Pesan itu disampaikan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto usai mendoakan Romo Mudji di Kapel Kolese Kanisius, Menteng, Jakarta Pusat pada Senin, 29 Desember 2025.
Secara spesifik, bentuk kritis yang dimaksud yakni saat peristiwa kerusuhan 27 Juli 1996 atau yang disebut Kudatuli di Kantor DPP PDIP.
"Pagi hari saya melaporkan kepada Ibu Megawati Soekarnoputri, karena Romo Mudji ini ketika terjadi peristiwa 27 Juli, beliau dengan pemikiran kritisnya juga ikut membantu gerakan moral di dalam melawan rezim yang otoriter," kata Hasto.
Bahkan, lanjut Hasto semasa mahasiswa, dirinya terinspirasi oleh tulisan Mudji yang seringkali kritis.
Pemikiran dan gagasan serta karya Romo Mudji juga sedikit banyak menginspirasi pemerintah melalui kebijakan.
"Pemikiran-pemikiran Romo Mudji, keberpihakan Romo Mudji terhadap perjuangan kemanusiaan, keadilan akan abadi dan selalu menjadi inspirasi kita semua," jelasnya.
Selain Hasto, beberapa tokoh juga hadir di Kolese Kanisius di antaranya mantan Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin; Sejarawan Anhar Gonggong, Anggota DPR Nurul Arifin dan suaminya, Mayong Suryo Laksono.
Jenazah Romo Mudji Sutrisno disemayamkan di Kolese Kanisius, Menteng, Jakarta Pusat, mulai Senin pagi, 29 Desember 2025.
Misa Requiem (Misa Arwah) untuk mendoakan perjalanan pulang Romo Mudji ke rumah Tuhan akan diselenggarakan sebanyak dua kali di lokasi persemayaman.
Misa Requiem I: Senin, 29 Desember 2025, pukul 19.00 WIB, dan Misa Requiem II: Selasa, 30 Desember 2025, pukul 19.00 WIB di Kolese Kanisius, Menteng, Jakarta Pusat.
Setelah rangkaian doa di Jakarta selesai, jenazah rencananya akan diberangkatkan menuju tempat peristirahatannya yang terakhir di Taman Maria Ratu Damai, Girisonta, Semarang, Jawa Tengah.
BERITA TERKAIT: