Bentangan banner tersebut dipasangkan pada dua titik lokasi, yaitu di Stadion Kanjuruhan Malang dan di pagar depan Balai Kota Malang. Yang mana aksi itu ditujukkan untuk menolak lupa pada tragedi memilukan beberapa waktu lalu.
"Agar masyarakat juga melihat bagaimana tragedi Kanjuruhan terjadi dari sudut pandang media," ujar koordinator aksi, Fajar Agastya yang merupakan salah satu wartawan dari media televisi nasional tersebut, Rabu (9/11).
Ia juga menjelaskan, bahwa aksi ini murni atas inisiatif masing-masing personal wartawan di Malang Raya yang berasal dari lintas bidang peliputan berita, lintas media hingga lintas organisasi.
"Ke depan, kami ingin melanjutkan aksi-aksi ini dengan berbagai media. Teman-teman wartawan televisi berencana membua film dokumenter, lalu jadi buku dari kumpulan narasi berita-berita rekan media cetak dan
online. Begitu pula pameran karya foto jurnalistik dari rekan-rekan fotografer," lanjut Agastya diberitakan
Kantor Berita RMOLJatim.
Lebih jauh, pria yang akrab dipanggil Aga itu mengatakan, mengenai foto-foto karya jurnalistik yang dicetak, JMR berusaha menyusunnya dengan memberi cerita tersendiri untuk bisa disimak publik.
"Dimulai ketika tragedi itu terjadi, kemudian kondisi para korban, aksi teman-teman Aremania turun ke jalan hingga proses autopsi beberapa hari lalu," papar Aga.
Masih di tempat yang sama, Vannany, rekan jurnalis lainnya juga mengungkapkan, ada 50 foto karya jurnalistik yang terpampang di banner yang terpasang di dua titik lokasi itu.
"Foto-foto ini murni kontribusi dari teman-teman wartawan di Malang yang berkaitan dengan tragedi Kanjuruhan. Ada yang memang
un-publish di media maupun sudah ter-
publish. Secara total, ada lebih dari 50 foto di banner," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: