Demikian disampaikan anggota DPR RI Komisi VII dari Fraksi PDIP, Dewi Aryani. Lewat perangkat komunikasinya, Caleg nomor 2 Dapil Jateng 9 (Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, Kota Tegal) ini menyebarkan sebuah pesan singkat yang isinya tentang renungan kepemimpinan.
Kepada
Rakyat Merdeka Online, Dewi mengaku tergelitik melihat begitu banyak orang berlomba menjadi pemimpin walau sangat berat amanah yang akan dipikulnya kelak.
Kembali ke renungan tadi, menurut dia, astabrata bersifat universal, bisa diterapkan di mana saja sepanjang masa. Bila dijalankan secara integratif dunia aman dan damai.
"Mampukah para pemimpin dan para calon pemimpin di Indonesia berlaku demikian, demi menciptakan tata titi tentrem kerta raharja, dan mamayu hayuning bawana (menjaga ketertiban dunia) dan bukan sekedar slogan?" ucapnya.
Dia jabarkan lagi, bahwa masyarakat Jawa beranggapan bahwa ratu (pemimpin) adalah titisan Wisnu. Ia mengayomi semua pihak tanpa pandang bulu, semua diperlakukan sama. Dalam diri seorang pemimpin bersemayam 8 dewa, Betara Indra, Yama, Surya, Candra, Anila, Kuwera, Bharuna, dan Agni, ia menjelma sebagai ratu gung binathara trah andana warih, trahing kusuma rembesing madu, ia berwibawa.
Maksudnya setiap pemimpin harus, mengikuti Ambeging lintang, bahwa seorang pemimpin harus takwa kepada Tuhan, dan menjadi teladan bagi masyarakat, bercita-cita tinggi, dengan semboyan mamayu hayuning bawana, demi kesejahteraan dunia.
Ambeging surya, bahwa seorang pemimpin harus mengikuti watak dewa matahari. Ia sabar dan setia, panas yang membara di musim kemarau, mampu memberikan kekuatan pada semua makhluk. Ia bertindak adil, berwibawa, merakyat, tanpa pamrih, setia kepada negara dan bangsa sepanjang masa.
Ambeging rembulan, bahwa seorang pemimpin harus memiliki watak seperti dewa bulan. Dia memberikan penerangan dalam kegelapan. Pemimpin harus dapat menciptakan suasana gembira, damai, memberikan solusi saat rakyat bermasalah. Sinarnya yang lembut mampu memberikan kedamaian dan kesejukan bagi rakyat yang sedang menderita.
Ambeging angin, pemimpin harus memberikan kesejukan bagi rakyat. Angin bertiup menyejukkan. Pemimpin harus mampu memberikan solusi terhadap berbagai masalah yang dihadapi rakyat.
Ambeging mendung. Awan yang menggantung memang menakutkan. Tetapi ia juga memberikan kegembiraan bagi makhluk hidup. Mendung selalu menaburkan hujan. Pemimpin harus berwibawa tetapi tidak menakutkan, sehingga timbul sikap ajrih asih, dan membagikan rezeki kepada rakyat secara merata.
Ambeging geni, api memiliki watak panas. Pemimpin harus mampu menegakkan keadilan, dikaitkan dengan pemberantasan kejahatan dan terutama korupsi yg sdh merajalela saat ini. Siapa pun yang melanggar undang-undang harus dipidana setimpal dengan kesalahannya.
Ambeging banyu, banyu identik dengan laut. Seorang pemimpin harus berwatak samudera dalam arti sabar, berwawasan luas, bisa meredam berbagai masalah bangsa, tanggap, pemaaf, dan menentramkan jiwa rakyat.
Dan, ambeging bumi. Bumi pertiwi itu sabar, adil, pemurah dan pengasih. Ia memberikan berbagai anugerah kepada umat, berupa sumber daya alam dan mineral, tetumbuhan dan binatang demi kesejahteraan umat manusia. Dengan anugerahnya umat bisa merasakan kemakmuran dan terciptalah kedamaian.
Melihat syarat-syarat itu, menurut Dewi, amat berat sesungguhnya bagi rakyat untuk mencari seorang pemimpin yang baik.
Suah ya ternyata mencari pemimpin untuk negeri kita ini. Berat amanahnya," sebut Dewi, menyambung pesannya.
Dewi mengaku tetap merasa heran dan tak mendapat jawaban pasti, mengapa di tengah kompetisi politik amanah yang sangat berat itu seakan dilupakan dan semua elite politik hanya memikirkan bagaimana cara mencapai kekuasaan.
[ald]
BERITA TERKAIT: