Namun, Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Pamulang (Unpam), Efriza, justru meragukan keseriusan Erick Thohir dalam menyelesaikan kerugian Krakatau Steel yang mencapai 29,14 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau setara dengan Rp476 miliar pada kuartal I 2024.
"Persoalan ini semakin serius karena direksi-direksi ini juga diabaikan oleh Erick Thohir, tidak dilakukan evaluasi atas kegagalan mereka menjalankan penerapan kebijakan," ujar Efriza kepada
RMOL, Senin (8/7).
Efriza menduga, pengabaian Erick Thohir atas kerugian Krakatau Steel tampak dari sikap yang dia perlihatkan dari pernyataannya baru-baru ini.
Di mana, pengamat politik dari Citra Institute itu mendapati Erick Thohir menyerahkan permasalahan kerugian Krakatau Steel kepada dewan direksi.
"Sayangnya, Erick juga tidak akan punya keberanian untuk mengakui kesalahannya, bertanggungjawab, lalu minta maaf kepada publik," tuturnya.
Oleh karena itu, Efriza menilai Erick Thohir lepas tangan terhadap persoalan kerugian Krakatau Steel. Dengan kata lain dia tidak berani mengambil tanggung jawab.
"Jika minta maaf saja tak berani, apalagi melakukan upaya mengundurkan diri. Indikasi Erick Thohir gagal dalam kebijakannya saja diabaikan dengan melempar tanggung jawab kepada direksi," tandasnya.
BERITA TERKAIT: