Sorotan itu tertuju pada aksi hura-hura dan pengumpulan orang yang melanggar ketentuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Terlebih dalam sejumlah video dan foto yang beredar, tampak ada biduan yang menjadi pengisi acara ini.
Seorang alumni IPDN mempertanyakan kehadiran para biduan tersebut. Mereka khawatir biduan itu menjadi pembawa virus corona, sehingga karantina para praja yang sudah berlangsung selama 80 hari akan sia-sia.
“Ini mereka (praja) sudah rela makan tidak di Menza (gedung Nusantara), tapi di barak. Mereka juga rela untuk tidak mudik saat lebaran, tapi kenapa malah datangkan biduan dangdut ke kampus?†ujar seorang alumni yang kepada
Kantor Berita Politik RMOL tidak mau disebutkan namanya, sesaat lalu, Selasa (26/5).
Alumni ini mengaku juga mendapat kabar dari adik-adik yang masih berada di kampus bahwa para biduan dibayar puluhan juta untuk menghadiri acara dadakan itu.
Sementara menanggapi pernyataan Kepala Biro Kerja Sama dan Hukum IPDN Baharuddin Pabba yang menyebut kehadiran penceramah dan penyanyi untuk menjaga fisik dan psikis para praja, sang alumni justru makin geram.
Menurutnya, esensi dari kritik ini adalah kehadiran orang luar yang berpotensi menyebarkan virus corona ke dalam kampus.
Jikapun ingin ada penyegaran fisik dan psikis para praja, maka bisa dilakukan dengan cara-cara yang menaati protokol kesehatan saat corona.
“Bisa dengan virtual mungkin,†kesalnya alumni yang terpaksa bersuara lantang lantaran peduli dengan masa depan almamaternya itu.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: