Kudeta dilakukan di salah satu hotel di Serang Banten pada Sabtu dini hari, 5 September 2022. Sekitar tiga tahun lalu. Melalui Mukernas dadakan, Suharso Manoarfa dilengserkan.
Kenapa Suharso Manoarfa harus dikudeta? Karena akan mendukung Anies Baswedan di Pilpres 2024. Sesimpel itukah? Iya.
Para kader PPP menuduh, di belakang Mardiono ada Presiden ke-7 RI Joko Widodo alias Jokowi. Operasi senyap intelijen bekerja, dan sukses. Suharso Manoarfa terdepak dan digantikan Mardiono.
Saat dipimpin Suharso Manoarfa, PPP didukung oleh PolMark, lembaga survei ternama milik Eep Saefulloh Fatah sebagai konsultan politiknya. Berbasis data survei Polmark milik Eep, PPP secara elektoral cukup menguntungkan jika mendukung Anies Baswedan di Pilpres 2024.
PolMark bekerja keras untuk menaikkan elektoral PPP, di antaranya dengan menyasar kelompok milenial yang menjadi pemilih pemula. Gerilya ke kelompok milenial telah dilakukan dengan cukup masif.
Di pertengahan jalan, Suharso Manoarfa dikudeta, sekaligus lembaga survei yang mengawalnya yaitu PolMark juga didepak. Kontrak PPP-PolMark berhenti.
PPP selanjutnya dinakhodai Mardiono. Apa hasilnya? Pemilu 2024, giliran PPP yang dikudeta oleh konstituennya. PPP didepak dari Senayan. Terlempar dari Gedung DPR karena suara PPP tidak mencapai empat persen. Di bawah
Parliamentary Threshold. Saat ini, PPP tidak punya satu pun kursi di DPR RI. Selamat tinggal PPP.
Suharso Manoarfa mungkin hanya bisa tersenyum melihat nasib PPP saat ini. "Lu sih..." kira-kira begitu gumam di hatinya. Tidak diketahui, apakah kopi yang sedang diseruput Suharso saat ini terasa pahit atau manis.
Saat ini, publik sama sekali tidak berminat bicara PPP. Ketika saya tulis tentang PPP, mayoritas netizen berkomentar sangat negatif. Di medsos, PPP dibully habis-habisan. Bukan karena PPP gagal masuk Senayan. PPP dibully lebih karena partai Islam ini dianggap sudah kehilangan spirit Ka'bahnya.
Elite PPP dianggap telah meninggalkan konstituennya. Sibuk dengan konflik, pertikaian dan perebutan kekuasaan. Gara-gara menyerahkan PPP untuk sepenuhnya diintervensi oleh kekuasaan Jokowi selama 10 tahun. Saat pemilu, giliran konstituen tinggalkan PPP.
Di era kepemimpinan Mardiono, PPP kolaps. Ini pertama kali PPP gagal masuk Senayan. PPP seperti ditelantarkan.
Tanggal 27 September 2025 ini, PPP menggelar Muktamar. Di Muktamar, calon ketum PPP akan dipilih. Mardiono maju lagi dan didukung oleh elite PPP pro status quo. Sementara kader PPP pro perubahan mendukung Agus Suparmanto, mantan Menteri Perdagangan.
Siapa yang akan jadi ketua umum PPP di Muktamar kali ini? Kelompok status-quo atau kelompok pro-perubahan?
Jika pemenangnya adalah pro-status quo, sulit berimajinasi PPP bisa
recovery. Sebaliknya, pro perubahan menawarkan peluang PPP kembali masuk Senayan.
Apapun hasil Muktamar, itulah pilihan sadar warga PPP. Setiap pilihan ada konsekuensi politiknya.
*Penulis adalah Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa
BERITA TERKAIT: