Qodari Beberkan Perbedaan KSP Sekarang dan Era Moeldoko

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/hani-fatunnisa-1'>HANI FATUNNISA</a>
LAPORAN: HANI FATUNNISA
  • Kamis, 18 September 2025, 15:08 WIB
Qodari Beberkan Perbedaan KSP Sekarang dan Era Moeldoko
AM Putranto dan KSP Muhammad Qodari (Foto: RMOL/Hani Fatunnisa)
rmol news logo Kepala Staf Presiden (KSP) Muhammad Qodari membeberkan perbedaan mendasar antara KSP saat ini dengan era kepemimpinan Moeldoko tahun 2018-2024. 

Dalam acara serah terima jabatan (sertijab) di Kantor KSP, Kamis, 18 September 2025, Qodari menegaskan, secara struktur kelembagaan, terdapat perubahan signifikan dibandingkan dengan masa lalu. 

Salah satunya, kedeputian yang dulu menangani komunikasi politik kini sudah tidak ada lagi karena telah menjadi lembaga tersendiri, yaitu Kantor Komunikasi Presiden (PCO) yang sekarang ditransformasikan menjadi Badan Komunikasi Pemerintah (BKP).

“Saya enggak berani interpretasi memahami istilah zaman Pak Moeldoko ya. Jadi begini, kalau dibandingkan pada era sebelumnya, memang sebetulnya Perpres-nya KSP ini berbeda dalam hal ada satu kedeputian yang sudah tidak ada lagi, yaitu komunikasi politik yang berdiri menjadi organisasi sendiri yang namanya Badan Komunikasi Pemerintah,” ujar Qodari.

Menurutnya, perbedaan ini juga mencerminkan pendekatan kerja yang berubah secara fundamental di era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. 

Program-program prioritas yang dijalankan saat ini sangat banyak dan memerlukan pendekatan lintas kementerian/lembaga, di mana KSP berperan untuk memastikan jalannya program secara menyeluruh.

“Saya bilang KSP ini punya kelebihan karena dia bisa keliling program-program prioritas. Jadi dia memahami bukan hanya dari teks, tetapi juga kita verifikasi ke lapangan,” jelasnya.

Qodari mencontohkan keterlibatan KSP dalam program Sekolah Rakyat dan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Dalam program MBG, kata dia, KSP menekankan pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia sejak dari aspek paling dasar, yaitu gizi anak.

“Banyak yang tidak tahu bahwa 20 persen anak-anak kita masih stunting. Stunting itu kurang gizi. Nah, MBG itu menjadi solusi untuk masalah kesenjangan gizi. Kalau gizinya cukup, IQ-nya meningkat. Sehingga kita betul-betul punya SDM yang berkualitas,” papar Qodari.

Ia menambahkan, peningkatan kualitas SDM bukan hanya soal materi pendidikan, guru yang bagus, atau kurikulum yang baik, tetapi juga memastikan kesiapan anak didik secara fisik dan mental sejak dini.

“Kita melihatnya jangan parsial saja, seolah pendidikan itu hanya aspek sekolahnya saja, tetapi juga aspek gizinya, aspek peserta didiknya itu disiapkan mulai dari yang paling fundamental,” pungkasnya.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA