Demikian disampaikan Koordinator Perhimpunan Aktivis 98 Ulung Rusman dalam acara Focus Group Discussion (FGD) dengan tema "Anies-Cak Imin Simbol Persatuan Bangsa", di Jalan Saharjo, Jakarta Selatan pada Selasa (5/9).
Ulung mengatakan, bersatunya dua tokoh tersebut sangat positif karena akan menjadi simbol persatuan dua ormas besar Indonesia yakni Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU).
Anies adalah kader Muhammadiyah. Ia kini tercatat sebagai salah satu anggota penasihat Ranting Muhammadiyah Pondok Labu, Jakarta Selatan.
Sementara Muhaimin adalah kader NU. Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tersebut merupakan keturunan pendiri dan ulama NU KH Bisri Syansuri.
Seperti Muhammadiyah dan NU, menurut Ulung, Anies-Cak Imin adalah tokoh yang fokus pada persatuan bangsa dan menjunjung tinggi prularisme dan toleransi dalam menjaga persatuan bangsa.
“Menurut kami, inilah saatnya rakyat Indonesia bersatu dan menunjukkan teladan kebangsaan bagi kehidupan demokrasi yang sejuk. Melalui Mas Anies dan Cak Imin, kami berharap keduanya menjadi perekat persatuan bangsa Indonesia,” kata Ulung yang dikutip Rabu (6/9).
FGD yang dihadiri oleh perwakilan simpul aktivis 98 dari Jabar, DKI Jakarta, dan Banten ini adalah bagian dari penyusunan rencana kerja pemenangan Anies-Cak Imin yang hasilnya akan menjadi bahan sosialisasi kepada aktivis 98 yang terhimpun dalam Perhimpunan Aktivis 98 di daerah-daerah.
"Dari hasil FGD ini akan menjadi salah satu materi sosialisasi kami ke daerah-daerah dalam rangka mengkampanyekan figur Anies-Cak Imin sebagai perekat persatuan bangsa," kata Ulung yang juga tokoh pemuda Tionghoa.
Ulung menambahkan bahwa Perhimpunan Aktivis 98 akan menggelar rembuk kebangsaan setiap dua minggu sekali di perkampungan warga untuk mensosialisasikan pandangan dan sikap Anies-Cak Imin terhadap nilai-nilai kebangsaan, seperti pandangan dan sikap terhadap pluralisme dan toleransi.
"Rembuk kebangsaan ini akan dimulai dari Jakarta, karena Jakarta adalah bukti nyata kepemimpinan Anies Baswedan yang menjunjung tinggi pluralisme dan toleransi. Setelah itu kami mulai di daerah-daerah," demikian Ulung.
BERITA TERKAIT: