Perbedaan pilihan politik di Pilkada menjadi masalah besar. Sesama masyarakat saling curiga dan saling hujat baik di media sosial maupun di kehidupan sehari-hari.
"Harus ada tindakan cepat dari pemerintah dan
civil society untuk menanggulangi situasi ini," ujar mantan calon gubernur DKI Jakarta, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), saat menerima redaksi
Kantor Berita Politik RMOL di AHY Command Center, Jalan Wijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan (Selasa pagi, 30/5).
AHY mengatakan, perbedaan politik di Pilkada Jakarta sudah melebar ke potensi konflik yang mengatasnamakan keyakinan individu atau agama.
"Dan situasi ini sudah melewati batas-batas Jakarta, sangat mengkhawatirkan," ucap putra pertama dari Presiden ke-6 RI ini.
Menurutnya, akan lebih mudah diatasi jika ketegangan sosial terjadi hanya karena perbedaan dalam memilih tokoh politik, seperti terjadi di Pilpres 2014.
Sebaliknya, masalah akan sangat sulit diatasi jika sudah melebar ke sentimen perbedaan agama. Dan akan lebih parah kalau sentimen itu merasuk sampai ke jajaran TNI dan Polri yang berfungsi sebagai garda persatuan nasional.
Sebagai mantan perwira menengah militer yang pernah ditugaskan ke daerah konflik, AHY mengaku sudah cukup banyak mempelajari bahwa perpecahan masyarakat akan mengantarkan negara kepada konflik sosial atau bahkan perang saudara.
"Kalau sudah menyinggung
belief (kepercayaan), sangat sulit. Saya sangat khawatir negara ini menjadi negara gagal seperti negara-negara lain yang mengalami perpecahan," ucap AHY sambil mengepalkan tangan kiri di dadanya.
[ald]
BERITA TERKAIT: