Rachma: Perang Melawan Terorisme Untuk Hancurkan Islam Secara Sistematis

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/yayan-sopyani-al-hadi-1'>YAYAN SOPYANI AL HADI</a>
LAPORAN: YAYAN SOPYANI AL HADI
  • Rabu, 03 Agustus 2016, 14:29 WIB
Rachma: Perang Melawan Terorisme Untuk Hancurkan Islam Secara Sistematis
Rachmawati Soekarnoputri/Net
rmol news logo . Sejatinya, perang melawan terorisme adalah justru untuk menghancurkan Islam secara sistematis. Dan penanganan kasus teroris tidak akan efektif selama tidak menyentuh akar persoalan yang melahirkan terorisme.

"Fenomena terorisme di masa kini merupakan hasil dari persaingan upaya negara-negara kapitalis dan perusahaan multinasional memperebutkan sumber daya alam," kata tokoh nasional Rahmawati terkait kabar bahwa PDI Perjuangan dan UMNO menjalin kerjasama untuk mencegah radikalisme, dalam keterangan beberapa saat lalu (Rabu, 3/8).

Menurut Rachma, menangkal terorisme harus dilakukan pertama kali dengan menemukan akar dari masalah yang menjadi penyebab awal terorisme, yaitu ketidakadilan. Terorisme merupakan produk yang diciptakan aktor kapitalisme global dengan menggunakan kaki tangan atau antek non-state agent atau state agent dalam proxy-war.

"Tujuannya adalah untuk menghancurkan Islam dan negeri-negeri Muslim secara sistematis," tegas Rachma,

Menghancurkan Islam dan memporakporandakan kehidupan Muslim, sambung Rachma, dilakukan untuk memperkuat hegemoni aktor kapitalisme global di negeri-negeri muslim yang umumnya kaya akan sumber daya alam seperti minyak bumi dan gas, seperti yang ada di Indonesia dan Malaysia.

"Skenario ini mendapatkan justifikasi dari ilmuwan politik seperti Samuel Huntington dalam buku  the clash of civilization," tegas Rachma.

Menurut Rachma, masyarakat setempat yang merasa harus melindungi hak dan memilih melakukan perlawanan dengan jalan kekerasan untuk menghadapi eksploitasi dan hegemoni yang menghasilkan ketidakadilan, ketimpangan dan penderitaan akan dicap sebagai teroris dan dijadikan musuh bersama.

"Liberal kapitalisme melahirkan penguasa proxy koruptif yang menyengsarakan rakyat jadi mana lebih berbahaya?" demikian Rachma. [ysa]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA