Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Teroris Medan Kegoda Duit 10 Juta

Selasa, 30 Agustus 2016, 09:26 WIB
Teroris Medan Kegoda Duit 10 Juta
Barang bukti bom bunuh diri di Gereja Katolik Stasi Santo Yoseph, Medan/Ist
rmol news logo Gara-gara tergiur duit Rp 10 juta, IAH nekat melakukan aksi bom bunuh diri. Aksi itu gagal, pelaku yang masih belia ini malah babak belur dikeroyok massa.

IAH melakukan aksinya Minggu (28/8) pagi di Gereja Katolik Stasi Santo Yoseph, Medan, Sumatera Utara. Di tengah misa pagi yang dipimpin Pastor Albert S Pandiangan, sekitar pukul 08.30 WIB, IAH yang membawa ransel di punggungnya berdiri dari kursi jamaah.

Tiba-tiba dari ransel itu keluar percikan api dan asap. Percikan api itu sempat membakar IAH. Melihat itu, jamaah panik. Mereka kalang kabut, berhamburan. Di tengah kepanikan, IAH berjalan ke arah mimbar menghampiri Albert. Tangannya menghunus pisau dapur.

IAH langsung menyerang Albert. Tangan sang pastor terluka terkena sabetan pisau IAH. Sebelum menyerang lagi, IAH keburu dihentikan jamaah gereja. Ia lantas jadi bulan-bulanan hingga babak belur.

Personel Den Gegana Polri yang turun ke lokasi langsung melakukan sterilisasi di gereja itu. Kepada polisi, lelaki berusia 18 tahun ini mengaku hanya disuruh melakukan penyerangan itu.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Polisi Agus Rianto mengatakan, terduga pelaku yang lahir di Medan, 22 Oktober 1998 itu dijanjikan uang Rp 10 juta oleh seseorang yang ditemuinya, Kamis (25/8). Orang itu menyuruhnya menyerang gereja.

"Orang itu bilang, 'kalau kamu mau uang, kamu lakukan ini'. IAH menjawab, 'oke saya mau, saya akan lakukan'," kata Agus di Mabes Polri, kemarin.

Uang Rp 10 juta belum diterima IAH. Orang itu hanya memberi bahan pembuat bom, yakni black powder.

"Black powder yang diberikan ke IAH sebagai material yamg nanti dicampur korek api sebagai amunisi atau mesiu dalam proses pembuatan bahan peledak yang akan digunakan nantinya," ungkap Agus.

Keesokan harinya, IAH disuruh membeli korek api. Dia mulai merakit bom di rumahnya, Jalan Setia Budi Gang Sehati, Nomor 26. IAH belajar dari internet. Setelah selesai, dia menguji coba sebuah bom di atas rumahnya, Sabtu (27/8).

Bom itu meledak. Ledakan itu juga terdengar oleh kakaknya. Namun karena ledakannya hanya sebesar mercon, tak ada yang curiga.

"Berbekal dari pengalaman hari Sabtu itu, Minggu pagi IAH melaksanakan niatnya sesuai apa yang diarahkan orang lain tersebut," ujar Agus.

Kepolisian kini memburu orang yang menyuruh IAH. "Orangnya ini yang kami cari. Kan bisa ada, bisa nggak," tutur Agus.

Menko Polhukam Wiranto menyebutkan, sejauh ini pelaku teror bom itu bukan merupakan anggota teroris jaringan internasional. IAH, diduga hanya simpatisan ISIS karena di ranselnya ada tulisan "I Love Al Baghdadi". Abu Bakar Al Baghdadi adalah pimpinan kelompok radikal timur tengah itu.

"Sekarang sedang pendalaman terus-menerus. Tapi hasil pendalaman sementara dia bukan masuk jaringan terorisme internasional," ujar Wiranto di sela acara peluncuran Indeks Kerawanan Pemilu Bawaslu RI di Hotel Arya Duta, kemarin.

Dia memastikan, dalam aksinya Minggu lalu, IAH hanya sendirian. Dia membawa enam bom rakitan. Bom rakitan itu hanya berisi semen dan bubuk mesiu dengan korek api, sehingga hanya berdaya ledak rendah. Di dalam ransel pelaku juga ditemukan pisau, kampak, dan benda-benda tajam lainnya.

Wiranto mengatakan, IAH belajar merakit bom secara otodidak dari internet dan kerap menghabiskan waktunya untuk main internet di warnet milik kakaknya. Dia mencari segala informasi terkait ISIS.

"Sehari-hari dia aktif di warnet itu, belajar dan mencari informasi. Dia terinspirasi kelompok garis keras dari internet, lalu dia belajar mengemas bom dari internet," jelasnya.

Senada, Kepala BIN Sutiyoso menyebut IAH adalah lone wolf, alias melakukan aksi terornya sendiri. Sebagai simpatisan ISIS, IAH sepertinya mendengar seruan ISIS di Suriah yang mengubah strategi serangannya.

"Jadi serangan terhadap teroris ini ISIS, mengubah strategi dan ada di Syria bahwa semua simpatisan diminta melakukan aksi di tempat masing-masing, negara masing-masing," papar eks gubernur DKI Jakarta ini.

Sutiyoso menolak BIN dikatakan kecolongan. Dia menegaskan, intelijen sudah memberitahukan tentang potensi ancaman bom yang berada di Medan. Warning itu, kata Sutiyoso, dikeluarkan sejak lama sebelum aksi tersebut terjadi. rmol news logo article

Sesuai rekomendasi Dewan Pers, berita ini telah dikoreksi pada 28 Februari 2024. Dengan mempertimbangkan kewajiban perlindungan terhadap anak, nama pelaku dikoreksi dengan inisial.

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA