Ketua Umum Himpunan Alumni Fateta IPB, Luhur Budijarso, menegaskan bahwa Fateta dan para alumninya berada di garis depan dalam mendorong sinergi antara riset, inovasi teknologi, dan kebutuhan nyata di lapangan.
“Saat ini kita menghadapi tantangan yang luar biasa besar dan pemerintah, Pak Prabowo melalui Asta Cita menekankan betapa pertanian ini menjadi garda terdepan,” ujar Luhur di sela Diskusi Akademik di IPB Convention Centre, Bogor, Jawa Barat, Senin 10 Juni 2025.
Kata dia, pertanian akan menjadi garda terdepan sebagaimana arahan Presiden Prabowo. Tantangan yang dihadapi luar biasa besar, dan tidak bisa dijawab oleh satu pihak saja.
"Dibutuhkan kolaborasi seluruh elemen, pemerintah, akademisi, alumni, industri untuk menciptakan solusi yang konkret dan berkelanjutan," kata Luhur.
Saat ini, kata dia, juga tengah berjalan kerjasama kementerian pertanian dengan Fateta untuk pengembangan pertanian berbasis teknologi serta ketahanan pangan.
Sementara itu, Presiden International Union of Food Science and Technology, Prof. Aman Wirakartakusumah, menekankan peran krusial Fateta dalam pembangunan pertanian nasional yang berdaulat, berkelanjutan, dan berkeadilan.
Menurutnya, Fateta sejak awal dirancang sebagai hibrida keilmuan antara teknik, ilmu alam, manajemen, dan teknologi—yang seluruhnya menjadi tulang punggung sistem pertanian modern dari hulu ke hilir.
“Tanpa teknologi, kita kehilangan jiwa pembangunan pangan. Dari pengelolaan lahan, air, pupuk, hingga pascapanen dan industri pengolahan, semuanya membutuhkan pendekatan berbasis sains dan teknologi,” jelasnya.
Dia menambahkan, Fateta IPB memiliki peran strategis dalam mendukung sistem pangan nasional, termasuk aspek kesehatan manusia, energi terbarukan, dan ketahanan lingkungan.
“IPB mencakup seluruh mata rantai pertanian, dan Fateta adalah kunci penghela inovasinya. Pembangunan ke depan harus dipandu oleh teknologi. Ini bukan hanya tentang pangan, tapi tentang masa depan bangsa,” pungkasnya.
BERITA TERKAIT: