Ketua Umum FSB, Hery Haryanto Azumi mengungkapkan kerpihatinannya atas insiden kematian 6 laskar FPI.
Hery berpendapat insiden kematian pengawal Habib Rizieq itu tidak akan terjadi jika dialog (tabayyun) dan kepatuhan terhadap hukum dilakukan sejak awal
"Buntunya komunikasi antara para pihak di Republik ini mengakibatkan risiko benturan yang berujung kepada kekerasan fisik semakin semakin tinggi," demikian kata Hery, Jakarta (12/12).
Hery mengamati saat ini masyarakat terbelah antara mendukung Polisi yang menjalankan tugasnya dan masyarakat yang membela Laskar FPI yang gugur saat mengawal pemimpin yang sangat dihormati di kalangan FPI.
Dalam pandangan mantan Ketum PB PMII ini, tragedi ini tidak boleh dijadikan dasar atau pembenaran untuk melakukan pembalasan kekerasan karena dapat membawa Negara ke tabir perpecahan yang sangat membahayakan.
Hery meminta kepada Presiden Joko Widodo segera menyerukan semua pihak untuk menahan diri. Tujuannya mencegah terjadinya spiral kekerasan.
"Meminta kepada Presiden agar menyerukan kepada semua pihak untuk menahan diri agar tidak terjadi spiral kekerasan (spiral of violence) yang sangat merugikan Bangsa dan Negara," tandas Hery.
Hery mengaku khawatir jika gejolak ini dibiarkan, energi bangsa habis hanya untuk menangangi kekerasan satu dan kekerasan lainnya.
"Presiden harus memimpin rakyat Indonesia menuju Indonesia Emas bersama-sama, jangan ada yang ditinggalkan," pungkasnya.
Enam laskar FPI meninggal karena tertembak oleh polisi di tol Jakarta Cikampek tepatnya di KM 50.
Kapolda Metro Jaya mengatakan aparat terpaksa melakukan penembakan karena 6 laskar FPI menyerang.
Versi berbeda disampaikan FPI, mereka mengaku bahwa 6 laskar yang meninggal pada (7/12) lalu telah diculik oleh orang tak dikenal.
Pihak FPI menegaskan bahwa tudingan polisi yang mengatakan laskarnya membawa senajata tajam dan senjata api merupakan fitnah dan kebohingan luar biasa.
BERITA TERKAIT: