Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Teror Di Ruang Publik Dan Korban Berjatuhan, Kami Benar-Benar Takut Pak

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Jumat, 26 Mei 2017, 05:36 WIB
Azas Tigor Nainggolan
rmol news logo Menjawab teror dengan mengatakan "kami tidak takut" sama saja membiarkan aksi terorisme terus berulang; sama saja meninabobokkan pemerintah yang lalai menjalankan tugas mengamankan rakyatnya; dan sama saja membiarkan terus negara tidak berfungsi dengan baik.

Demikian disampaikan Ketua Forum Warga Jakarta (FAKTA), Azas Tigor Nainggolan, dalam keterangan tertulisnya (Kamis, 25/5). [Baca: Kampanye Kami Tidak Takut Sama Saja Membiarkan Aksi Terorisme Terus Berulang]

"Coba pikirkan betapa lalainya negara menjaga keselamatan rakyatnya sendiri. Kok bisa ya fasilitas publik, sebuah terminal bus bisa dibom. Bagaimana pula penjagaan fasilutas publik, terminal bus Kampung Melayu bisa dibom dan tidak ada pengawasan?" ungkapnya.

Dia menegaskan teror tersebut jelas ditujukan pada rakyat kecil yang biasa menggunakan fasilitas layanan terminal dan angkutan umum. Karena itu menurutnya, teror tersebut semakin takut  ketika menggunakan fasilitas publik.

"Jujur saja saya akhirnya takut juga dong. Kalau enggak takut itu enggak waras juga dan saya masih manusia. Ada korban meninggal dunia dan luka-luka karena teror bom," tegasnya.

Menurutnya, kalau para pejabat pemerintah bisa saja mengimbau rakyat tidak perlu takut pada teror bom. Karena mereka menikmati pengawalan ketat aparat sepanjang hari.

"Nah kalau rakyat kecil siapa yang mengawal mereka. Sementara ada teror bom pemerintah bisa tidak tahu. Apa kerja intelejen pemerintah? Kok bisa tidak tahu ada teror bom," katanya mempertanyakan.

"Baru setelah kejadian pemerintah menyatakan konsen dan perhatian serta melakukan penjagaan. Sudah jatuh korban pak pemerintah, jangan hanya seremonial di depan media seolah menjaga rakyat. Coba rasakan kedukaan yang menyelimuti keluarga korban teror bom. Coba rasakan ketakutan dan kesakitan luka-luka korban teror bom, sambungnya.

"Sudah terlambatlah sekarang jaga-jaga dan sibuk. Sebelum terjadi bom meledak kemana dan apa saja kerja kalian? Kok berseru-seru jangan takut. Tapi kalian kerja apa? Kalau kami tidak takut itu hanya menghibur diri sendiri di tengah ketiadaan negara menjaga rakyat," sindir Tigor.

Dia mengingatkan kembali jika rakyat terlalu mudah sering menyatakan tidak takut berarti permisif atas kelalaian, lemahnya kinerja pemerintah dan berulangnya teror bom.

"Jangan takut mengatakan bahwa kita takut karena kita masih manusia. Mari pemerintah agar berfungsi secara baik memberikan rasa aman kepada rakyatnya sendiri. Memberi rasa aman adalah tanggung jawab negara dan jangan dibebankan pada rakyat," tandasnya.[zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA