Namun secara umum, penyebab serangan Rusia adalah didukung oleh faktor masih marahnya pihak Negara Beruang Putih itu atas digusurnya Viktor Yanukovich pada 2010 di tengah masa kepemimpinannya sebagai Presiden Ukraina.
Yanukovich memang dikenal bersahabat dengan pihak Rusia.
Demikian dipaparkan politikus PDIP, Budiman Sudjatmiko, melalui akun Twitter pribadinya, Kamis malam (24/2).
"Pendukung-pendukung Yanukovich di Ukraina Timur kemudian memproklamasikan dua republik sendiri," jelas Budiman.
Terkait konflik antara Rusia dengan Ukraina ini, menurut Budiman, Pemerintah Indonesia jelas tak bisa tinggal diam.
Alasannya, Rusia dan Ukraina saat masih bergabung dalam Uni Soviet pernah mendukung kemerdekaan dan kedaulatan teritorial Indonesia secara diplomatik (1945). Pun mendukung aksi militer besar-besaran pada 1960-an untuk merebut Irian Barat (sekarang Papua, red).
Budiman yang merupakan Ketua Umum Inovator 4.0 Indonesia juga berpandangan, setidaknya ada 3 pelajaran penting yang bisa diambil Indonesia dari konflik Rusia-Ukraina ini.
Pertama, jangan gulingkan pemerintah yang terpilih secara demokratis dengan pemberontakan. Kedua, jangan memecah-mecah negara.
"Kekuatan-kekuatan besar dunia tak akan berdiam diri saat muncul kekacauan dari faktor pertama dan kedua di atas," ucapnya.
"Urusannya panjang," demikian Budiman Sudjatmiko.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: