Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kepala Polisi Federal Australia Terkesan Pola Soft Approach BNPT

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Kamis, 08 Maret 2018, 09:29 WIB
Kepala Polisi Federal Australia Terkesan Pola <i>Soft Approach</i> BNPT
Adrew Colvin dan Suhardi Alius/Humas BNPT
rmol news logo Kepala Kepolisan Federal Australia (Australian Federal Police/AFP Commissioner), Adrew Colvin merasa terkesan dengan cara yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam menjalankan program penanggulangan terorisme.

Demikian dikatakan Kepala BNPT, Komjen Pol. Suhardi Alius usai menerima kunjungan AFP Commisioner di kantornya, Jakarta, belum lama ini.

"Kepala Polisi Federal Australia menanyakan kepada kami bagaimana masalah penanggulangan terorisme yang dilaksanakan oleh BNPT sejauh ini, Kami jelaskan bahwa kami mengkombinasikan antara hard approach (pendekatan keras melalui penegakan hukum) dan soft approach (pendekatan lunak)," ujar Komjen Suhardi.
 
Kepada Adrew Colvin, Kepala BNPT menyampaikan bahwa penerapan pola hard approach itu tidaklah menyelesaikan masalah. Oleh karena itu BNPT selalu menggunakan cara soft approach.

"Saya katakan bahwa yang kita utamakan selama ini adalah masalah soft approach, bagaimana menyentuh akar masalah yang selama ini menjadi masing-masing variabel penyebab terorisme itu dengan baik," ujar mantan Sekretaris Utama Lembaga Ketahanan Nasional (Sestama Lemhanas) RI ini.

Untuk lebih meyakinkan delegasi AFP, dalam pertemuan tersebut Suhardi memutarkan film mengenai upaya BNPT selama ini yang telah membuat boarding school di Sei Mencirim, Deli Serdang, Sumatera Utara dan di Desa Tenggulun, Lamongan, Jawa Timur. Di mana di dua lokasi tersebut dibangun pesantren untuk menampung anak-anak dari mantan napi teroris atau kombatan agar mereka tidak mengikuti jejak orang tuanya yang salah di masa lalu.

"Bagi pihak Australia (AFP) untuk yang di Desa Tenggulun ini sangat special sekali di mata mereka. Karena disitulah tempat 1,2 ton bom Bali dibuat kemudian dikirim ke Bali untuk diledakkan. Jadi itu sangat berkesan bagi AFP," ujar mantan Kapolda Jawa Barat ini.

Lebih mendalam lagi, alumni Akpol tahun 1985 ini menjelaskan bahwa di Desa Tenggulun ada sebanyak 38 mantan narapidana kasus terorisme dan kurang lebih 100 anak-anaknya itu yang selama ini mungkin dimarjinalkan.

"Dan sekarang tempat tersebut sudah berubah dari desa teroris menjadi desa yang damai, desa yang dapat menyampaikan pesan damai antiradikal disitu. Nah itu rupanya itu sesuatu yang sangat luar biasa bagi pihak AFP," ujarnya 

Delegasi AFP pun menyimak dengan baik  langkah-langkah lain yang dilakukan BNPT seperti bagaimana mengurus eks napi teroris yang sudah sadar, anak-anaknya, bahkan sudah mengembang kepada korban-korban dari aksi terorisme.

"Kami sampaikan pula bahwa minggu lalu kami pertemukan antara korban dengan mantan napi teroris yang sudah sadar. Di mana mereka saling memaafkan. Kepala polisi Australia juga terkesan sekali ketika kami menggunakan mantan napi teroris untuk menjadi narasumber untuk memberikan penyadaran kepada rekan-rekannya yang belum sadar. Dan ini menjadi suasana yang baru bagi AFP dan akan dipelajari betul masalah soft approach ini,” paparnya.

Dari penjelasan dari kepala BNPT tersebut, Adrew Colvin pun meminta agar bisa diputarkan film sama di hadapan seluruh peserta konferensi ASEAN-Australian Special Summit yang akan digelar di Sidney, Australia pada 17-18 Maret 2018.

"Bahkan Kepala AFP akan mengatakan kepada penyelenggara konferensi itu nanti di Sidney agar bisa memberikan porsi waktu yang agak panjang kepada saya untuk bisa mempresentasikan itu semuanya kepada para peserta konferensi," ujar mantan Kadiv Humas Polri ini.

Tak ketinggalan Kepala BNPT juga menjelaskan langkah pihaknya merekrut blogger dan nitizen muda yang tergabung dalam duta damai di dunia maya untuk menyebarkan paham-paham anti radikal, paham kedamaian.

"Tentunya ini sesuatu yang sangat baru bagi mereka dan bisa menjadi contoh," kata mantan Wakapolda Metro Jaya ini..

Lebih lanjut ditanya kemungkinan ada kerja sama dengan AFP, Suhardi menyebut salah satunya melalui Jakarta Center For Law Enforcement Cooperation (JCLEC/Pusat Pelatihan Investigasi Polri) dalam rangka capacity building.

"Selain itu kita juga akan melakukan sharing informasi dengan pihak Australia secara proposional," ujar pria kelahiran Jakarta 10 Mei 1962 ini mengakhiri.[wid]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA