Hal itu selaras dengan bahasan Presiden Filipina periode 2001-2010, Gloria Macapagal Arroyo, saat jadi pemateri di Golkar Institute dengan tajuk "Presidential Lecture Series; Leadership and Resilience in The ASEAN Region", di DPP Golkar, Kemanggisan, Jakarta Barat, Sabtu (16/9).
"Jadi sekali lagi apa yang disampaikan Ibu Gloria Macapagal Arroyo itu sejalan dengan pembahasan program yang kemarin dibahas di Golkar juga, terutama untuk ketahanan pangan, menangani krisis beras hari ini," ucap Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto, di kantor DPP Partai Golkar, Jalan Anggrek Nelly Murni, Kemanggisan, Jakarta Barat, Sabtu (16/9).
Selain ketahanan pangan, lanjut Airlangga, di dalam KIM juga dibahas beberapa persoalan lain yang menyangkut masalah masyarakat.
"Juga ke depan isu pangan dan
climate change (perubahan iklim), sekaligus untuk mengentaskan kemiskinan. Jadi itu sudah sangat pas," kata Airlangga.
Dalam kuliah umumnya, Gloria Arroyo turut membahas krisis pangan yang pernah terjadi pada 2008 dan dikaitkan dengan kondisi global saat ini. Di mana salah satunya adalah kebijakan India yang akan menahan ekspor berasnya ke sejumlah negara.
"Ibu Presiden Gloria menyampaikan hal yang pernah terjadi pada 2008 yaitu krisis beras dan angkanya mirip terjadi kenaikan harga beras sampai dengan diatas 600 sampai 650. Ini terjadi hari ini di India menahan ekspor beras," kata Airlangga.
BERITA TERKAIT: