Ketiga pasangan itu adalah Ridwan Kamil-Suswono, Pramono Anung-Rano Karno, dan Dharma Pongrekun-Kun Wardhana.
Ketua Koalisi Pemerhati Jakarta Baru (Katar) Sugiyanto mengajak pemilik hak suara menyalurkan pilihannya dengan baik.
"Jangan terprovokasi gerakan "Anak Abah tusuk tiga pasangan calon"," kata Sugiyanto kepada
Kantor Berita Politik dan Ekonomi RMOL, Senin (16/9).
Menurut Sugiyanto, narasi coblos tiga kandidat atau kotak kosong sebenarnya adalah bentuk kekecewaan yang tidak mencerminkan kedewasaan berpolitik.
"Coblos semua kandidat mencerminkan bentuk
mutung politik, sikap kecewa berlebihan karena harapan pribadi atau kelompok tidak terpenuhi," kata Sugiyanto.
Simbol tiga jari bersilang yang digunakan sebagai tanda dukungan untuk coblos tiga kandidat, lanjut Sugiyanto, dapat dianggap mengarah pada semangat golput atau penolakan terhadap proses politik yang sah.
Oleh karena itu, tegas Sugiyanto, bagi mereka yang mendukung demokrasi, langkah terbaik adalah tetap terlibat dalam Pilkada dengan memilih salah satu dari kandidat yang ada.
"Memilih semua kandidat, golput atau mendorong kotak kosong bukan solusi yang mencerminkan kedewasaan politik, melainkan respons emosional yang justru melemahkan proses demokrasi itu sendiri," kata Sugiyanto.
BERITA TERKAIT: