Kata Mr. Gabor Mate (physician-cum-psychotherapist), "
People with ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) are hypersensitive"
Menurut Elaine N. Aron Ph.D, 15-20 persen populasi dunia lahir dengan
a high level of sensitivity. Misophonia (hyperacusis) adalah penyakit terlalu sensitif terhadap suara. Photophobia berarti rasa tidak nyaman akan cahaya terang.
Religiophobia artinya
a fear or hatred of religion, religious faith, religious people and religious organisation. Orang-orang hypersensitive terhadap agama disebut "Religiophobic".
Mereka anti para pemuka agama, ulama, dan organisasi agama. FPI dicibir. Habib Rizieq difitnah. HTI dibubarkan. MUI dicaci-maki. Muhamadiyah ditarget.
Selain punya problem ADHD, para religiophobic sering mengidap asma, eczema, dan alergi. Dalam kasus ini, mereka alergi agama. Mereka bilang, Indonesia adalah negara Overdosis agama. Edan banget pendapat mereka. Tanpa rujukan, tanpa data, tanpa analisis. Cuma modal "asal-bunyi" saja.
Menurut Michele Novotni (psikologis), para penderita hypersensitive pasti punya gangguan emosional reaktif. Religiophobic langsung
freak out begitu ada posting tentang agama. ADHD bikin mereka sulit memfilter informasi yang masuk dan keluar.
But like ADHD, hypersensitive religious hater (religiophobic) harus dikontrol dan dimanage. Agar positif aspek seperti kreatifitas, empati, kontemplasi in depth bisa keluar. Mayoritas ahli mental dan penderita hypersensitive sepakat dengan satu solusi general. Solusinya tinggal di hutan.
Nah, dengan hidup sendirian di hutan, para religiophobic ini ngga akan dengar atau baca berita soal agama, Habib Rizieq, FPI, Muhamadiyah atau HTI. Tenang deh hidup mereka.
[***]
BERITA TERKAIT: