"Radikalisme yang dimaksud seperti apa, tolok ukurnya bagaimana, apakah pegawai BUMN melakukan teror?†tanya Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu Arief Poyuono kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (20/11).
Menurut dia, seharusnya BIN memiliki tolak ukur dan indikator yang jelas penyebab orang menjadi radikal. Karena secara teori, jelas Arief, munculnya radikalisme dipengaruhi beberapa faktor seperti kemiskinan atau ada hak-hak yang tidak terpenuhi.
"
Nah kalau pegawai BUMN gajinye gede-gede. BIN harus tahu terjadinya radikalisme itu karena hak-hak tidak terpenuhi atau tertekan," katanya.
Jika pun ada pegawai BUMN berpenampilan seperti disyariatkan agama Islam yakni memelihara jenggot, jangan langsung dituduh radikal. Sebab, lanjut Arief, bisa saja mereka sehabis pulang ngantor atau di sela waktu salat zuhur melakukan kajian agama.
"Nggak apa-apa
kan, di mananya yang salah?" tanya Arief yang juga wakil ketua umum DPP Partai Gerindra.
[wid]
BERITA TERKAIT: