.Jelang keberangkatan Timnas InÂdonesia ke Malaysia untuk berÂlaga di Piala AFF, beredar kaÂbar mengenai sebuah taruhan unik.
Taruhan itu isinya kira-kira begini: “Kalau timnas terhenti di penyisihan grup AFF Cup, saya akan mundur. Namun, jika timÂnas juara, saya akan minta La Nyalla cs dan Menegpora harus meÂngundurkan diriâ€.
Pernyataan itu, menurut kabar sekitar dua pekan lalu, keluar dari mulut Ketua Umum PSSI Djohar Arifin. Djohar yang meÂrasa gerah dengan pemberitaan tersebut, langsung mengeluarkan banÂtahan tegas bahwa dia tak perÂnah melemparkan taruhan seÂperti itu.
Lepas dari kerjaan orang iseng atau hanya isu belaka, sesungÂguhÂnya pertaruhan itu bakal terÂjadi nanti malam saat Indonesia menjalani laga hidup-mati melaÂwan Malaysia.
Malam nanti pilihannya hanya dua: kalau menang bakal dielu-elukan. Sebaliknya, kalau kalah diÂÂhujat. Semua pemain dan peÂlatih di seluruh dunia pasti meÂnyadari kondisi ini. “Itulah duÂnia kami, itulah dunia sepak boÂla. Ketika menang, (kami), juga pelatih menjadi yang terbaik. Tapi ketika kalah, langsung menÂjadi yang terburuk,†kata pemain Manchester City Gareth Barry seÂusai timnya menang atas WiÂgan tengah pekan kemarin.
Ketika Indonesia menang nanÂti malam, pasti banyak yang ingin tampil, mengambil momen itu seolah ingin mengatakan, “inilah hasil karya kami. Kalian yang tidak sejalan dengan timnas mau bilang apa!â€.
Sebaliknya, kalau kalah dan gagal ke semifinal, dunia langÂsung runtuh. Segala macam huÂjatan akan mengalir dari keÂlomÂpok yang berseberangan dengan PSSI. Kekalahan tersebut menÂjadi makanan paling nikmat dan senjata paling mematikan.
Sungguh tidak enak menyakÂsiÂkan skenario sikap dua kubu ini. Mereka yang mengaku peÂnguÂrus sepak bola, siapa pun dia, seÂharusnya malu karena rakyat sudah jijik melihat ulah mereka. Mereka mengotori sepakbola dan memaksa sepakbola berÂpinÂdah ke gelanggang politik. Para peÂmain telah menjadi korÂbanÂnya, dan rakyat dibuat capek menyaksikan manuver dan aksi “diving†mereka. Sudah saatnya mereka diganjar kartu merah dan diusir dari lapangan hijau.
Apa pun hasil nanti malam, meÂnang atau kalah, bukan salah siapa-siapa, salah para pengurus sepakbola yang bertikai itu. SaÂlah para pengacau, siapa pun dan dari kelompok mana pun. Dan satu yang pasti, (kalau menang) sesungguhnya kemenangan itu menjadi milik pemain dan peÂlatih.
Untuk Andik Vermansyah dan kawan-kawan yang sedang berÂjuang di Malaysia, seperti laÂyakÂnya kehidupan, kalian memang punya dua pilihan: menang atau kalah. Tapi satu yang pasti, kaÂlian suatu saat bisa mengubah keÂadaan menjadi lebih baik dan heÂbat lagi.
Kalian telah berjuang. Kalian telah memberi tontonan dan pelajaran bagaimana mengÂhaÂdapi kemenangan dan kekaÂlahÂan, sebuah sikap yang orang deÂwasa dan pejabat tinggi sekali pun tak bisa memilikinya. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: