pak Putu. Tapi karena dia berbicara seperti ini, saya mulai ada ke­curigaan. Tetapi saya tidak mau meng­ha­kimi seseorang se­belum terbukti kebe­na­rannya. Jangan se­perti orang lain yang be­lum apa-apa sudah menilai buruk kepada saya. Itu kan sama saja mem­vonis orang se­be­­lum orang itu di­putus­kan bersalah.

Apa Anda mau me­­laporkan ke polisi?
Keluarga sekarang sedang membicarakan langkah ke sana. Saya mau melaporkan ke­pada polisi atas pence­maran nama baik saya dan keluarga. Sejauh ini apa yang sudah diper­siapkan, itu urusan pengacara dan ke­luarga.

Apa Anda sudah ikhlas tidak diterima menjadi anggota DPR?
Pada awalnya saya sudah ikhlas. Mungkin ada yang lebih baik dan ada hikmah di balik ini. Tetapi yang mengecewakan saya, katanya keputusan MK itu meng­ikat dan final tapi kok bisa di­ba­talkan oleh sepucuk surat pa­nitera.
 
Sebenarnya ini bukan masa­lah surat palsu ya?
Jujur saja sebenarnya saya bingung, ketika dulu dikatakan ini dibatalkan karena ada surat palsu, saya jadi ketawa, kok surat palsu. Apakah keputusan MK itu tidak final, Kenapa masih ada surat-suratan. Ya berarti tidak final dong keputusan MK itu.
 
Bagaimana sikap pimpinan Partai Hanura?
Mereka mendukung saya me­ngajukan gugatan ke MK. Waktu itu Pak Wiranto beberapa kali menyurati ke MK dan KPU untuk protes. Tapi tidak ada solusinya, maka kami disarankan melapor­kan ke Mabes Polri.

Pak Wiranto sangat paham ma­salah ini, sehingga beliau men­dukung proses ini agar bisa ter­buka semuanya. Kesempatan ini sebenarnya sudah kita tunggu sejak lama.   [rm]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA